Mohon tunggu...
Key Risma
Key Risma Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru TK yang sedang belajar dan terus belajar mencari sesuatu yang baru dalam hidup. Apapun itu, baik atau buruk adalah sebuah pelajaran yang pasti dapat kita ambil hikmahnya. Berjuang untuk hidup yang lebih baik dan semakin baik dari waktu ke waktu tanpa kenal lelah, putus asa dan kecewa.Tersenyum disetiap keadaan, membuat hidup terasa semakin ringan, karena itu berarti kita berkhusnuzon kepada Allah SWT.. Seberat apapun masalah yang Allah berikan,itu sudah pasti sepaket dengan penyelesaiannya. Jadi, saya tidak pernah menganggap masalah sebagai beban, namun lebih sebagai penyemangat atau motivasi hidup dan membuat saya merasa semakin percaya diri menghadapi apapun yang datang dalam hidup. Semangat, bekerja keras dan pantang menyerah adalah kepribadian yang dapat saya nilai sendiri. Selanjutnya, terserah anda bagaimana menilainya.. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bukan Seperti Itu Bunda...

4 Agustus 2013   23:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agendaku hari ini berbuka puasa bersama seorang teman, walaupun sebenarnya aku sedang tidak berpuasa. Sampai teteh meledekku, "Emang orang yang ga puasa bisa ikut bukber?" Ups, benar juga pertanyaan itu. Maka aku ganti istilahnya dengan "Makan bersama", lebih tepat bukan? :D

Temanku memilih Pizza Hut sebagai tempat untuk berbuka hari ini dan memesan paket delight untuk berdua. Sang pelayan wanita mempersilahkan kami untuk menunggu selama 15 menit sampai pesanan kami datang. Tidak sampai 15 menit, pesanan sudah datang dan kami dapat menikmati pesanan kami.

Ada yang unik ketika kami makan. Bukan unik mungkin, lebih ke suatu penyimpangan menurutku. Penyimpangan yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya.

Aku memotong pizza menjadi beberapa bagian agar aku dapat mudah memakannya dengan tangan kananku tanpa harus pisau selalu ku genggam. Tiba-tiba mataku tertuju pada meja didepanku. Disana ada empat orang, antara lain; seorang perempuan bersama anak balita laki-lakinya dan dua orang laki-laki muda yang sepertinya adalah adik dari perempuan tersebut.

Aku sangat terkejut ketika melihat anaknya yang tidak sengaja mengangkat garpu yang sudah berlumur saus tomat mengenai ujung kerudung bagian atas ibunya, yang sepenglihatanku hanyalah setitik saus saja yang menempel. Namun dengan emosi yang meledak-ledak ia marah dan melampiaskan emosinya kepada anak balitanya. Setelah meyakinkan bahwa kerudungnya terkena saus dengan bertanya kepada adiknya, lalu ibu tersebut memukul anaknya. Tidak hanya itu, ia juga menjewer dan menyentil telinganya, menampar pipinya dan mendorong kepala anaknya hingga anak tersebut menangis, memerah mukanya hingga sesunggukan dan terbatuk-batuk. Setelah puas main fisik, sang ibu melanjutkannya dengan caci maki didepan muka anaknya yang sedang menangis sambil jarinya menunjuk kerudung yang ternoda saus tomat setitik itu. Tak henti sampai disitu, belum selesai anaknya menangis, ibu tersebut menyuapinya dengan potongan pizza dan memaksa anaknya untuk makan. Sambil menangis pula anak itu terpaksa untuk makan karena paksaan dari ibunya. Mulutnya terus mengunyah sambil tangannya menyapu mata yang basah dan menahan nafasnya yang tersengal-sengal. Seketika itu hilang nafsu makanku. Namun tak bisa kualihkan pandanganku dari hal itu.

Beberapa saat berlalu, aku menghentikan makanku dan masih memperhatikan mereka. Terlihat sang ibu sudah mereda emosinya, begitupun sang anak, sudah tampak tenang dari nangisnya. Lalu terlihat pula tiba-tiba perempuan itu membelai kepala anaknya, menciumnya dan memeluknya. Alhamdulillah, masih ada sisi malaikatnya setelah iblis menguasai dirinya. Aku mulai tenang dan bisa melanjutkan makanku tertunda.

Bunda... Apakah itu yang seharusnya kau lakukan ketika emosimu memuncak hanya karena kesalahan kecil dari anakmu yang seharusnya dengan kata-kata patut saja bisa terselesaikan masalahnya? Andai bunda tahu, anak pun adalah manusia, sama seperti kita, hanya fisiknya sajalah yang tampak kecil. Seandainya bunda mengerti, bahwa anakpun memiliki perasaan yang sama seperti kita orang dewasa. Ajaklah mereka untuk berdiskusi, sampaikan perasaan bunda dengan baik jika bunda tidak suka dengan apa yang anak lakukan. Ajaklah anak untuk menemukan solusi dan jalan keluar yang terbaik dengan kesepakatan bersama. Banyak pula bunda yang membalikkan pernyataan, "Halah, masih anak kecil, mana ngerti hal-hal seperti itu!" Bunda salah jika bunda mempunyai pemikiran seperti itu, dan itu berarti menunjukkan bahwa bunda yang belum mengerti.

Bunda, banyaklah belajar lagi untuk dan agar benar-benar siap menjadi seorang bunda. Salam hangat untuk semua bunda yang berhati mulia. :)

Key Risma 4/8/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun