Mohon tunggu...
Nur Aulia Keysha Mayasari
Nur Aulia Keysha Mayasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Keysha

Belajar berjuang bertaqwa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Semangat Hidup Seorang Mbah Salatun

21 April 2022   12:13 Diperbarui: 21 April 2022   12:26 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamu'alaikum para pembaca. Untuk artikel kali ini aku akan membahas tentang sebuah hal yang berkaitan dengan kehidupan. Dimana kita sebagai manusia tidak boleh terlalu menoleh keatas dan juga sombong terhadap apa yang sudah kita punya atau kita dapatkan. 

Mengapa demikian? Karena dalam kehidupan sehari-hari tentu ada seseorang yang kita jadikan sebagai bahan bersyukur terhadap apa yang kita. Jika dilihat masi banyak sekali orang yang ekonominya dibawah kita. 

Bagaimana jika kita di posisi mereka? Apakah juga tetap sama untuk bertahan hidup layaknya mereka saat ini. Maka dari itu kita juga perlu belajar dari mereka-mereka. Mereka yang kuat Tangguh dalam menghidupi dirinya dan juga keluarganya. 

Hal baik yang bisa kita ambil dan kita contoh dari mereka adalah, mereka selalu berjuang dan berusaha, meski dalam usahanya tidak membuahkan hasil yang banyak sesuai harapan mereka, mereka tetap berjuang di hari berikutnya untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. 

Sebagian besar orang memiliki tingkat perekonomian dibawah rata-rata, perkerjaan mereka tak jauh dari pekerjaan yang dilakukan dengn fisik. Justru inilah yang harus dibangun dari masa kecil untuk tidak bermalas-malasan dalam bekerja. Rasa rajin bekerja dan tidak bermalas-malasan inilah juga bisa dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kesempatan kali ini saya akan mendeskripsikan sekilas kisah mbah tua yang bernama Salatun yang beliau tinggal di daerah Kota Malang, tepatnya di daerah Dinoyo Kota Malang. 

Mbah ini sudah sangat tua, hingga beliau lumayan kesusahan untuk mendengarkan instruksi seseorang yang berbicara di dekatnya sekalipun. 

Mungkin karena usianya yang sangat tua inilah, indra pendengarannya mulai menurun, sehingga harus berbicara dengan perkataan yang bertangga nada lumayan tinggi. Mbah lupa dengan tanggal lahirnya sendiri, karena beliau merasa hidup dizaman dahulu yang jarang mengetahui identitas kelahirannya. 

Mbah salatun ini tinggal sendirian disebuah rumah. Dimana rumah beliau sangat sederhana. Berdinding bata tetapi tidak ber ubin (plesteran). Meski begitu mbah Salatun ini tetap terlihat ceria dalam menjalani kehidupannya. 

Dahulu mbah Salatun memiliki seorang suami, suami beliau berkerja sebagai tukang becak. Dan setelah pindah dirumah yang ditinggali sekarang, suami beliau sudah sakit-sakitan.

Mbah diberi uang 2.000 rupiah tiap harinya. Pada zaman dahulu. Dan uang yang didapat dari suaminya ini digunakan untuk beli beras dan lauk oleh sim bah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun