Mohon tunggu...
Kevin Jone
Kevin Jone Mohon Tunggu... -

Anak sekolah,aktifis gereja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Kayu

22 Januari 2012   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggilah Anton, seorang yang lahir dari kelurga sederhana. Hidup sederhana di tengah desa kecil. Memiliki sebuah impian untuk menjadi seorang tukang kayu yang sukses suatu hari kelak.

Sejak kecilo Anton hanya anak yang biasa yang giat belajar mengejar cita-cita kelak menjadi seorang tukang kayu hebat dalam hidupnya. Tetapi, seiring berjalan nya waktu impian itu pudar sejak Anto setlah selesai sekolah di pilih menjadi seorang Admin di suatu kantor di kota. Singkat cerita Dia sudah menjadi seorang yang besar dan menjadi President Direktur. Sebuah ke suksesan yang di raih dengan kerja kers yang maksimal bukan. Menjadi seorang yang besar sudah Anton raskan dan Anto meraskan mendapatkan banyak kebahagiaan. Tetapi….

*telepon berbunyi* terlihat suatu nama ketika telepon itu berbunyi. “Ayah? ada apa Dia menelepon ku hari ini? Tumben….” Anto mengangkat telepon itu berkata “halo, ada apa Ayah?” dengan suara yang emah Ayahnya menjawab dengan sangat lemah “Nak kembali pulang aku sudah tau dan sakit….”. Anto menyela pembicaraan ” Tidak bisa Yah, Aku sedang sibuk sekali mungkin aku dapat mentransfer unag untukmu..”. “Aku tidak butuh uang mu, Aku hanya ingin Kau disini nak!” jawab sang Ayah. “baiklah Yah, nanti malam Aku akan sampai di rumah.” Anto menghela nafas. tanpa pikir panjang dia menyerahkan semua urusan kantor pada orang yang Dia percayai.

Setelah Itu…….

Ketika sampainya dirumah Seorang yang letih lesu tertidur dan lemah. “Ayah…..” sambil menangis. “Itulah mengapa Aku mengharapkanmu kembali, Aku telah sakit tak berdaya lemah mungkin setelah ini aku akan pergi meninggalkan mu” Ujarnya yang lemah itu. “Ayah tidak seharusnya Kau berkata begitu.” Anto menangis. “Aku memberikan mu pesan untuk meneruskan perkerjaanku sebagai tukang kayu” ujar sang Ayah. “Ayah…..” ucap sang Anto. Ketika kesempatan itu Ayahnya memberi “Ini yang bisa kuberikan padamu bukalah kotak ini ketika kau sudah ingin menyerah dan putus asa.” Anto hanya tertunduk dan melihat Ayahnya meninggal untuk selamanya.

Merenung dan meneruskan usaha yang kecil di desa yang kecil, meninggalkna hingar-bingar kota. Selamat tinggal Wi-Fi, selamat jalan dunia yang indah hanya ada desa kecil dan hinterland kembali pada alam awal yang indah. Teman-temanya meninggalkan Anto, sedih yang Anto rasakan tetapi itulah yang yang harus Ia jalani. Uang yang Dia bawa hanya untuk menginvestasikan segala yang dimiliki untuk desa yang kecil itu.

semua yang Ia miliki hanya untuk dedikasi sang Ayah, keluhan yang keluar hingga pada akhirnya Dia putus asa dan frustasi. Di dalam gubuk yang kecil Ia membuka kotak yang diberikan Ayahnya. Ketika Ia membuka ada sebuah tulisan “Ingatlah Semua Ini” ada sebuah buku usang yang bertuliskan “scrapbook”


  • Foto Kecil Anto membuat kuda kayunya sendiri

  • Foto Kecil Anto membuat sebuah mainan kayu bersama Ayahnya.

  • Foto yang sudah usang dan bertuliskan aku akan melayani banyak orang menjadi tukang kayu sejati.


Anto menangis dan teus berjuang meneruskna semua untuk usaha Ayahnya. Hingga pada garis Akhir Dia melihat sudah melyani banyak orang dengan sebuah hal yang baik dan berubah menjadi suatu yang terbaik.

Pada akhir ini Anto sudah menyelesaikan impiannya dan hidup dengan tenang dan berkerja dengan penuh kebahagiaan yang terus meluap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun