[caption id="" align="alignnone" width="946" caption="Roti, Intip, Kue Tradisional"][/caption] Biasanya, Gudeg dikenal sebagai makanan khas Jogja. Selain itu, hmm, mungkin Bakpia Pathok dan Wingko. Nah ternyata saya menemukan satu lagi makanan khas Jogja, namanya Intip. Tertarik mencobanya?
Bagi Anda yang tinggal di Jogja atau pernah mampir ke Jogja mungkin pernah lihat atau mampir ke toko roti yang lokasinya dekat Malioboro ini. Namanya Omah Roti Djogja. Omah artinya rumah dalam bahasa Indonesia dan saya menemukan intip enak ini baru di Omah Roti.
[caption id="attachment_233584" align="alignnone" width="448" caption="Omah Roti Djogja"][/caption]
Meski terhitung baru di Jogja, ternyata Omah Roti adalah pemain lama di dunia bakery. Toko roti tradisional ini didirikan oleh Nyonya Liang, seorang keturunan Cina asal Parakan, pada tahun 1965. Kilas cerita, Nyonya Liang mulai membuat bika ambon sekitar tahun 1962. Dengan resep warisan dan ketekunan yang luar biasa, usaha yang dirintis Nyonya Liang makin berkembang dan mulai dibuat produk baru seperti roti, bolu, lemper, intip dan sebagainya. Roti buatannya biasa dijajakan oleh pedagang keliling di sekitar kota.
[caption id="attachment_233583" align="alignnone" width="358" caption="Nyonya Liang"]
Awal tahun 1970-an, Nyonya Liang sempat membuka warung makan, namun ditutup pada tahun 1990-an karena keterbatasan tenaga. Warung makan yang dikenal dengan nama “Sari” ini akhirnya berubah menjadi toko permanen untuk menjual roti dan makanan penganan lainnya. Saat itu, makanan produksinya telah dijajakan ke luar Parakan seperti Semarang, Ambarawa, Ngadirejo, Magelang, dan lain-lain. Salah satu kelebihan roti ini adalah tidak menggunakan obat atau bahan pengawet buatan.
[caption id="attachment_233589" align="alignright" width="210" caption="Soes Fla"]
Nah apa itu Intip? Intip adalah kue tradisional yang dibuat dari campuran tepung beras, kelapa parut dan gula bubuk, dilengkapi dengan isian pisang raja. Bentuknya menyerupai serabi lipat hanya lebih gurih dan renyah. Serat dan wangi kelapanya mengingatkan saya pada kue pancong, hanya saja intip berbeda bentuk dan cara menyantapnya.
Pertama kalinya saya mencoba intip khas ini, langsung jatuh hati. Rasa manis dan gurihnya sangat pas dimakan di cuaca yang sedikit mendung. Bincang- bincang dengan kedua pemilik Omah Roti, saya baru tahu bahwa intip ini memang sudah jarang sekali dijumpai. Mungkin karena proses pembuatannya yang masih terbilang tradisional sekali. Cara membuatnya mirip seperti kerak telor Betawi, bahan dasarnya dimasak dengan wajan kecil persis dengan wajan penjual kerak telor. Wajan kecil terbuat dari besi dan dipanaskan di atas api arang sehingga menimbulkan aroma wangi yang unik. Intip yang matang lalu ditaburi dengan kelapa parut dan lumatan buah pisang raja yang matang. Kemudian dilipat dua menyerupai setengah lingkaran. Kulit bagian luarnya berwarna kuning kecokelatan sedikit gosong karena memang sengaja dibuat demikian.
Menurut Evan, intip paling enak disantap selagi hangat saat masih baru diangkat dari wajan. Saya beruntung bisa mencoba intip saat baru matang, uenake pol!! Sayangnya intip ini jarang sekali ditemukan, kalaupun ada biasanya sudah dibuat terlebih dahulu, jadi sudah tidak hangat lagi. Nah di Omah Roti, intip dibuat dalam jumlah yang terbatas sehingga pas dihidangkan selagi hangat untuk menemani minum teh atau kopi atau sekadar pengganjal perut.
So, kalau nanti teman-teman jalan- jalan ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Omah Roti Djogja ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H