Mohon tunggu...
Kevin Yehezkiel Gurning
Kevin Yehezkiel Gurning Mohon Tunggu... Lainnya - Cyber Threat Hunter - Badan Siber dan Sandi Negara

Profesional Keamanan Siber - Ethical Hacker

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Daulat dan Makmur: Melihat One Belt One Road (OBOR) dan Konflik Laut Cina Selatan sebagai Peluang untuk Meningkatkan PESTEL antara Cina dan Indonesia

31 Mei 2024   14:29 Diperbarui: 31 Mei 2024   19:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, Cina juga merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Cina dan Indonesia saat ini membangun hubungan ekonomi yang lebih kuat di beberapa sektor, seperti; listrik, pariwisata, serta perdagangan digital (Presiden Joko Widodo telah meminta Jack Ma, ketua grup Alibaba untuk menjadi penasihat komite pengarah e-commerce Indonesia). Cina juga telah mengamankan investasi dalam proyek kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia yang bernilai USD 5,1 miliar. Baik ASEAN maupun Indonesia menikmati hubungan yang cukup kuat dengan Cina, terutama dalam kerjasama untuk meningkatkan ekonomi mereka.

Konektivitas Maritim: OBOR dan Poros Maritim Dunia dari Perspektif yang Berbeda

Ekonomi Cina masih terus berkembang hingga hari ini, dan ekspansinya untuk membangun kerjasama dengan wilayah lain semakin meningkat. Salah satu proyeksi maritim Cina yang paling menarik adalah One Belt One Road (OBOR), yang saat ini masih berjalan untuk merayu negara-negara di Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Asia Timur untuk membangun koneksi baik jalur laut maupun darat di seluruh benua lain, seperti Eropa dan Afrika.

Ilustrasi Konektivitas Maritim - Sumber Dokumen Pribadi
Ilustrasi Konektivitas Maritim - Sumber Dokumen Pribadi

OBOR adalah proyek optimis untuk membangun konektivitas baik untuk kapal dan kereta api sepanjang pantai dua wilayah; di sekitar Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Proyek ini sering disebut sebagai jalur sutra abad ke-21 untuk mengembangkan pengiriman, distribusi minyak dan gas, serta transportasi antar negara. Konsep OBOR secara resmi diperkenalkan pada tahun 2015, yang berarti dilahirkan saat konflik Laut Cina Selatan sedang memanas. Dengan demikian, OBOR memainkan peran penting dalam perkembangan konflik. Jika Pemerintah Cina bertujuan agar negara mitra potensialnya menerima OBOR, maka aman untuk mengatakan bahwa OBOR diperkenalkan pada waktu yang salah. Ketegangan yang berasal dari konflik Laut Cina Selatan semakin meningkat terutama di antara negara anggota ASEAN, ketika ide OBOR disampaikan kepada dunia.

Sementara itu, Indonesia melalui Presiden Joko Widodo menetapkan visi yang disebut Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia terutama berfokus pada pembangunan konektivitas antar pulau di wilayah Indonesia, serta membangun kemampuan Indonesia untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi dan manajemen maritim di seluruh wilayah dan benua. Setelah konektivitas Indonesia terbangun, elemen kekuatan maritim lainnya seperti pengiriman, manajemen pelabuhan, pariwisata, sumber daya maritim, dan transportasi dapat dengan mudah ditingkatkan.

Konektivitas maritim adalah salah satu kunci percepatan pertumbuhan ekonomi negara-negara. Sebagian besar perdagangan (baik ekspor maupun impor) dikirim melalui jalur laut; ini sama halnya dengan distribusi minyak dan gas. Sementara itu, salah satu elemen Kekuatan Laut oleh Profesor Till adalah kekuatan maritim, yang terdiri dari manajemen sektor ekonomi yang disebutkan sebelumnya. Kedua negara, Indonesia dan Cina, melihat "konektivitas maritim" dalam perspektif yang sama, yaitu sebagai katalis untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.

Literatur internasional sering menggambarkan proyek OBOR sebagai ancaman bagi negara-negara yang bersengketa terutama di kawasan Asia Tenggara, meskipun proyek tersebut menawarkan konektivitas yang komprehensif demi akses yang lebih cepat antar wilayah. Sementara itu, melihatnya secara berbeda sebagai potensi peningkatan di kawasan dapat membawa keuntungan ekonomi lebih besar daripada risiko itu sendiri. Seorang direktur negara dari Bank Dunia menganalisis bahwa OBOR dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Asia serta dunia, terutama negara berkembang yang terletak di sekitar lokus proyek tersebut. Negara-negara di seluruh benua dapat mengalami stimulasi untuk perdagangan internasional, pengembangan infrastruktur, serta pasokan energi dan bahan mentah.

Pemerintah Indonesia, yang saat ini sedang bekerja pada Poros Maritim Dunia, harus dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang dapat mendukung visinya sendiri tanpa melanggar kepentingan nasional. Menurut pendapat penulis, Indonesia harus menganalisis biaya dan manfaat dari OBOR, dan mulai mengamatinya secara objektif. Indonesia dapat diuntungkan dari proyek tersebut, karena Poros Maritim Dunia dan OBOR memiliki satu tujuan utama yaitu konektivitas maritim global, dan kedua proyek tersebut memiliki kemungkinan untuk disinkronkan. Pada catatan penting, kedua negara perlu saling menghormati kepentingan masing-masing dan tidak boleh melampaui batas-batas kedaulatan.

Keamanan Siber sebagai Bagian dari Kedaulatan dan Kemakmuran

Kedaulatan siber bagian integral dari kedaulatan nasional. Di era digital, ancaman siber dapat datang dari berbagai arah, termasuk negara-negara lain, kelompok kriminal, hingga aktor non-negara. Indonesia, sebagai negara dengan jumlah pengguna internet yang besar dan infrastruktur digital yang terus berkembang, menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga kedaulatan sibernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun