Mohon tunggu...
Keysa Fahradine Audyzza
Keysa Fahradine Audyzza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Program Studi Perbankan Syariah

Kepribadian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelamnya G30S/PKI, Tanamkan Ideologi Pancasila

9 Oktober 2022   23:03 Diperbarui: 9 Oktober 2022   23:18 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Hari Kesaktian Pancasila ini diperingati sehari setelah peristiwa G30S PKI yang kelam bagi bangsa Indonesia.

G30S PKI merupakan tragedi penculikan dan pembantaian para Jenderal oleh PKI dan dimasukan ke lubang buaya.

Dalam sejarahnya, pada saat Orde Baru, salah satu tradisi seluruh masyarakat Indonesia yakni menaikkan atau mengibarkan bendera setengah tiang pada tanggal 30 September, sebagai tanda duka dan untuk memperingati kelamnya peristiwa G30S PKI.

Kemudian setelah dikibarkan bendera setengah tiang selama satu hari, tepat pada tanggal 1 Oktober atau dikenal sebagai Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, bendera akan dinaikkan sepenuhnya, sebagai tanda kemenangan bangsa Indonesia yakni (Kesaktian Pancasila) yang bisa menangkal ancaman ideologi komunis.

Hari Kesaktian Pancasila berangkat dari peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965. Dalam peristiwa tersebut, enam perwira tinggi berpangkat jenderal dan seorang kapten tewas di Lubang Buaya setelah sebelumnya diculik.

Enam perwira itu adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan, dan Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo.

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution sebenarnya menjadi sasaran utama dalam insiden berdarah tersebut. Namun ia selamat, sedangkan Lettu CZI Andreas Tendean dan Ade Irma Suryani Nasution terbunuh dikarenakan salah sasaran.

Tidak hanya anggota perwira, tetapi masih ada beberapa korban lain yang tewas dalam insiden berdarah tersebut. Beberapa di antaranya yakni Letkol Sugiyono Mangunwiyoto, Kol. Katamso Darmokusumo, dan Bripka Karel Satsuit Tubun.

Peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) yang telah terjadi 56 tahun silam masih terus menjadi topik hangat di tengah kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, baru 20 tahun setelah masyarakat Indonesia berjuang mati-matian, DN Aidit dan pengikutnya yang tergabung dalam PKI melakukan pemberontakan. Hal ini dilakukan untuk merubah ideologi Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Pemberontakan 30 September 1965 diduga menjadi upaya PKI untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno sekaligus berupaya menggeser ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

Masyarakat Indonesia yang tidak terlibat kejadian itu hanya dapat mengandalkan film yang hampir setiap tahunnya ditayangkan. Namun, film yang dibuat pada masa pemerintahan orde baru tersebut dirasa belum cukup untuk menggambarkan semua kejadian sebenarnya. Bahkan ada yang melabeli film itu hanya sebagai bentuk propaganda dari pemerintahan saat itu untuk meluluhlantakkan ideologi komunis di Indonesia.

Salah satu perwira tinggi yang dijadikan target, berhasil selamat karena ajudannya mengaku sebagai dirinya. Sayangnya, tiga dari tujuh perwira tinggi tewas di kediamannya, sedangkan sisanya diculik ke Lubang Buaya.

Setelah beberapa hari, tujuh korban tersebut berhasil ditemukan di Sumur Lubang Buaya yang memiliki diameter sangat kecil dalam kondisi mengenaskan. Kasus ini kemudian didalami dan mengarah pada PKI yang dituduh sebagai dalang dalam aksi pembantaian. Hal ini pun diakui sebagai langkah awal dari pemberontakan. Sejak saat itu, masyarakat yang termasuk PKI, mendukung PKI, dan menyembunyikan informasi mengenai PKI akan dibunuh untuk membersihkan tanah Indonesia dari ideologi komunis.

Segelintir masyarakat menganggap film yang memiliki dampak besar ini terlalu mendramatisir sehingga PKI terlihat sangat kejam dan hal itu sangat disayangkan. Tidak hanya itu, aktor utama dibalik semua aksi tersebut masih terbilang misterius karena banyak versi yang tersebar luas di masyarakat. Namun satu hal yang tidak dapat dielakkan adalah PKI membunuh ketujuh Pahlawan Revolusi Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi dan menanamkan ideologi Pancasila.

Terlepas dari banyaknya kabar yang masih simpang siur dan saling berlawanan, generasi muda harus sadar bahwa Pancasila yang lahir dari pemikiran para tokoh-tokoh hebat dan melalui proses yang sangat panjang tidak dapat digantikan. Oleh sebab itu, kita harus berbenah diri dan terus menanamkan ideologi Pancasila kepada anak cucu kita, sehingga sejarah kelam ini tidak akan terulang kembali di kemudian hari.

Setahun setelah peristiwa G30S/PKI, tepatnya pada tanggal 17 September 1966, Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban merilis Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tentang penetapan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Peringatan ini berupaya memperingati Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang sakti dan tidak bisa digantikan dengan hal apaepun.

Pada awalnya, penetapan peringatan Hari Kesaktian Pancasila dilakukan melalui Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat pada tanggal 17 September 1966. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini diresmikan dan ditetapkan oleh Presiden Indonesia kedua yang berkuasa pada saat itu yakni Soeharto.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tersebut wajib untuk diperingati oleh seluruh jajaran TNI Angkatan Darat, pasukan bersenjata, dan mengikutsertakan masyarakat, guna untuk menghormati jasa para pahlawan revolusi yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kedaulatan negara Indonesia.

Hari Kesaktian Pancasila ini adalah bentuk penghormatan dan mengenang kembali jalannya sejarah di masa lalu untuk mempertahankan ideologi bangsa yakni Pancasila.

Di mana pada saat peristiwa G30S PKI tersebut, Pancasila memiliki kesaktian atau kekuatan yang tidak bisa digantikan oleh pemahaman apapun karena bersumber dari pikiran pendiri bangsa ini sendiri yakni Soekarno.

Karena kekuatan Pancasila tersebut, banyak pemberontakan terutama dari beberapa pengawal Istana yang ingin menghancurkan Pancasila.

Pasukan Cakrabirawa telah memberikan dukungan terhadap PKI atau Partai Komunis Indonesia yang saat itu dikomandoi oleh Letkol Untung.

Insiden pemberontakan G30S PKI menyebabkan gugurnya sejumlah pahlawan revolusi yang ditemukan di dalam sebuat sumur buatan, yang hingga sekarang ini dikenal dengan nama Lubang Buaya di Jakarta Timur.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun