Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak menghirup udara dua hingga tiga kali lebih banyak dengan laju yang lebih cepat.Â
Oleh karena itu, polusi udara yang kian memburuk dan belum juga terselesaikan menjadi ancaman kesehatan serius dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Hal ini karena polusi udara dapat melemahkan fungsi sistem kekebalan tubuh.Â
Kekebalan tubuh yang melemah ini selanjutnya menyebabkan kejadian penyakit pernapasan berulang. Anak yang sedang sakit umumnya akan melakukan gerakan tutup mulut (GTM) seiring dengan menurunnya nafsu makan.Â
Jika terjadi terus menerus, anak tersebut bisa kekurangan asupan yang menyebabkan kekurangan energi. Di sisi lain, tubuh memerlukan banyak energi untuk berjuang melawan penyakit.Â
Kombinasi ini menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi dan energi yang pada akhirnya dapat menyebabkan stunting.Â
Studi terkini menemukan bahwa anak-anak yang terpajan polusi udara lebih berisiko menderita stunting. Sebuah studi yang dilakukan oleh Priyanka deSouza di Afrika, menunjukan balita yang menderita stunting terpajan partikulat halus lebih banyak daripada mereka yang tidak menderita stunting.Â
Studi lainnya juga mengemukakan hal yang serupa. Tidak hanya pada anak-anak, pajanan partikulat halus selama kehamilan juga meningkatkan risiko stunting.Â
Hal itu diakibatkan oleh adanya polusi udara dalam ruangan yang berasal dari asap dapur. Studi yang berlangsung di India tersebut menemukan bahwa penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk memasak mampu mengurangi risiko stunting.Â
Hal ini harus menjadi perhatian, mengingat angka stunting di Indonesia berdasarkan SSGI 2022 sudah mencapai angka 21.6%. Angka tersebut sudah masuk ke dalam kategori masalah kesehatan masyarakat yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%.Â
Oleh karena itu, kerjasama antara masyarakat dan pemerintah harus dilakukan. Masyarakat perlu terlibat aktif dalam meningkatkan kesadaran akan dampak buruk polusi udara dengan menggiatkan penggunaan transportasi umum dan beralih menggunakan energi bersih.Â
Di sisi lain, pemerintah harus menguatkan penerapan kebijakan yang mendukung pengurangan emisi polusi udara agar tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat, khususnya stunting pada balita dan anak. Dengan demikian, target penurunan angka stunting nasional menjadi 14% pada tahun 2024 dapat tercapai.