Mohon tunggu...
Sartika Lestari Rezki
Sartika Lestari Rezki Mohon Tunggu... Guru - Thank's God, I am Teacher

menemukanku dalam tulisan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Tidak Belajar dari Guru yang Tidak Disukainya

20 Februari 2022   18:42 Diperbarui: 20 Februari 2022   19:23 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Murid sekarang beda dengan murid dulu, kalau murid dulu itu takut sama gurunya, kalau jumpa di jalannya biasa sembunyi ataupun menghindar. Kalau murid sekarang.... bla..bla..." akan ada satu momen di ruang kantor guru, di sekolah manapun itu yang akan membandingkan perilaku siswa pada zamannya dengan siswa zaman sekarang.

Mengutip dari kalimat pak Bukik Setiawan ketua yayasan guru belajar yang mengatakan bahwa "Siswa tidak akan belajar dari guru yang tidak disukainya."

Perubahan perilaku itu memang nyata. Era globalisasi mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Keterbukaan informasi membuat para siswa lebih memperhatikan perbedaan pola belajar di berbagai negara dan perubahan memang harus dilakukan untuk menyelaraskan laju zaman dengan dunia pendidikan di Negera kita.

Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini hubungan guru dan siswa bukan lagi sebagai "pemberi ilmu" dan "pencari ilmu" melainkan sebagai rekanan dalam proses pembelajar. Bahwa peran guru mengalami pergeseran dari "pemberi ilmu" menjadi seorang fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. 

Kegiatan belajar dan mengajar juga mengalami pergeseran nilai, jika dahulu kelas dinilai baik dari ketenangan siswanya saat belajar namun sekarang kelas memiliki nilai baik jika terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan para siswanya

Dengan perubahan itu maka, 'GURU KILLER' pada sekarang ini adalah panggilan yang mesti di hindari setiap guru. 

Kenapa?

Karena sekarang guru bukan seseorang yang perlu ditakuti, guru harus bisa menjadi "teman bagi siswa. Karena siswa sekarang memiliki pintu informasi yang sama dengan guru, mereka bisa mendapatkan ilmu dari mana pun. 

Maka mereka tidak memerlukan guru sebagai "pemberi ilmu" mereka membutuhkan guru yang mampu menjadi fasilitator mereka untuk berkembang dengan ilmu yang ada. 

Nah, untuk menjadi seorang fasilitator yang baik, maka guru harus memiliki ikatan kedekatan (disukai) siswa agar mengetahui minat dan bakat para siswanya. 

Apa yang harus dilakukan guru agar memiliki ikatan kedekatan (disukai) siswa?

Menjadi guru yang disukai tak harus menutup mata terhadap kesalahan mereka. Menjadi guru yang disukai tak harus menjadikan kita mengiyakan semua perilaku mereka yang tak sesuai. dan tak perlu menjelekkan rekan guru lain agar terlihat baik didepan siswa.

Sebagai guru kita tetap bertanggung jawab terhadap adab, sopan santun dan moral mereka. Maka menjadi guru yang disukai tak harus memberikan kebebasan tanpa batas kepada siswa.

Berikut tips menjadi guru yang disukai siswa;

  1. Menyelami Dunia mereka

Ibarat kita ingin mendengarkan radio; maka kita harus menyelaraskan frekuensi radio kita dengan frekuensi dari stasiun radionya agar terdengar dengan jelas. 

Begitupun guru dengan siswa, agar terjalin kedekatan guru dengan siswa, maka guru sebaiknya menyamakan frekuensi dengan menyelami kehidupan para siswa pada zaman sekarang, mencari tahu trend anak muda sekarang, mendengarkan lagu hits sekarang, menonton film seusianya, kemudian mencoba sesekali tongkrongan mereka. Hal ini dilakukan agar guru dapat mencoba mengerti pola pikir para siswa. 

2. Menjadi pendengar yang baik

Para siswa merupakan anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, secara psikologi mereka sedang dalam tahap pendewasaan dimana mereka sering sekali sulit mengendalikan emosi dan ego diri. Maka sebagai guru kita hadirlah sebagai pendengar yang baik bagi mereka 

3. Memberi nasehat jangan menggurui

Seperti yang kita ketahui bahwa mereka  para siswa sedang dalam masa puncak ego diri, perasaan mereka sensitif dengan hal-hal yang melukai harga dirinya. Maka guru sebaiknya lebih hati-hati dalam proses penyampaian sehingga esensi dari nasehat tersebut dapat tersampaikan kepada para siswa. dengan baik.


Kalimat yang terngiang-ngiang saat saya sebagai siswa dulu adalah;

Sukai Gurunya maka kau akan menyukai pelajarannya 

Dan sekarang sebagai guru kalimat itu berubah menjadi

Muridmu tak kan belajar kalau mereka tak menyukaimu

Salam merdeka belajar .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun