Pulang kerja di Royal Botanic Garden. Mereka berdua bertemu di bawah rindangnya pohon-pohon tua yang menjulang gagah, lalu duduklah keduanya di kursi taman yang nyaman menghadap indahnya taman bunga. Percakapan pun dimulai, membahas segala hal yang ada di pikiran mereka berdua. Namun di antara kata-kata yang terucap, terasa ketegangan yang menggelayuti suasana, seolah ada yang tak terungkap di antara mereka berdua.
Setiap kalimat yang terlontar, setiap senyuman yang terukir di bibir mengisyaratkan kerumitan perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata biasa.
Tiba-tiba Celine berkata kepada Leo dengan wajah yang memerah. "Leo, aku harus jujur dengan perasaanku ini. Aku...ya, aku mencintaimu, Leo."
Leo pun terkejut mendengar perkataan yang dilontarkan Celine barusan. "Wah, Celine, aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Aku sama sekali tidak menyangka kamu akan mengungkapkan perasaan seperti ini."
"Maaf jika ucapanku barusan membuatmu kaget, tapi aku hanya ingin jujur dengan perasaanku."
"Celine, kamu tahu aku sangat menghargai hubungan kita sebagai teman dekat. Tapi aku tidak bisa merespon perasaanmu seperti itu," ujar Leo sembari memegang erat tangan kanan Celine yang lembut dengan kedua tangannya.
"Tapi mengapa, Leo? Apakah aku tidak pantas untukmu? Aku tahu kamu juga mencintaiku sejak awal kita bertemu sebagai rekan kerja di Deacon's House Caf, tetapi kamu hanya memendamnya saja dan tidak berani mengungkapkannya kepadaku."
"Bukan begitu, Celine. Memang benar aku sangat mencintaimu. Tapi...Celine...kamu juga tahu kalau kamu sudah memiliki kekasih yang sangat mencintaimu dengan tulus. Jadi...aku menolak dan tidak mau merusak hubungan kalian berdua."
Celine terdiam beberapa detik, kemudian menjawab dengan nada pelan dan lembut. "Aku mengerti, Leo, maafkan aku."
"Hah? Kamu tidak perlu minta maaf. Kita masih bisa menjadi teman seperti biasa, kan?"
Celine pun mengangguk. "Tentu saja, Leo. Terima kasih karena selalu mendengarkan ceritaku yang random selama ini."