Mohon tunggu...
Keysha Chandrakanta
Keysha Chandrakanta Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiwa

seorang mahasiswi semester 3 yang berkuliah di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Krisis Air dan Keberlanjutan : Apa yang Bisa Kita Lakukan?

13 Januari 2025   11:58 Diperbarui: 13 Januari 2025   11:58 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis Air dan Keberlanjutan : Apa yang Bisa Kita Lakukan? (Sumber: Generate AI)

Air adalah kebutuhan dasar yang tak tergantikan bagi kehidupan manusia, namun keberadaannya kini menghadapi ancaman serius. Krisis air bersih telah menjadi salah satu isu global yang paling mendesak, dipengaruhi oleh perubahan iklim, pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan praktik pengelolaan yang buruk. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari dua miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses yang memadai terhadap air bersih. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.

Apa itu Krisis Air?

Krisis air adalah situasi di mana ketersediaan air bersih tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan lingkungan. Fenomena ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekeringan yang berkepanjangan, pencemaran sumber air, hingga manajemen yang tidak efisien dalam penggunaan air. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 3 juta kematian disebabkan oleh penyakit yang terkait dengan air tidak bersih. Fakta ini menegaskan betapa gentingnya persoalan air di dunia saat ini.

Bagaimana fakta di lapangan mengenai krisis air?

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa beberapa wilayah di dunia menghadapi kekurangan air yang akut. Misalnya, wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dikenal sebagai kawasan yang paling rentan terhadap kelangkaan air. Sementara itu, di Asia, negara-negara seperti India dan Indonesia mengalami tantangan serupa, terutama di daerah perkotaan dengan pertumbuhan populasi yang pesat. Sungai-sungai besar seperti Gangga dan Citarum juga menghadapi pencemaran berat akibat limbah domestik dan industri.

Salah satu contoh nyata terjadi di Cape Town, Afrika Selatan, yang hampir kehabisan air pada tahun 2018 dalam apa yang disebut sebagai "Day Zero". Penduduknya dipaksa membatasi penggunaan air hingga 50 liter per hari, jauh di bawah rata-rata penggunaan harian global. Di Indonesia, krisis air juga dirasakan di berbagai daerah, seperti Pulau Jawa, yang menghadapi penurunan air tanah akibat eksploitasi berlebihan. Selain itu, polusi sungai dan danau memperparah masalah ini, menyebabkan kelangkaan air bersih bagi jutaan orang.

Fenomena krisis air adalah cerminan dari kurangnya kesadaran kolektif kita sebagai penghuni bumi. Penulis berpendapat bahwa krisis ini bukan hanya soal kelangkaan sumber daya alam, tetapi juga kegagalan kita dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan lingkungan. Sebagai contoh, eksploitasi air tanah secara besar-besaran untuk kebutuhan industri dan domestik tanpa adanya regulasi yang ketat hanya akan memperburuk situasi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak, dari pemerintah hingga individu, untuk mengatasi masalah ini.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda?

Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting dalam mengatasi krisis air. Berikut beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan:

  1. Edukasi dan Kesadaran: Menyebarkan informasi tentang pentingnya konservasi air melalui media sosial, seminar, atau diskusi komunitas.

  2. Pengurangan Konsumsi Air: Membiasakan diri untuk menggunakan air secara bijak, seperti mematikan keran saat tidak digunakan, menggunakan shower hemat air, dan mendaur ulang air.

  3. Penggunaan Teknologi: Mendorong inovasi teknologi ramah lingkungan, seperti pengolahan air limbah menjadi air layak pakai atau pengumpulan air hujan.

  4. Kolaborasi Komunitas: Bergabung dengan gerakan lingkungan lokal untuk mendukung upaya konservasi air.

Krisis air bukan sekadar statistik, tetapi realitas yang dialami jutaan orang setiap hari. Bayangkan seorang anak yang harus berjalan berjam-jam hanya untuk mendapatkan seember air yang bahkan tidak sepenuhnya bersih. Krisis ini adalah panggilan bagi kita untuk lebih peduli dan bertindak. Dalam mewujudkan keberlanjutan, kita dapat belajar dari prakarsa global seperti Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang menetapkan target akses universal terhadap air bersih. Organisasi seperti Water.org juga menunjukkan bahwa solusi berbasis komunitas dapat memberikan dampak besar. Saatnya kita bertindak sekarang. Setiap tetes air yang kita hemat adalah langkah kecil menuju masa depan yang berkelanjutan. Mulailah dari langkah sederhana: periksa kebocoran air di rumah Anda, gunakan ember untuk mencuci kendaraan, atau tanam pohon untuk menjaga cadangan air tanah. Ingat, perubahan besar dimulai dari diri sendiri.

Krisis air adalah masalah serius yang memengaruhi semua aspek kehidupan kita. Namun, kita masih memiliki peluang untuk mengubah keadaan. Sebagai generasi muda, kita dapat menjadi agen perubahan dengan meningkatkan kesadaran, menerapkan praktik hemat air, dan mendukung solusi inovatif. Jangan biarkan krisis ini menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Bersama, kita bisa menjaga keberlanjutan air untuk masa depan yang lebih baik.

Referensi

  1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN). (2020). World Water Development Report 2020: Water and Climate Change. Diakses dari https://www.unwater.org

  2. Water.org. (2021). Water Crisis: The Facts. Diakses dari https://www.water.org

  3. UNESCO. (2019). The United Nations World Water Development Report. Diakses dari https://en.unesco.org

  4. CNN Indonesia. (2022). Krisis Air di Pulau Jawa dan Solusi yang Dibutuhkan. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun