Mohon tunggu...
KEVIN DIAS SYAHPUTRA
KEVIN DIAS SYAHPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Fiksi-Non Fiksi

Penulis kelahiran Kota Mojokerto, beberapa cerpen saya dimuat di sejumlah media massa, yaitu (Suara Merdeka, Radar Mojokerto, Radar Bromo, Radar Lawu, Radar Banyuwangi, Radar Madura dan Radar Bojonegoro)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Tunggu Aku Kembali, ke Tempat Itu (Part 2)

13 Juli 2024   15:25 Diperbarui: 13 Juli 2024   15:31 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen "Tunggu Aku Kembali, Ke Tempat Itu". (Unsplash.com)

Setelah mereka membeli barang yang diinginkan, Fani bertanya sambil nyemil keripik singkong, "Ngomong-ngomong, habis ini kita mau ke mana, Vir?"

"Hmm... kemana ya enaknya? Gimana kalau kita ke Candi Borobudur? Katanya Candi Borobudur telah diakui oleh UNESCO dan ditetapkan sebagai situs warisan dunia atau world heritage sites. Candi yang berada di Magelang itu menjadi situs budaya pertama Indonesia yang masuk daftar tersebut, tepatnya pada tahun 1991," jawab Davira dengan mata berbinar-binar.

"Wih, mantap tuh, Vir. Tapi... jarak Malioboro ke Candi Borobudur lumayan jauh, loh, mungkin sekitar 40 kilometer. Yaudah deh, ayo kita ke sana. Eits, sebelum ke sana kita foto-foto di Malioboro dulu buat kenang-kenangan dong," usul Fani sambil tertawa kecil.

"Oke, Fan. Duh, padahal baru 4 jam di Malioboro, rasanya sudah betah banget. Pengen tinggal di sini," kata Davira dengan penuh antusias.

Mendengar ucapan Davira, Fani langsung tertawa terbahak-bahak. Setelah menyelesaikan wishlist di Malioboro, mereka memesan Go-Car lagi dan menuju ke Candi Borobudur untuk melanjutkan sesi foto-foto di sana.

***

Dan ketika mereka sudah sampai di sana.

"Buset, bagus dan besar banget candinya. Yok kita ke bagian tengah candi, aku mau foto-foto buat kenang-kenangan," ujar Davira dengan kegirangan.

"Yuk, boleh. Ngomong-ngomong, cuaca hari ini panas banget ya. Kulitku bisa gosong nih, hahaha. Bentar, Vir, aku mau beli minum dulu. Kamu tunggu di sini, ya," jawab Fani sambil mengelap keringat di dahinya.

Fani berlari sampai-sampai menabrak orang yang lewat, menuju ke arah penjual es keliling yang ramai sekali pembelinya. Sepertinya Fani kehausan karena cuaca yang sangat panas di area sekitar Candi Borobudur.

Davira yang sedang menunggu Fani tiba-tiba merasakan sentuhan ringan di bahunya. Ketika ia menoleh, terlihat seorang bapak-bapak dengan pakaian batik bermotif ceplok kates, sama persis dengan yang baru saja dibelinya. Bapak itu berbicara dengan logat Jawa yang kental, “Nduk, kok ora munggah? Ngenteni sapa?”

Davira yang cukup fasih berbahasa Jawa segera menjawab, “Sekedhap Pak, kula malih nenggani kanca kula ingkang saweg tumbas unjukan. Tembungipun piyambakipun kehausan gara-gara cuaca ingkang benter menika.”

Bapak-bapak itu melanjutkan percakapan dengan senyum ramah, “Oh, ngoten nggih. Sampeyan saking kutha pundi, Nduk? Menawi kulo saking kutha Mojokerto, mriki naming kajeng ningali keindahan candi Borobudur.”

“Kula saking kutha Bandung, Pak,” jawab Davira dengan sopan.

Setelah percakapan yang cukup lama, bapak-bapak itu berpamitan dan segera naik. Tepat pada saat itu, Fani akhirnya datang setelah lama mengantri membeli es. Mereka berdua pun segera naik dan menuju bagian tengah Candi Borobudur. Di sana, mereka sibuk berfoto-foto hingga tak sadar penyimpanan di ponsel mereka penuh karena terlalu banyak foto.

Saat matahari mulai terbenam, mereka memutuskan untuk segera kembali ke stasiun. Jarak dari Candi Borobudur ke Stasiun Lempuyangan cukup jauh, sementara kereta api akan datang pukul 19.14

***

Sesampainya di Stasiun Lempuyangan, mereka buru-buru memindai e-boarding pass dan duduk menunggu kereta datang.

“Seru banget tadi, Fan. Walaupun belum kita kunjungi semuanya. Kapan-kapan kita berlibur ke sini lagi. Entahlah, ada apa di kota ini yang membuat kita ingin kembali lagi. Pasti ada sesuatu di Yogyakarta, kota istimewa ini.”

Kereta api pun akhirnya datang. Sepanjang perjalanan, seperti biasa, Davira langsung tertidur lelap sementara Fani sibuk bermain media sosial. Mereka akhirnya tiba di stasiun kota mereka, Bandung.

Jogjakarta, dengan keramahan penduduknya yang hangat, selalu meluluhkan hati para pelancong dan membuat mereka merasa seperti di rumah. Malioboro, dengan simfoni ramainya dari suara penjual dan pengunjung, menciptakan paduan khas yang tak terlupakan. Candi Borobudur, perwujudan kemegahan sejarah, merentangkan kisah-kisah zaman dulu dalam relief-relief halus yang memukau.

Kevin Dias Syahputra 

[Mojokerto, 13 Juli 2024]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun