Musim dingin di Kota Edinburgh, cahaya matahari hampir seperti barang langka minggu ini. Leo melangkah perlahan, menarik sarung tangan hangat di kedua tangannya. Tiba-tiba teringat ponsel yang ia tinggalkan di rumah.
"Sial, aku lupa membawa ponselku," gumamnya sambil meraba-raba saku celana. "Ya ampun, umur 22 tahun sudah pikun begini. Kalau kembali lagi ke rumah, pasti nanti bos akan memarahiku lagi karena sering terlambat masuk kerja," ujar Leo sambil membuka bungkus permen karet, lalu mengunyahnya.
Tanpa pikir panjang, Leo melanjutkan langkahnya menuju tempat kerja.
***
Leo datang tepat waktu di tempat kerjanya, Deacon's House Caf. Ia tiba dengan langkah riang, disambut oleh aroma kopi yang menggoda dan cahaya lembut yang menyapa dari jendela. Saat Leo hendak melepas sarung tangannya, tiba-tiba ia tidak sengaja ditabrak seseorang dari samping. Ternyata yang menabraknya adalah wanita pujaannya sekaligus rekan kerja Leo, Â bernama Celine.
Leo dan Celine saling bertatapan, senyum terukir di wajah mereka berdua. Namun di balik senyum dan tatapan Leo padanya, tersembunyi perasaan cinta yang sulit untuk Leo ungkapkan. Hati Leo langsung berdetak tidak teratur, serasa diambil alih oleh orkestra merdu saat ia melihat mata biru Celine yang indah. Leo selalu berusaha menyembunyikan perasaan yang begitu dalam itu. Tiap detik yang mereka lewati bersama sebagai teman sekaligus rekan kerja membuat Leo semakin yakin bahwa ia telah terjebak dalam jaring cinta yang Celine rajut dengan senyumnya yang memesona. Namun Leo tahu kalau Celine sudah memiliki kekasih, dan Leo berpikir untuk sebaiknya tidak mengganggu hubungan mereka.
"Lantas mengapa aku masih menaruh hati, padahal aku tahu kau telah terikat janji. Keliru atau bukan, tak tahu. Lupakanmu...tapi aku tak mau. Pantaskah aku menyimpan rasa cemburu padahal bukan aku yang memilikimu," ucap Leo dalam hati.
Leo jatuh cinta padanya karena kelembutan dan kehangatan yang selalu dipancarkan oleh Celine. Tapi tiba-tiba kali ini tatapan Celine pada Leo memiliki sesuatu makna yang berbeda.
"Oh iya, Leo, kamu nanti sore ada waktu luang gak? Kalau ada, bisakah kita bertemu di Royal Botanic Garden? Di sana...aku ingin ngomong sesuatu ke kamu."
Leo seketika terperangah, tak percaya bahwa ini pertama kalinya ia diajak bertemu oleh wanita yang dicintainya. "Ah, ya, tentu saja aku bisa."
***