Mohon tunggu...
Kezia Gusmawan
Kezia Gusmawan Mohon Tunggu... -

Kezia, mahasiswi kelahiran Jakarta 20 tahun silam yang percaya akan kekuatan mimpi dan rencana masa depan. Pecinta Tuhan, alam, bahasa asing, bisnis dan buku. Sembari menyelesaikan kuliahnya di jurusan Kimia Nanyang Technological University Singapura, ia aktif dalam berbagai organisasi di dalam dan luar kampus.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mendung-mendung, Makan Intip Khas Jogja Yuk!

4 Januari 2013   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:30 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="946" caption="Roti, Intip, Kue Tradisional"][/caption] Biasanya, Gudeg dikenal sebagai makanan khas Jogja. Selain itu, hmm, mungkin Bakpia Pathok dan Wingko. Nah ternyata saya menemukan satu lagi makanan khas Jogja, namanya Intip. Tertarik mencobanya?

Bagi Anda yang tinggal di Jogja atau pernah mampir ke Jogja mungkin pernah lihat atau mampir ke toko roti yang lokasinya dekat Malioboro ini. Namanya Omah Roti Djogja. Omah artinya rumah dalam bahasa Indonesia dan saya menemukan intip enak ini baru di Omah Roti.

[caption id="attachment_233584" align="alignnone" width="448" caption="Omah Roti Djogja"][/caption]

Meski terhitung baru di Jogja, ternyata Omah Roti adalah pemain lama di dunia bakery. Toko roti tradisional ini didirikan oleh Nyonya Liang, seorang keturunan Cina asal Parakan, pada tahun 1965. Kilas cerita, Nyonya Liang mulai membuat bika ambon sekitar tahun 1962. Dengan resep warisan dan ketekunan yang luar biasa, usaha yang dirintis Nyonya Liang makin berkembang dan mulai dibuat produk baru seperti roti, bolu, lemper, intip dan sebagainya. Roti buatannya biasa dijajakan oleh pedagang keliling di sekitar kota.

[caption id="attachment_233583" align="alignnone" width="358" caption="Nyonya Liang"]

13573097991225110853
13573097991225110853
[/caption]

Awal tahun 1970-an, Nyonya Liang sempat membuka warung makan, namun ditutup pada tahun 1990-an karena keterbatasan tenaga. Warung makan yang dikenal dengan nama “Sari” ini akhirnya berubah menjadi toko permanen untuk menjual roti dan makanan penganan lainnya. Saat itu, makanan produksinya telah dijajakan ke luar Parakan seperti Semarang, Ambarawa, Ngadirejo, Magelang, dan lain-lain. Salah satu kelebihan roti ini adalah tidak menggunakan obat atau bahan pengawet buatan.

[caption id="attachment_233589" align="alignright" width="210" caption="Soes Fla"]

1357310360868701194
1357310360868701194
[/caption] [caption id="attachment_233590" align="alignleft" width="210" caption="Roti Kelapa"]
1357310425727783003
1357310425727783003
[/caption] Saat ini, toko beliau di Parakan telah mapan dan dijalankan oleh anak beserta menantunya. Cucu kembar beliau, Evan & Hans, 24, berinisiatif melebarkan usaha ke Yogyakarta dengan mendirikan "Omah Roti Djogja". Kedua lulusan SMA De Britto Yogyakarta dan jurusan Teknik Kimia Universitas Parahyangan Bandung ini aktif melakukan penyesuaian dan peningkatan kualitas makanan hasil produksi. Kini, Omah Roti yang dapat ditemukan di Jalan Gowongan Kidul 58 ini memiliki lebih dari 20 jenis roti manis, sobek dan tawar; serta berbagai macam penganan khas lain seperti soes fla, pastry, bika ambon, lemper, onde-onde, kue ku, tahu isi, lumpia, risoles dan tentunya, INTIP.

Nah apa itu Intip? Intip adalah kue tradisional yang dibuat dari campuran tepung beras, kelapa parut dan gula bubuk, dilengkapi dengan isian pisang raja. Bentuknya menyerupai serabi lipat hanya lebih gurih dan renyah. Serat dan wangi kelapanya mengingatkan saya pada kue pancong, hanya saja intip berbeda bentuk dan cara menyantapnya.

Pertama kalinya saya mencoba intip khas ini, langsung jatuh hati. Rasa manis dan gurihnya sangat pas dimakan di cuaca yang sedikit mendung. Bincang- bincang dengan kedua pemilik Omah Roti, saya baru tahu bahwa intip ini memang sudah jarang sekali dijumpai. Mungkin karena proses pembuatannya yang masih terbilang tradisional sekali. Cara membuatnya mirip seperti kerak telor Betawi, bahan dasarnya dimasak dengan wajan kecil persis dengan wajan penjual kerak telor. Wajan kecil terbuat dari besi dan dipanaskan di atas api arang sehingga menimbulkan aroma wangi yang unik. Intip yang matang lalu ditaburi dengan kelapa parut dan lumatan buah pisang raja yang matang. Kemudian dilipat dua menyerupai setengah lingkaran. Kulit bagian luarnya berwarna kuning kecokelatan sedikit gosong karena memang sengaja dibuat demikian.

Menurut Evan, intip paling enak disantap selagi hangat saat masih baru diangkat dari wajan. Saya beruntung bisa mencoba intip saat baru matang, uenake pol!! Sayangnya intip ini jarang sekali ditemukan, kalaupun ada biasanya sudah dibuat terlebih dahulu, jadi sudah tidak hangat lagi. Nah di Omah Roti, intip dibuat dalam jumlah yang terbatas sehingga pas dihidangkan selagi hangat untuk menemani minum teh atau kopi atau sekadar pengganjal perut.

So, kalau nanti teman-teman jalan- jalan ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Omah Roti Djogja ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun