Benar-benar Isra Mi'raj ini membawa berkah. Bukan hanya untuk umat muslim saja, namun ini berimbas terhadap kalangan non-muslim. Di daerah saya terkenal dengan anti sosial.Â
Bukan berarti kami saling memusuhi atau membenci. Akan tetapi, karir dan pendidikan menyibukkan kami hingga tak bersosialisasi. Bisa dibilang, "hidupmu adalah hidupmu. Dan hidupku adalah hidupku (masing-masing)."
Namun, pada peringatan Isra Mi'raj ini kesepian di daerah mencair. Keheningan yang selalu saya rasakan di hari Senin sampai Sabtu, kini pudar oleh acara yang diadakan oleh tokoh masyarakat, Pak Mumad. Bukan hanya untuk warga yang memeluk agama muslim saja, bahkan untuk non-muslim pun bisa turut hadir. Ini bisa dikatakan sebagai ajang silahturahmi dan memupuk rasa toleransi antar agama.
Saya sebagai non-muslim, merasakan kehangatan dan kenyamanan kala itu. Bisa tegur sapa, bercengkraman, dengan para tetangga yang kerap tak saling berbicara lantaran kesibukkan-nya. Pun ketika acara berlangsung, tak ada yang dinamakan saling hina dan saling sindir karena berbeda agama.
Mungkin, semacam tegur sapa, bercengkraman dengan tetangga bisa dilakukan satu tahun sekali atau beberapa kali dalam setahun. Mudah dihitung dengan jari seperti di kala waktu libur dan acara-acara besar seperti ini. Namun inilah yang saya kagum-kagumkan. Berharap sih, bisa terus mendapatkan kebersamaan ini.
"Sekali mendayung, dua pulau terlampaui." ucap Ceu Masroh, tetangga kami. Mungkin yang saya tafsirkan atas ucapkan Ceu Masroh adalah, selain acara religi untuk umat islam, acara tersebut pun bisa dijadikan ajang bertegur sapa yang kerap tak kami lakukan di hari-hari biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H