Mohon tunggu...
Ari Santosa
Ari Santosa Mohon Tunggu... wiraswasta -

*Aku adalah aku, yang akan tetap menjadi aku. Tak mau, serta tak akan menjadi siapapun. Aku bangga menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

(FFA) Cincin Wasiat Kakek Pengemis

20 Oktober 2013   16:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Wooww! Bisa terbang!"seru Alan.


Masih diliputi takjub, heran, penasaran, Alan mendongak. Ia berpegang erat pada stang. Sejenak matanya memejam, lantas berucap: " Terbaaang!"


Wuuss...Alan dan sepedanya melesat terbang ke atas. Membubung tinggi. Alan panik, sepedanya terasa sangat berat. Dia berusaha menahanya, namun tak kuasa. Terlepas, dan meluncur ke bawah. Alan balik mengejar, tapi nyalinya ciut. Ia kembali melesat ke atas. Masih kebingungan ia berhenti. Menyadari menggantung di angkasa, Alan makin panik. Tubuhnya diterbangkan kesana- kemari tak menentu. Sampai akhirnya, mendaratkan tubuhnya di atas gedung yang menjulang tinggi.


"Aduh! Panaaas! Coba ada payung! Huff.." gerutu Alan.


Tiba-tiba ada payung di depanya. Dengan heran, ia membuka payung dan berteduh. "Haus, aku mau es campur!" teriak Alan.


Semangkuk es campur tersedia di depanya. Ketika akan menyebut keinginan lainya, ia teringat pesan Kakek pengemis.


"Aku tidak boleh serakah, gunakan seperlunya" Alan bergumam sambil manggut-manggut.


Setelah cukup beristirahat, Alan memilih untuk kembali ke rumah. Ia sibuk memikirkan cara mencari sepeda dan alasan bingkisan Tante Harin yang tak sampai.


"Terbaaang!" ucap Alan.


Tubuh kecilnya melayang tanpa sayap. Meliuk kemana mata memandang. Dalam hati ingin sekali menjelajahi dunia dengan terbang kemana suka. Lagi-lagi Alan ingat akan pesan Kakek pengemis, agar digunakan seperlunya. Kemampuan cincin titipanya.


Dari atas, Alan sudah melihat tempatnya biasa bermain bola. Sebuah lapangan luas dekat sekolahnya. Pohon-pohon palem berjejer ditepinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun