Mohon tunggu...
Keyla Storm
Keyla Storm Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar || Ingin memberi arti pada dunia lewat tulisan, sebagai kontribusi nyata untuk agama dan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nasionalisme Kita, Nasionalisme Artifisial?

4 April 2018   06:09 Diperbarui: 5 April 2018   04:51 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari Nusantara.co.id

Dalam waktu dekat kita akan memasuki tahun politik, tahun dimana sejumlah problematika di tanah air menjadi topik yang diperbincangkan. Bersamaan itu pula muncul orang-orang bertitle mendiskusikan isu-isu penting seputar: ekonomi, hukum, pendidikan dsb yang melahirkan perdebatan (pro-kontra). 

Isu-isu berat mengenai kesejahteraan, mahalnya biaya pendidikan & kesehatan, ketahanan pangan, degradasi moral hingga persoalan korupsi yang tak kunjung selesai menjadi perbincangan recehdilakukan oleh media, pengamat, tukang becak di berbagai plosok giras(warung kopi). Tahun politik seperti magnetyang menarik seluruh elemen masyarakat membicarakan nasib Bangsa. 

Semangat Nasionalisme pun mendadak berada di posisi puncak-puncaknya. Berbagai solusi pun bermunculan yang mengatasnamakan kepentingan nasional diatas segala-galanya.

Suasana demikian, mengingatkan penulis pada momen SEA Games dari tahun ke tahun. Ajang olahraga yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Games Federation dibawah pengawasan dari Komite Olimpiade Internasional dan dan Dewan Olimpiade Asia, tidak pernah sepi dari sorak sorai dukungan masyarakat Indonesia. Seluruh elemen baik, tua-mudi, kaya-miskin berharap kemenangan tim Indonesia dengan membawa pulang medali emas sebanyak-banyaknya. 

Gelombang rasa kebanggaan, kecintaan, kepedulian terhadap nasib bangsa dalam kompetisi yang diikuti oleh beberapa Negara di semenanjung Asia Tenggara itu sangat besar. Bahkan setiap hari, jam, detik terus mengawal posisi Indonesia berada diperingkat berapa. Tidak hanya itu, bentuk dukungan mencerminkan kecintaan terhadap Bangsa juga di ekspresikan melalui status di sosial media, tato lambang negara, menggunakan jersytim Indonesia bahkan melakukan konvoiuntuk merayakan kemenangan tim Indonesia.

Namun sayangnya, kebanggaan, kecintaan, kepedulian, dan segala hal yang berbau Nasionalisme hanya bertahan dalam hitungan beberapa pekan saja. Selepas itu, semua kembali pada rutinitas masing-masing. Suara gegap gempita itu pun meredup, terlebih pada bidang-bidang krusial seperti: persoalan kesejahteraan, mahalnya biaya pendidikan & kesehatan, ketahanan pangan, degradasi moral hingga persoalan korupsi yang tidak kunjung selesai. 

Hanya suara-suara sumbang yang terdengar. Dalam pendapat pribadi penulis, seakan-akan semangat Nasionalisme hanya bersifat simbolik, berkutat pada hal yang tidak susbtantif, dan hanya momentual. Dalam bahasa lain penulis menggunakan istilah "Nasionalisme Artifisial," artinya nasionalisme semu, yang dibuat-buat, bukan sesungguhnya.

Sama hal nya ketika melihat fakta gegap gempita dialektika pemecahan problematika bangsa di tahun politik ini, ada kekhawatiran semangat Nasionalisme yang muncul sifatnya artifisialatau pemanis panggung kontestasi politik semata.

Dalam hal ini, penulis tidak hendak mengajak pembaca yang budiman menjadi orang yang apatis tehadap politik, sehingga menjadi acuh dalam setiap perbincangan yang menentukan nasib Bangsa kedepan. Justru penulis, berharap para pembaca yang budiman menjadi bagian yang mewarnai tahun politik ini dengan semangat Nasionalisme yang sebenarnya bukan artifisial. 

Berbicara bagaimana nasib bangsa Indonesia kedepan juga merupakan tanggungjawab setiap insan yang mengaku sebagai warga negara. Bagaimana agar terhindar dari sikap-sikap semangat Nasionalisme Artifisial, perlu mengetahui prinsip Nasionalisme, perbedaan Nasionalisme Artifisial dan non-Artifisial, serta bagaimana sikap seharusnya menjadi pribadi yang memiliki semangat Nasionalisme sesungguhnya.

Nasionalisme

Kata dasar Nasionalisme adalah "Nation" yang berati bangsa. Bangsa menurut KBBI merupakan kelompok yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, dalam satu kedaulatan. 

Nasionalisme disebut paham kebangsaan yakni paham yang menekankan kepentingan bangsa diatas kepentingan kelompok/ golongan, kemudian secara alamiah melahirkan kecintaan teradap bangsanya. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut paham Nasionalisme dengan latar kesamaan sejarah, yakni senasib dan sepenanggungan mengusir penjajahan kolonialisme.

Definisi Nasionalisme dalam masyarakat berbeda-beda, tergantung sudut pandang yang digunakan. Tidak jarang juga dipandang sebagai paham totalitarian atau bentuk-bentuk lainnya. Memang pendefinisian nasionalisme hal yang sensitif, terkadang banyak kepentingan-kepentingan subyektif dilibatkan. Dalam hal ini, penulis tidak ambil pusing dengan definisi nasionalisme yang carut-marut. 

Jika kita memahami definisi bangsa secara filosofis (objektif), maka kita akan menemukan secara hakiki setiap bangsa memiliki tujuan yang bersifat universal yakni: menginginkan kesejahteraan ekonomi, keadilan, kemakmuran, kemajuan. Tidak pernah ada ceritanya bangsa yang lahir menghendaki kemelaratan, ketidakadilan, kemunduran dan kesengsaraan. Sehingga paham kecintaan terhadap bangsa merupakan paham dimana menghendaki adanya kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, kemajuan dan kebahagiaan tertinggi pada bangsa itu secara keseluruhan.

Berdasarkan penguraian diatas, pada prinsipnya semangat Nasionalisme adalah semangat membangun bangsa lebih baik diberbagai bidang secara menyeluruh. Bagaimana kongkritnya pribadi yang memiliki semangat cinta membangun bangsa? Analogi seorang ibu yang cinta terhadap anaknya adapun cerminan perilakunya: senantiasa memikirkan tumbuh kembang anaknya, rela banting tulang untuk memenuhi kebutuhan anaknya, mendidik anaknya dalam hal intelektual; moral; sosial; spiritual, rela tidak tidur semalaman jika anak sakit, serta memiliki rasa penyesalan yang dalam jika gagal dalam membentuk anaknya jadi bibit unggul. 

Dari analogi cinta ibu kepada anaknya, dapat kita tarik kesimpulan kecintaan terhadap bangsa bukan sekedar keinginan; emosional melainkan butuh pengorbanan dan aksi nyata pembangunan disegala bidang secara terus-menerut (continue). Tentu saja pengorbanan dan aksi nyata disesuaikan dengan minat, kapasitas dan bidang masing-masing.

Nasionalisme Artifisial dan Non-Artifisial

Dari definisi tersebut, kita dengan mudah bisa membedakan mana pribadi yang memiliki semangat nasionalisme artfisial dan sesungguhnya. Sebagaimana definisi KBBI kata "Artifisial" adalah "buatan, tidak alami" maka nasionalisme artifisial adalah kecintaan terhadap bangsa yang bersifat buatan tidak alami atau dengan kata lain tidak sesungguhnya. 

Dalam buku "Selamatkan Indonesia!" Amin Rais mengatakan nasionalisme yang tidak sebenarnya  adalah nasionalisme pagar. Ibarat rumah, pagar terletak dibagian luar, bukan di dalam. Ibarat buku hanya sampul belum menggambarkan isinya. Adapun bentuk perilaku yang tercermin mereka yang memiliki semangat nasionalisme buatan yakni:

  • Tumbuh rasa cinta yang bersifat momentual seperti: perayaan hari nasional, SEA Games, dan tahun politik
  • Kepedulian diletakkan pada hal yang tidak susbtantif yang bersifat simbolik
  • Semangat nasionalisme hanya pada bibir saja atau atribut yang digunakan seperti: pakaian berlambang Indonesia, status di sosial media.

Sedangkan semangat nasionalisme yang sesungguhnya lawan dari nasionalisme artifisial, yakni nasionalisme yang susbtantif, bukan sekedar penampakan atribut luarnya dan terus-menerus bukan momentual.

Jika dihubungkan dengan sikap yang harus kita lakukan ditengah kontestasi politik ini, yang harus kita lakukan dan kita hindari agar terhindar dari semangat nasionalisme artifisial sebagai berikut:

  • Senantiasa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap problematika sosial yang dihadapi bangsa. Bukan hanya pada momen tertentu saja seperti perayaan hari nasional, SEA Games atau di tahun-tahun politik. Tentu saja dibutuhkan ilmu pengetahuan terkait dan kemampuan analisis yang baik agar bisa memahami dan memberikan pemecahan yang solutif, bukan sekedar melekdan serampangan dalam berpendapat
  • Senantiasa muncul dan memupuk perasaan cinta terhadap bangsa. Bukan hanya pada moment tertentu saja seperti perayaan hari nasional, SEA Games atau di tahun-tahun politik. Tentu saja perasaan cinta yang objektif bukan membabi buta yang mudah terbakar jenggotnya untuk hal-hal yang tidak susbtantif
  • Melakukan pengorbanan dalam aksi nyata untuk membangun bangsa, tidak hanya di bibir dan atribut yang nampak. Adapun bentuk aksi nyata yang dapat dilakukan disesuaikan dengan kapasitas dan peran masing-masing:
  • Bagi pelajar & mahasiswa, fokus skill, menjadi tenaga ahli memliki kemampuan berporses bukan perpustakaan berjalan, membentuk mental dan moral berkarakter pembangunan masyarakat, menghidupkan adat ketimuran yang positif, memberikan kritis yang membangun Negeri dan menumbuhkan jiwa kepedulian sosial
  • Bagi pengajar, mengabdi demi pendidikan di daerah sesuai bidangnya, bahkan menyentuh hingga plosok-plosok daerah
  • Bagi Ilmuan, menjadi ilmuan organicbukan ilmuan lepas, mengembangkan pengetahuan dan teknologi prioritas mengatasi problem bangsa, dsb

Sebagai warga negara yang baik mari kita memupuk dan membangun semangat Nasionalisme sesungguhnya dan menghindari semangat Nasionalisme Artifisial, demi masa depan Indonesia lebih baik dan terwujudnya kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, serta kemajuan bangsa. Mari kita bekerjasama mewujudkan masa depan Indonesia lebih baik.

*) NB: Tulisan ini masih banyak kekurangan dalam hal tata tulis dan gagasan, mohon saran dan kritiknya. Saran dan kritik kalian sangat membantu penulis untuk menjadi insan yang berkontribusi pada bangsa melalui idea dan tulisannya. Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun