Davira yang sedang menunggu Fani tiba-tiba merasakan sentuhan ringan di bahunya. Ketika ia menoleh, terlihat seorang bapak-bapak dengan pakaian batik bermotif ceplok kates, sama persis dengan yang baru saja dibelinya. Bapak itu berbicara dengan logat Jawa yang kental, “Nduk, kok ora munggah? Ngenteni sapa?”
Davira yang cukup fasih berbahasa Jawa segera menjawab, “Sekedhap Pak, kula malih nenggani kanca kula ingkang saweg tumbas unjukan. Tembungipun piyambakipun kehausan gara-gara cuaca ingkang benter menika.”
Bapak-bapak itu melanjutkan percakapan dengan senyum ramah, “Oh, ngoten nggih. Sampeyan saking kutha pundi, Nduk? Menawi kulo saking kutha Mojokerto, mriki naming kajeng ningali keindahan candi Borobudur.”
“Kula saking kutha Bandung, Pak,” jawab Davira dengan sopan.
Setelah percakapan yang cukup lama, bapak-bapak itu berpamitan dan segera naik. Tepat pada saat itu, Fani akhirnya datang setelah lama mengantri membeli es. Mereka berdua pun segera naik dan menuju bagian tengah Candi Borobudur. Di sana, mereka sibuk berfoto-foto hingga tak sadar penyimpanan di ponsel mereka penuh karena terlalu banyak foto.
Saat matahari mulai terbenam, mereka memutuskan untuk segera kembali ke stasiun. Jarak dari Candi Borobudur ke Stasiun Lempuyangan cukup jauh, sementara kereta api akan datang pukul 19.14
***
Sesampainya di Stasiun Lempuyangan, mereka buru-buru memindai e-boarding pass dan duduk menunggu kereta datang.
“Seru banget tadi, Fan. Walaupun belum kita kunjungi semuanya. Kapan-kapan kita berlibur ke sini lagi. Entahlah, ada apa di kota ini yang membuat kita ingin kembali lagi. Pasti ada sesuatu di Yogyakarta, kota istimewa ini.”
Kereta api pun akhirnya datang. Sepanjang perjalanan, seperti biasa, Davira langsung tertidur lelap sementara Fani sibuk bermain media sosial. Mereka akhirnya tiba di stasiun kota mereka, Bandung.
Jogjakarta, dengan keramahan penduduknya yang hangat, selalu meluluhkan hati para pelancong dan membuat mereka merasa seperti di rumah. Malioboro, dengan simfoni ramainya dari suara penjual dan pengunjung, menciptakan paduan khas yang tak terlupakan. Candi Borobudur, perwujudan kemegahan sejarah, merentangkan kisah-kisah zaman dulu dalam relief-relief halus yang memukau.