Malam itu seperti biasa, aku baru selesai begadang nonton serial horor favorit di kamar. Waktu menunjukkan pukul 02:57.
Mataku masih segar, meski suasana kamar sudah mulai terasa dingin. Aku mengecek ponsel, lalu meletakkannya di meja samping tempat tidur.
Tiga menit kemudian, suasana mendadak berubah. Tepat saat jarum jam menunjuk angka 03:00, aku mendengar suara samar -seperti tawa kecil seorang wanita.
"Hihihi..."
Jantungku langsung berdegup lebih cepat. Awalnya kupikir itu suara dari luar jendela, tapi setelah kuperhatikan, suara itu terdengar lebih dekat... dari dalam kamar.
Perlahan, aku mengalihkan pandanganku ke sudut ruangan, ke arah lemari tua peninggalan nenek yang jarang sekali aku buka. Lalu, di sana aku melihatnya. Sosok itu berdiri diam, memperhatikanku.
Seorang wanita dengan rambut panjang terurai, mengenakan gaun putih lusuh yang kotor. Wajahnya tidak sepenuhnya terlihat karena tertutup rambut, tapi aku bisa merasakan pandangan matanya menusuk ke arahku.
Aku terpaku. Mulutku ingin berteriak, tapi rasanya berat sekali untuk bersuara. Dia hanya berdiri di sana, tidak bergerak, tapi aku bisa merasakan hawa dingin yang menjalar di sekujur tubuhku.
"Aku hanya halusinasi," pikirku mencoba menenangkan diri. Aku memejamkan mata dan menarik selimut hingga menutupi wajah.
Tapi tiba-tiba suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas:
"Kau nggak bisa mengabaikanku..."
Aku membuka mata, dan kali ini dia sudah berdiri lebih dekat, tepat di samping tempat tidur.
Hari-hari setelah kejadian itu tidak pernah sama lagi. Setiap malam pukul 03:00, aku selalu terbangun dan mendapati dia berdiri di sudut kamar, memperhatikanku. Dia tidak melakukan apa-apa, hanya diam, tapi tatapannya seakan terus mengawasi setiap gerak-gerikku.
Bukan hanya itu. Di siang hari pun, saat aku di rumah, aku mulai merasa ada yang mengikuti. Saat aku berjalan ke dapur, aku bisa mendengar langkah kaki lain di belakangku. Saat aku mandi, aku merasakan seseorang mengintip dari balik pintu.
Dan yang paling membuatku ketakutan adalah ketika aku bercermin. Bayanganku di kaca seringkali tidak sendirian. Ada dia di belakangku, tersenyum tipis dengan wajah yang kini jelas terlihat---wajah pucat dengan mata hitam yang kosong dan mulut yang sobek lebar.
Aku mencoba mengabaikannya, berpura- pura tidak melihat. Tapi semakin aku berusaha, semakin dia menjadi-jadi.
Puncaknya terjadi beberapa malam yang lalu. Aku terbangun seperti biasa di jam 03:00, tapi kali ini suasana terasa lebih mencekam. Sosok itu tidak lagi di sudut kamar. Aku mencari-cari dengan mata yang setengah mengantuk, dan tiba-tiba kudengar suara langkah kaki dari bawah tempat tidurku.
Pelan-pelan, aku menunduk untuk melihat ke bawah, dan di sana dia merangkak keluar dengan gerakan aneh yang membuat bulu kudukku berdiri.
"Jangan takut... aku cuma mau menemanimu," katanya sambil menyeringai.
Aku langsung melompat dari tempat tidur dan berlari keluar kamar. Tapi di ruang tamu, aku melihat sesuatu yang membuatku ingin pingsan.
Dia sudah ada di sana, duduk di sofa, dengan kepala yang menoleh tajam ke arahku.
Sejak saat itu, aku tahu satu hal yang pasti: Dia tidak akan pergi. Dia akan terus memperhatikanku, kapan saja, di mana saja. Terutama di jam 03:00 pagi.
Sampai sekarang, aku masih mendengar langkah kakinya. Bahkan saat aku menulis ini, aku tahu dia sedang berdiri di belakangku, memperhatikan. Aku tidak tahu apa yang dia mau, tapi satu hal yang aku tahu pasti: dia tidak pernah benar-benar sendiri.
Mungkin, aku berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI