Mohon tunggu...
keyshaputriratyaramadhany
keyshaputriratyaramadhany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswa prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Sastra dalam Novel Siti Nurbaya Kasih tak Sampai Karya Marah Rusli

12 Januari 2025   07:09 Diperbarui: 12 Januari 2025   07:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel "Sti Nurbaya" Kasih tak Sampai, merupakan salah satu karya Marah Rusli pada tahun 1922 oleh Balai Pustaka, novel ini termasuk dalam novel sastra modern, yang sangat populer dan juga diadopsi dalam film layar lebar. novel ini merupakan karya fiksi meskipun begitu tetapi novel ini terinspirasi dari keadaan sosial yang nyata pada masa itu seperti perjodohan paksa. Novel ini menceritakan tentang perjuangan kisah cinta Siti Nurbaya wanita Minangkabau dengan seorang pria yang bernama Samsul Bahri yang hendak menjalin cinta tetapi harus terpisah karena sang pria harus bersekolah di luar kota. Di cerita ini juga menggambarkan Datuk Maringgih salah satu tokoh di dalam cerita ini yang jahat. Datuk Maringgih adalah peran utama antagonis. Datuk Maringgih yang menggunakan posisinya untuk menindas masyarakat miskin dan berlaku semaunya. Di sini kita bisa melihat bahwa kekuasaan dapat di salah gunakan untuk kepentingan pribadi. Novel ini memperlihatkan kehidupan masyarakat Minangkabau yang masih menjalani adat istiadat di Minangkabau, pemilihan pemimpin, pernikahan paksa, mengisahkan pertentangan orang kaya yang tamak, pertentangan antara nilai Timur dan Barat. Saya memilih novel ini karena menyukai cerita yang bergenre roman.

Novel karya Marah Rusli ini dianggap sebagai karya pencetak tradisi sastra Indonesia modern. Dikutip dari laman Ensiklopedia Kemendikbud yang menyebutkan komentar Umar Yunus (1980). Ia menyebut bahwa novel ini mengungkapkan pertentangan antara baik dan buruk yang di perlihatkan dalam dua sisi, bisa di lihat dari pertentangan adat Minangkabau dengan adat baru dan pertentangan antara orang kaya yang tamak dan orang baik yang tidak berpendidikan. Novel "Siti Nurbaya" merupakan novel yang di gemari dikalangan masyarakat sehingga nama Siti Nurbaya terkenal oleh masyarakat. Dilansir dari situs Ensiklopedia Kemendikbud, novel "Siti Nurbaya" telah mengalami tiga kali perubahan ejaan, yaitu Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Republik, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.

Novel "Siti Nurbaya" karya Marah Rusli berisi tentang seorang perempuan yang bersahabat dari kecil dengan seorang laki-laki, mereka adalah Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Siti Nurbaya anak dari saudagar kaya yang bernama Baginda Sulaiman dan ibunya telah meninggal dunia. Siti Nurbaya seorang gadis cantik, baik hati, sopan, cerdas. Samsul Bahri putra dari Sutan Mahmud Syah seorang penghulu di kota Padang. Siti Nurbaya dan Samsul Bahri berteman akrab dari kecil, keduanya selalu berangkat sekolah dan pulang kerumah sama-sama. Awalnya hubungan mereka layak nya seperti kakak beradik hingga beranjak remaja perasaan itu berubah menjadi cinta. Tetapi Samsul Bahri harus melanjutkan pendidikannya ke sekolah dokter di Jakarta, sebelum pergi ia mengutarakan perasaannya kepada Siti Nurbaya yang ternyata telah memiliki perasaan yang sama dengannya.

Ketika sampai di Jakarta Samsul Bahri mendapat mimpi buruk, didalam mimpi itu ia dan Siti Nurbaya naik ke puncak, saat di atas puncak Siti Nurbaya dibawa lari oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih adalah seorang pedagang yang berasal dari keluarga miskin, dan menjadi kaya karena transaksi bisnis yang curang. Ia seorang yang licik, serakah, bengis, pelit, iri dengki penghasut, sombong, mata keranjang. Dalam berdagang ia tak segan-segan melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan saingannya. Datuk Maringgih yang cemburu dengan kesuksesan Baginda Sulaiman ayah Siti Nurbaya dan mengkhawatirkan persaingan bisnis ia berusaha untuk menjatuhkan Baginda Sulaiman. Anak buah Datuk Maringgih menghancurkan hak milik Baginda Sulaiman seperti menghancurkan kebun-kebun kelapa Baginda Sulaiman dengan racun, menenggelamkan perahu Baginda Sulaiman dan tidak puas sampai disitu Datuk Maringgih menghasut para pelanggan Baginda Sulaiman agar berhenti berbelanja lagi dengannya. Akibat itu semua, Baginda Sulaiman jatuh miskin, ia meminjam uang kepada orang yang telah menjatuhkannya. Datuk Maringgih meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dilunasi dalam waktu tiga bulan. Saat menagih hutang Baginda Sulaiman tidak punya uang sehingga tidak bisa membayar nya karena pelanggan yang sering berbelanja di tempat nya sudah pergi meninggalkannya. Disitulah Datuk Maringgih yang otaknya licik mengancam akan mengadukan hal itu kepada Belanda agar Baginda Sulaiman dipenjarakan, Datuk Maringgih memberikan kepada Baginda Sulaiman agar tidak dipenjara dengan syarat Siti Nurbaya harus menikah dengannya dan menjadi istri muda nya. Baginda Sulaiman yang tidak terima anak nya menjadi korban Datuk Maringgih, ia pasrah jika harus di penjara. Pada saat itulah Siti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menerima tawaran dari Datuk Maringgih. Siti Nurbaya melakukan itu karena ingin menyelamatkan ayah nya.

Pernikahannya dengan Datuk Maringgih merupakan salah satu pengorbanan anak untuk ayah nya. Hal itu menunjukkan rasa sayang anak kepada ayah nya begitu besar. Datuk Maringgih tidak seharusnya menikahi Siti Nurbaya. Gelar pada diri nya bukan karena dia seorang bangsawan tetapi karena dia orang kaya. Di sini kita bisa meilihat, kekuatan ekonomi mampu memengaruhi adat pada waktu itu, dan kekuasaan dapat disalah gunakan untuk kepentingan pribadi.

Samsul Bahri mengetahui peristiwa yang dialami kekasih nya pun merasa sedih dan kecewa. Ia pun mengunjungi padang saat setalah perkawinan Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih. Saat ia menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Pada waktu yang sama Siti Nurbaya juga menjenguk ayah nya. Keduanya bertemu, tetapi pertemuan itu di ketahui oleh Datuk Maringgih. Samsul Bahri tidak terima kekasih nya di rebut oleh Datuk Maringgih. Ia pun membongkar kelicikan Datuk Maringgih. Dan pada saat pertengkaran terjadi ayah Siti Nurbaya keluar, karena kondisi nya yang masih sakit ia jatuh dari tangga hingga meninggal dunia. Sutan Mahmud, ayah Samsul Bahri sangat malu dengan perbuatan anaknya. Hingga ia pun mengusir Samsul Bahri yang terpaksa kembali ke Jakarta.

Sejak ayahnya meninggal Siti Nurbaya tidak perlu lagi tunduk pada Datuk Maringgih. Siti Nurbaya pergi dan tinggal bersama sepupunya Alimah. Saat Siti Nurbaya ingin menemui kekasihnya perjalanan Nurbaya tidak berjalan mulus akibat akal liciknya Datuk Maringgih yang menuduh Siti Nurbaya mencuri harta nya. Siti Nurbaya terpaksa harus kembali ke kampung nya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun Siti Nurbaya terbukti tidak bersalah. Datuk Maringgih belum puas dengan itu semua sehingga ia menyuruh orang untuk meracuni Siti Nurbaya dan rencana Datuk Maringgih berhasil, Siti Nurbaya meninggal dunia. Ibunya Samsul Bahri sangat terpukul mendengar berita Siti Nurbaya sehingga jatuh sakit dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.

Samsul Bahri amat sangat berduka atas kehilangan dua wanita yang di cintainya. Samsul Bahri menuliskan permohonan maaf kepada ayah nya sebelum melakukan percobaan bunuh diri. Tetapi rencana itu dapat digagalkan oleh temannya Arifin. Di kota padang Samsul Bahri dikabarkan telah meninggal. Samsul Bahri yang dikenal sebagai anak berpendidikan, baik budi pekertinya, cerdas, ternyata hanya seorang pemuda lemah yang gampang putus asa.

Namun seiring berjalannya cerita saat Samsul Bahri telah menjadi Letnan, Samsul Bahri mengganti namanya menjadi Mas kebalikan dari Sam, nama panggilan Samsu dan bergabung menjadi prajurit. Ia menjadi prajurit bukan untuk mengabdi melainkan ia frustasi ketika tau orang-orang yang dicintai nya meninggalkannya. Setiap ditugaskan ke medan perang, Samsu berharap bisa mati sehingga ia dapat bertemu dengan ibu dan kekasihnya. Ia bergabung dengan tentara karena ingin segera mengakhiri hidupnya di medan pertempuran. Sementara itu Datuk Maringgih yang dikenal dengan sifat nya yang licik, bengis, dan jahat tiba-tiba muncul sebagai pemimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak. Pada pertempuran Samsul Bahri yang telah berganti nama menjadi Letnan Mas berhadapan dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih tewas tertembus timah panas dari senjata Letnan Mas sedangkan Letnan Mas sempat dirawat dan bertemu ayah nya sebelum meninggal dunia.

Di dalam novel ini juga terdapat berbagai pantun meskipun tidak sebanyak karya sastra yang lain. Pantun yang digunakan oleh Siti Nurbaya dan Samsul Bahri untuk menjelaskan perasaan mereka seperti dibawah ini:

Padang Panjang dilingkari bukit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun