Mohon tunggu...
Kevin Nicholas Santoso
Kevin Nicholas Santoso Mohon Tunggu... Editor - Murid

Murid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendalami Kasus Skandal Plagiat Profesor Malaysia

17 Agustus 2024   11:21 Diperbarui: 17 Agustus 2024   11:48 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus profesor yang saya baca adalah tentang Profesor Muda Indonesia yang diduga mencatut nama akademisi Malaysia dalam penelitiannya tanpa izin. Menurut saya, skandal ini dapat merugikan banyak orang yang seharusnya tidak terlibat dalam penelitian yang dilakukan oleh profesor ini. Selain itu, jurnal jurnal penelitian itu dipublikasikan tanpa izin dari nama peneliti yang ada di dalam tulisannya. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi yang kurang matang ke publik.

Menurut Nor, dirinya menerima byline yang tidak diinginkan pada empat makalah yang diterbitkan dalam jurnal yang tidak diindeks oleh Web of Science milik Clarivate. Dia menengarai bahwa jurnal-jurnal tersebut merupakan jurnal predator.

Jurnal predator merujuk pada penerbitan akademis yang mengenakan biaya penerbitan tulisan kepada penulis dan tidak memeriksa mutu dan keabsahan dari tulisan yang terkandung di dalamnya. Setidaknya 24 staf di universitasnya tanpa disadari telah ditambahkan ke daftar penulis makalah Kumba. Sementara itu, Kumba kepada Retraction Watch mengaku telah menghubungi salah satu dosen di universitas tersebut dan mengatakan bahwa masalah tersebut telah diselesaikan. Namun banyak nama staf yang masih dipublikasikan secara online.

Kasus ini bisa diibaratkan seperti seorang koki yang mengambil resep dari koki lain tanpa izin, lalu menyajikan hidangan tersebut di sebuah restoran terkenal dengan mengklaimnya sebagai ciptaan sendiri. Tanpa sepengetahuan koki asli, hidangan itu disajikan kepada pelanggan, yang mungkin menganggapnya sebagai masakan terbaik dari koki tersebut. Namun, ketika terungkap bahwa resep itu dicuri, tidak hanya reputasi koki pencuri yang tercoreng, tetapi juga kepercayaan pelanggan dan kredibilitas restoran itu pun rusak. Begitu pula, pencatutan nama dalam penelitian tanpa izin mencemarkan reputasi akademisi, menurunkan kepercayaan terhadap integritas ilmiah, dan menyebarkan informasi yang mungkin belum layak untuk dipublikasikan.

Di era akademik yang semakin kompetitif, integritas dan etika penelitian menjadi landasan utama yang tidak bisa ditawar-tawar. Namun, skandal yang melibatkan seorang profesor muda Indonesia yang diduga mencatut nama akademisi Malaysia dalam penelitiannya tanpa izin menunjukkan betapa rentannya dunia akademik terhadap pelanggaran etika ini. Kasus ini bukan hanya merugikan individu yang terlibat, tetapi juga mencederai kepercayaan publik terhadap kualitas dan kredibilitas penelitian ilmiah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengevaluasi kembali sistem pengawasan dan tanggung jawab dalam publikasi akademik guna mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun