Mohon tunggu...
KEVIN DIAS SYAHPUTRA
KEVIN DIAS SYAHPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Fiksi-Non Fiksi

Penulis kelahiran Kota Mojokerto, beberapa cerpen saya dimuat di sejumlah media massa, yaitu (Suara Merdeka, Radar Mojokerto, Radar Bromo, Radar Lawu, Radar Banyuwangi, Radar Madura dan Radar Bojonegoro)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jenderal Wanita (Part 1)

10 Juli 2024   23:55 Diperbarui: 10 Juli 2024   23:59 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerbung "Jendral Wanita". (Created by Bing Images Creator)

Apakah wanita bisa menjadi jendral? Banyak pria yang beranggapan bahwa wanita itu lemah dan tidak boleh ikut dalam pertempuran. Tapi aku membantah anggapan itu—mereka tidak seharusnya meremehkan wanita. Aku akan membuktikan bahwa wanita bisa menjadi jendral sekaligus membawa kemenangan dalam suatu pertempuran. Sejak umur tujuh tahun, aku selalu berlatih berbagai macam bela diri dan senjata. Saat beranjak dewasa, aku diajarkan tentang strategi dan taktik oleh kakak laki-lakiku, Costacurta.

Kakakku adalah seorang jendral, tapi beberapa bulan setelah dipromosikan, ia gugur dalam pertempuran besar antara Kerajaan Hoshizora dan Kerajaan Amagumo. Ia tewas dikeroyok oleh tiga jendral Kerajaan Amagumo: Kazuki, Ryota, dan Masato. Sebelum tewas, kakakku berhasil menghabisi salah satu dari ketiga jendral itu, Masato. Kedua orang tuaku meninggal sejak aku masih bayi, dan kini aku hidup dalam kesepian. Semua keluargaku sudah pergi meninggalkanku untuk selamanya.

***

Siang itu, saat aku bersandar di bawah rindangnya pohon linden sembari membaca buku, tiba-tiba datanglah seekor merpati putih dengan gulungan kertas terikat di kakinya. Aku pun kebingungan sekaligus penasaran, siapa yang mengirimiku surat melalui burung merpati ini. Aku langsung membuka ikatan itu dan membaca isi suratnya. Surat itu berbunyi:

“Untuk Nona Narumi, Dari Raja Kerajaan Hoshizora, Haruto. Besok pagi, datanglah ke pondok kayu dekat Sungai Baransu. Aku ingin berbicara empat mata denganmu. Aku datang ke sana tanpa pengawal.”

"Hah? Raja Haruto menyuruhku datang ke pondok kayu dekat Sungai Baransu hanya untuk berbicara empat mata denganku? Apalagi beliau datang tanpa pengawal. Aneh sekali," gumamku sambil merobek-robek surat itu hingga menjadi potongan kecil dan membakarnya. "Cih, raja aneh."

***
Keesokan harinya, aku datang ke pondok kayu dekat Sungai Baransu dengan mengendarai kuda coklat peninggalan kakakku. Terlihat dari jendela, Raja Haruto sedang duduk melamun di dalam pondok itu sembari memegang gulungan emas di tangan kirinya. Aku pun turun dari kuda dan memarkirnya di samping pohon nangka dekat pondok, lalu beranjak masuk.

"Selamat pagi, Raja Haruto. Maaf aku terlambat karena latihan memanah terlebih dahulu," ucapku sambil duduk di sofa depan Raja Haruto.

"Tidak apa-apa, Nona Narumi. Jadi, begini… alasanku menyuruhmu datang ke pondok kayu ini dan berbicara empat mata adalah untuk membahas strategi pertempuran melawan Kerajaan Amagumo. Sebelum kakakmu tewas dalam pertempuran besar bulan kemarin, ia memberitahuku kalau ada seseorang yang lebih hebat darinya dalam bertarung dan mengatur strategi pertempuran. Jika ia gugur dalam pertempuran, orang itu akan meneruskan posisinya sebagai jendral. Dan orang yang dimaksud kakakmu itu adalah kau, Nona Narumi."

Aku sontak kaget ketika mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan Raja. "Hah? Serius?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun