Mohon tunggu...
Keysha Sevilla Putri Maharani
Keysha Sevilla Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa ambivert yang lagi berkutat dengan tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Informasi Faktor Penyebab Hingga Kondisi Pasien Gangguan Jiwa

23 Juni 2024   16:55 Diperbarui: 25 Juni 2024   15:45 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminar (Dokumentasi Pribadi)

Selasa, 4 Juni 2024, sebagian Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Pakuan berkesempatan mengunjungi salah satu rumah sakit pertama di Indonesia, yaitu Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi (RSJMM) yang berlokasi di Jl. DR. Sumeru, Menteng. Kota Bogor, Jawa Barat. Tak hanya mahasiswa saja, Pak Sandy Gunarso selaku Dosen pembimbing juga turut mendampingi. Dalam kegiatan tersebut, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan berkesempatan mengikuti mini seminar yang dihadiri oleh Direktur Penelitian RSJMM serta psikolog untuk memberikan informasi seputar profil rumah sakit dan faktor penyebab gangguan jiwa. Acara ini menarik karena para mahasiswa diajak untuk mengelilingi rumah sakit dan dapat mengobrol langsung dengan pasien yang sudah stabil. Agenda nya meliputi pembukaan acara, hospital tour, penyampaian materi, dan penutupan acara.

Tujuan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan memilih mengunjungi rumah sakit jiwa, yaitu untuk mempelajari cara berkomunikasi secara psikologis karena kita belajar psikologi komunikasi.

Widya Bunga selaku ketua pelaksana  mengatakan bahwa tujuan mahasiswa FISIB Universitas Pakuan berkunjung ke RSJMM adalah untuk mempelajari cara berkomunikasi secara psikologis karena kita belajar psikologi komunikasi. Selain itu Widya juga memiliki harapan dalam kegiatan ini " harapan aku, semoga dengan adanya project kunjungan kita ke RSJ ini bisa meningkatkan keterampilan komunikasi terapiutik kita sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan jiwa."

Setelah mengikuti rangkaian acara seminar, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Pakuan diajak mengelilingi rumah sakit, para mahasiswa akan memasuki ruangan bersama pemandu dan kelompoknya masing-masing. Saya dan tim kedapatan mengunjungi ruangan Subadra dan ruang rehabilitasi.

Ruang subadra  (Dokumentasi Pribadi)
Ruang subadra  (Dokumentasi Pribadi)

Ruang Subadra adalah salah satu ruangan untuk pasien yang sudah stabil, ruangan ini diisi oleh pasien khusus laki-laki dewasa usia 19-50 tahun. Ruangan tersebut diisi oleh banyak pasien dengan aktivitas nya masing-masing, salah satunya bernyanyi. Kami bertemu dan mewawancarai Pak Wagiartono selaku kepala ruangan. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terkena gangguan jiwa salah satunya karena drugs "gangguan jiwa terjadi karena akut mekanisme nya jelek. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa rata rata dari komunikasi antar keluarga, drugs, ekonomi dan lebih dominan gangguan jiwa nya dibuat oleh diri mereka sendiri" . Pak Wagiartono juga mengatakan bahwa pasien gangguan jiwa tidak ada istilah sembuh "pasien gangguan jiwa tidak ada istilah sembuh, mereka bergantung dengan obat-obatan. Kalau mereka rajin minum obat, bisa produktif kembali. Intinya tergantung mereka sendiri. Kalau mereka niat pasti bisa sembuh dan kalau sudah sembuh tetap harus kontrol". Pasien gangguan jiwa yang sudah stabil tetap bisa ngobrol layaknya orang sehat. Pasien yang ada di ruangan stabil biasanya dirawat maksimal selama 18 hari, jika dalam waktu 18 hari belum menunjukkan perkembangan maka dokter akan menambah waktu untuk pasien dirawat lebih lama. Pak Wagiartono juga memberi saran untuk konsul ke psikolog jika mengalami masalah "kalau sudah ngerasa ada masalah, sebaiknya konsul ke psikolog, nanti akan diberi tes MMPI. Dimana ada sekitar 600 pernyataan untuk mengetahui apakah terkena gangguan jiwa atau tidak. Bisa di check secara online melalui website"

Selain ngobrol dengan pak Wagiartono selaku kepala ruangan, Saya juga berkesempatan untuk ngobrol santai dengan salah satu pasien stabil di ruangan Subadra yang berusia 19 tahun. Ia mengatakan bahwa dulu ia bersekolah di sekolah umum, namun saat SMA dia sekolah dirumah. Ia memiliki hobi yang sama dengan anak-anak lain, yaitu bermain sepak bola. "hobi saya main sepak bola, tapi karena kaki saya hampir kena ruji ban motor waktu motornya jalan jadi terganggu di motoriknya. Buat main bola cuma hobi aja nggak untuk serius". Jika dirumah, Ia juga suka membantu keluarganya "kalau dirumah suka bantu nyuci piring sama ngojek juga dulu". Tuturnya.

Setelah berkunjung ke ruang subadra, saya dan tim juga berkunjung ke ruang rehabilitasi yang merupakan ruangan untuk pasien yang kondisinya sudah stabil dan bisa melakukan banyak kegiatan, seperti memasak, membuat keramik, membuat telur asin, gerabah dan menanam. Saya berkesempatan berkunjung ke kelas pembuatan telur asin. Disana saya bertemu dengan pak Edi Junaedi selaku instruktur telur asin dan pasien rawat jalan. Pak Edi menjelaskan bahwa pasien yang ingin mengikuti kelas, harus melalui tahap seleksi terlebih dahulu "kita harus bawa surat rujukan dulu dari puskesmas, poli, dan surat keterangan. Kalau sudah, mereka akan diberi pilihan mau ikut kelas apa sesuai kemauan mereka. Mereka akan diberi modal untuk berjualan telur asin dengan sistem setoran. Jadi nanti penghasilan itu sepenuhnya punya mereka. Pasien disini khusus untuk yang rawat jalan, jadi kalau sudah berobat bisa pulang". Tuturnya.


Ruangan Subadra di RSJMM digunakan untuk merawat pasien gangguan jiwa yang sudah stabil, dengan aktivitas yang beragam seperti bernyanyi. Pasien gangguan jiwa tidak sembuh sepenuhnya, tetapi dapat menjadi produktif kembali dengan rajin minum obat dan kontrol rutin. Selain itu, ruangan rehabilitasi di rumah sakit jiwa tersebut memberikan kesempatan bagi pasien yang sudah stabil untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti memasak, membuat keramik, dan menanam. Selain itu kita dapat meningkatkan komunikasi terapeutik  dan mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan jiwa.

Foto bersama  (Dokumentasi Pribadi)
Foto bersama  (Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun