Mbah Salatun dahulunya memiliki 3 suami. Tetapi mbah ini tidak memiliki seorang anak satupun.Adapun suami yang pertama Bernama Sair dari daerah Guyangan, yang kedua bernama tasri orang Rembukan, yang ketiga ini Bernama Roslan.Â
Mbah ini tidak bekerja karena kaki mbah tersebut ada yang bengkong, dan susah untuk berjalan ke warung. Jadi biasanya ada tetangga yang memberi makan, dengan gentian para tetangga tersebut. Dikasihnya sekali dalam sehari, kadang sama si mbah memakannya dua kali sehari. Mata mbah yang sebelah sama sekali tidak bisa digunakan untuki melihat. Sedangkan yang sebelahnya masih bisa sedikit melihat.
Mbah ini biasanya juga mendapat sumbangan sembako dari masyarakat sekitar. Kadang ada tetangga yang yang menerima pesanan nasi kotak, juga berbagi pada mbah Salatun tersebut.Â
Terkadang beliau juga agak menolak jika terlalu banyak diberi makannya. Karena beliau merasa basih bisa mencari makan sendiri. Jadi memberinya secukupnya saja. Tetapi jika tentang uang, tentu mbah Salatun ini sangat membutuhkannya dalam proses kehidupannya.
Terkadang mbah Salatun ini juga menukarkan sembako yang beliau punya kepada tetangga sekitar untuk mendapatkan tukaran uang. Jadi hidup mbah ini benar-benar bergantung pada warga sekitar, tetapi mbah Salatun ini juga mendapat BLT atau bantuan dari pemerintah. Tetapi untuk kesehariannya dalam kebutuhannya juga terkadang melibatkan tetangga sekitarnya.Â
Mbah Salatun ini juga terkadang sholat apabila ada yang mengajak. Jadi terkadang sholat terkadang tidak karna kakinya yang sakit tersebut. Beliau juga pernah ngamen di jalan, karena saking kurangnya pemasukan uang dalam mbah Salatun ini. Tetapi ketahuan dengan tetangganya dan disuruh pulang. Alhamdulillah mbah Salatun mau untuk Kembali pulang. Hal ini hanya terjadi sehari seumur hidup.Â
Jika mbah Salatun sakit, yang merawat biasanya pak RT atau tetangga-tetangga dan diantar untuk periksa ke dokter atau tempat terdekat. Beliau sakit biasanya ditandai dengan mbah Salatun di dalam rumah terus tanpa keluar jalan-jalan dan tidak melakukan hal selayaknya kesehariannya. Dan biasanya ada satu tetangga yang tau mbah Salatun sedang tidak enak badan, lalu dilaporkan pada pak RT, sehingga bisa cepat tertangani.Â
Mbah salatun jika ditanya puasa atau tidak, beliau menjawab tidak. Karena memang usianya yang sudah tua yang dianggapnya tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah puasa. Mbah salatun ini sungguh Wanita yang hebat dan tangguh dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Meski tinggal sendirian tanpa seorang suami dan anak.Â
Mbah Salatun tetap bersemangat dalam menapaki dunia luar dan tidak hanya merenung di dalam rumah saja. Mbah Salatun ini juga masih mau berusaha untuk mencukupi kehidupannya. Meski ada sedikit meratapi dirinya yang hidup sendirian. Tetapi mbah Salatun tetap bersyukur atas apa yang telah Allah swt berikan kepada beliau.
Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari artikrl diatas, bahwa kita yang sudah memiliki hidup yang bisa mencukupi setidaknya untuk makan tidak kesusahan. Kita harus benar-benar bersyukur atas apa yang telah Allah swt berikan pada kita. Karena Allah swt sudah mengatur masing-masing rezeki bagi hamba-Nya.Â
Tetap selalu berdoa dan ibadah kepada-Nya. Juga selalu rendah hati terhadap orang sekitar. Dan jangan lupa selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Karena itu akan menambah rezeki yang kita miliki saat ini. Tetap semangat menjalani hidup, jangan merasa terbawah. Karena masih banyak orang-orang sekitar yang dibawah kita, dan selalu rendah hati. Terima kasih.