Saat ini sedang ramai isu warga Indonesia yang lebih memilih pengobatan luar negeri dibanding pengobatan dalam negeri. Dilihat dari kenyataannya juga banyak tokoh-tokoh publik yang memilih pengobatan luar negeri. Isu ini sebenarnya patut untuk dipertanyakan mengenai ada apa dengan pengobatan yang ada di Indonesia? Bagaimana sistem pengobatan yang ada di Indonesia? Mengapa masyarakat lebih mempercayai pengobatan luar dibanding dalam negeri sendiri?
Banyak dari masyarakat Indonesia berpikir bahwa pengobatan dalam negeri belum cukup dan tergolong kurang dibanding dengan negara lain. Dari faktor-faktor yang bisa dinilai diantaranya adalah kesediaan tenaga kerja, pelayanan, dan harga. Banyak tanggapan bahwa tenaga medis pada negara lain lebih banyak dan berkompeten, memiliki jejak pelayanan yang baik dan ramah, juga menghabiskan biaya pengobatan yang lebih murah dan mendapat diagnosa yang lebih jelas dan akurat.
Banyak dari kisah mereka menceritakan bahwa ketika menjalani pengobatan di Indonesia, diagnosa yang diberikan dokter terbilang penyakit yang parah sedangkan ketika akhirnya mereka memutuskan untuk berobat ke luar negeri, diagnosa yang mereka dapat disana justru penyakit yang sering dianggap biasa. Banyak juga cerita yang menyebutkan ketika menjalani pengobatan di Indonesia butuh mengeluarkan uang lebih banyak dibanding saat menjalani pengobatan di luar negeri dan seringkali pengobatan yang berhasil adalah pengobatan luar. Dari cerita tersebut masyarakat pun makin turun kepercayaan terhadap pengobatan dalam negeri, sehingga tak jarang masyarakat langsung memilih pengobatan luar negeri.
Faktor-faktor alasan tingkat pemilihan pengobatan luar negeri tinggi
Tenaga kerja
Ketersediaan tenaga medis perlu dipertimbangkan. Perbedaan antara dalam dan luar negeri terletak di kualitas sumber daya juga pemerataan di setiap daerah.
JK lantas menceritakan pengalamannya berobat di Amerika Serikat. Ia menghabiskan USD500 untuk pemeriksaan. Sedangkan untuk membeli obat, JK merogoh kocek USD5.
Dia sempat meragukan kapasitas dokter karena harga obat yang ia beli terbilang murah. "Kadang kita berpikir dokter hebat kalau obatnya mahal," ujar JK. Pria asal Makassar ini menyindir dokter di Indonesia yang tak pernah melihat buku obat saat membuat resep. Seolah-olah dokter sudah hafal seluruh jenis obat. "Kalau di luar negeri, dokternya pasti lihat buku, bahkan profesor. Karena kalau salah diagnosa kan kacau," kata JK saat membuka Muktamar Ikatan Dokter Indonesia di Jakarta, Rabu (11/11/2015).
Dikutip dari Medcom.id (11/11/2015)
Pelayanan
Pelayanan yang diberikan harus optimal di segala sisi. Perlu adanya pembaharuan tiap periode pada kecepatan sistem, kenyamanan yang diberikan, teknologi yang digunakan untuk menunjang pelayanan yang optimal. Pelayanan juga termasuk kemampuan komunikasi yang dimiliki setiap tenaga medis. Komunikasi yang baik dan terarah pasti akan menimbulkan rasa aman dan nyaman antar pihak.
Harga
Biasanya harga memang selalu menjadi patokan awal dalam mengambil pilihan. Harga di Indonesia sering lebih mahal dibanding luar negeri, karena obat yang digunakan adalah hasil impor. Seperti yang diketahui bahwa barang impor harus membayar biaya masuk dalam negeri dan harga masuk tiap negara kemungkinan berbeda sehingga adanya perbedaan dalam harga obat di Indonesia dan luar negeri.
“Kalau obat-obatan yang copycat (meniru) yang bikin mahal adalah bahan bakunya. Di Indonesia, 90 persen lebih bahan baku obat masih diimpor,” kata Fuad dalam Workshop Health Technology Assesment di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.
Dikutip dari Tempo.co (21/03/2019)
Dilihat dari faktor-faktornya, Indonesia masih bisa membenahi sistem yang sudah ada dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam kegunaannya. Pemerintah bisa membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan rumah sakit untuk bisa bersaing dalam taraf internasional dan mengadakan lebih banyak program pertukaran dosen atau mahasiswa dalam universitas dalam maupun negeri untuk memperluas ilmu dan wawasan yang dimiliki calon tenaga medis serta bisa memfasilitasi antar tempat pelayanan kesehatan untuk saling terhubung dan membantu bertujuan dalam keberhasilan pengobatan.
Yang terpenting, Indonesia perlu melakukan peningkatan secara konsisten agar permasalahan yang ada bisa berangsur-angsur teratasi dan membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H