Seorang dokter bedah kecantikan pada era tahun 1960-an, Maxwell Maltz, mendapati tak sedikit pasiennya yang kecewa setelah wajahnya 'dipermak habis', karena para pasien itu tetap saja merasa kurang cantik dan menarik. Padahal, operasi dilakukan atas permintaan mereka.
Fakta ini menarik perhatian Dr Maltz, sehingga dia pun melakukan riset selama bertahun-tahun, dan menemukan rahasia di balik permasalahan klien-kliennya tersebut. Secara mengejutkan rahasia ini juga dapat menjawab kenapa banyak orang yang sulit untuk berkembang dan meraih kesuksesan.
Rahasia dan formula untuk mengatasi masalah tersebut ditulis dalam buku berjudul "Psycho-Cybernatics", dan buku ini menjadi best seller dunia. Bahkan karena buku ini Maltz menjadi motivator yang diundang di seluruh belahan dunia, hingga menjelang ajalnya pada 1975. Konon motivator-motivator dunia yang kita kenal sekarang ini, seperti Zig Ziglar, Thony Robbins, Bryan Tracy dan lain sebagainya, mengunakan konsep dasar Maltz dalam pelatihan maupun metode yang mereka bawakan.
Secara ringkas Dr. Maltz menjelaskan, daripada seseorang merubah hal-hal yang terjadi di luar dirinya, jauh lebih efektif jika memulai perubahan dari dalam diri sendiri. Perubahan tersebut diawali dari perubahan atas citra diri yang sering kali sangat rapuh dan negatif, sehingga semua perubahan positif yang terjadi di luar diri sendiri tetap dipandang sebagai hal-hal yang tidak memuaskan.
Citra diri adalah gambaran mental setiap orang terhadap dirinya sendiri. Hal ini termasuk keyakinan kita terhadap kelebihan dan kekurangannya. Sebagian keyakinan tersebut bisa benar, tapi bisa juga salah. Hingga keyakinan tersebut diubah, prilaku kita cenderung mengikuti dan mencari fakta-fakta yang menguatkan keyakinan tesebut.
Sebagai contoh, jika Anda pernah ditertawakan, dihina atau bahkan dicacimaki di depan umum hanya gara-gara salah mengucapkan sesuatu, maka dalam diri Anda muncul keyakinan bahwa Anda tidak berbakat untuk berbicara di depan umum. Jika dampak dari peristiwa memalukan yang tentu saja telah merusak citra diri Anda itu terus Anda pegang, maka selama itu pula Anda "takkan bisa berbicara di depan umum".
Hal utama yang harus Anda lakukan jika Anda memiliki trauma semacam ini adalah, memperbaiki citra diri tersebut dengan mencari sebanyak-banyaknya bukti bahwa Anda pernah berbicara di depan publik dengan baik dan normal. Di sisi lain, Anda juga mencari fakta bahwa banyak orang juga pernah mengalami kesulitan dan hambatan saat berbicara di depan umum. Pembicara sekaliber mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln bahkan pernah mengakui, setiap kali dia harus berbicara di depan publik, selama 30 detik pertama dengkulnya gemetar karena grogi. Akan tetapi setelah itu dia mengatasi problem ini dengan cara mengumpamakan ada seseorang yang menodongkan pistol di kepalanya, dan memaksanya untuk segera berbicara. Dengan cara ini, karena semangat dan antusias, problem teratasi.
Hal yang diajarkan Maltz selanjutnya setelah citra diri seseorang membaik, adalah menggunakan metode "Synthetic experience", sebuah metode berupa teknik visualisasi dalam mencapai target. Dengan mental yang sudah membaik, seseorang diminta membuat detil tahapan dan langkah-langkah dalam mencapai targetnya. Metode ini mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitas nyatanya untuk mencapai target. Dengan bingkai mental seperti ini, seluruh potensi dan sumber daya internal setiap orang, termasuk Anda, akan maksimal dalam mengejar pencapaian.
Metode 'Synthetic experience' pernah diterapkan seorang tentara Amerika saat perang Vietnam. Ketika itu perwira tersebut dan sejumlah prajurit Amerika yang lain, ditangkap tentara Vietcong dan dijebloskan ke kamp penahanan. Selama di kamp tersebut, para tentara Amerika disiksa habis-habisan dengan menggunakan cara-cara keji dan di luar batas prikemanusiaan, sehingga banyak dari para tentara itu yang meninggal dunia, dan yang bunuh diri karena tak tahan disiksa. Saat perang usai, hanya perwira itu satu-satunya yang tetap hidup, dan kembali ke Amerika.
Saat diwawancarai sebuah stasiun televisi, perwira tersebut mengatakan begini; "Setiap hari, selama dalam tahanan super berat tersebut, semua tahanan mengalami siksaan mental maupun fisik. Sebagian besar dari kami memilih berhenti berjuang dan menyerah, tetapi tidak bagi saya. Setiap hari dalam pikiran, saya selalu membayangkan hari-hari dimana saya akan dibebaskan, dimana saya berjumpa kembali dengan seluruh keluarga dan sanak saudara yang saya cintai. Dan akhirnya, inilah saya".
Dengan metode 'synthetic experience', perwira itu memvisualisasikan hari pembebasannya. Meski ketika itu belum ada tanda-tanda bahwa perang akan usai. Bahkan sebaliknya, penyiksaan keji terhadap dirinya dan rekan-rekannya, menjadi pengalaman dan pemandangan sehari-hari yang tak dapat dihindari. Gambaran metal inilah yang membuat dia kuat dan bertahan.
Lalu bagaimana dengan 'siksaan' yang harus Anda hadapi setiap hari? Apakah lebih berat dari yang dialami perwira tersebut? Saya rasa tidak. Tetapi banyak dari kita merasa, atau lebih tepatnya mengkondisikan hidupnya sendiri, demikian sedih dan menderita, sehingga punya alasan untuk pesimis atau bahkan menganggap hidup tidak lagi ada gunanya. Menyedihkan! Jika Anda berfikir begitu, maka hal negatif seperti itulah yang akan Anda dapatkan. Sering sebagian besar dari kita sudah menyerah sebelum memulai, karena kita memiliki gambaran mental yang membuat kita enggan untuk berjuang. Hal 'sederhana' seperti ini harus Anda atasi, karena jika tidak, akan terus mengganggu Anda dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik.
Benar kata Dr Maltz, hambatan terbesar manusia dalam mencapai apapun berasal dari dalam dirinya sendiri. Demikian juga peribahasa yang menjadi begitu tersohor "Anda adalah Apa Yang Anda Pikirkan" oleh karena itu ingatlah, hasil akhir yang berkualitas dimulai dari mengimplementasikan yang berkualitas (Quality implementation / QI).
Semoga bermanfaat,
Kevin Wu
Result Consultant
Managing Director CoreAction Result Consulting
www.qi-leadership.com
www.thecoreaction.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H