Aku seorang janda yang berumur 63 tahun.
Aku hidup sebatang kara.
'tak ada suami dan anak ku semenjak para tentara itu membantai mereka.
Di mulai pada pagi hari yang indah,seperti biasa melakukan aktifitas seperti biasa.
Tiba-tiba datanglah beberapa tentara kulit putih datang menjemput anak dan suamiku saat itu.
Tanpa ada alasan yang jelas mereka memaksa suami dan anak ku masuk ke mobil mereka,aku berusaha menghalangi mereka,tetapi,gagal.
Aku hanya bisa menangis ketika melihat mereka di bawa.
Aku hanya berdoa kepada Tuhan agar membawa mereka cepat kembali.
Hari demi hari.
Aku hanya menunggu...
Ketika 2 tahun kemudian suamiku kembali.
Penuh memar,lebam,dan darah.
Dan aku bertanya,"ayah dimana anak kita." jawab suamiku "dia di bakar hidup-hidup tanpa alasan."
"apa!"betapa terkejutnya aku saat itu.
Aku menangis . Tak kuat menahan air mata ini.
Ketika 3 bulan di bawalah suamiku lagi bersama tentara kulit putih.
Aku mencoba menghalangi,tetapi suamiku mengatakan "lebih baik berdoa,aku akan baikl-baik saja"senyumnya yang sambil mengatakan hal itu.
Pada bulan Desember akhir tepatnya.
Tentara kulit putih itu datang kembali ke rumah ku.
Dia mengajak ku pergi ke suatu sungai.
Ketika sampai di sungai itu.