Mohon tunggu...
KEVIN DIAS SYAHPUTRA
KEVIN DIAS SYAHPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Fiksi-Non Fiksi

Penulis kelahiran Kota Mojokerto, beberapa cerpen saya dimuat di sejumlah media massa, yaitu (Suara Merdeka, Radar Mojokerto, Radar Bromo, Radar Lawu, Radar Banyuwangi, Radar Madura dan Radar Bojonegoro)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setan Merahku Tidak Sehebat Dulu

30 Juni 2024   12:35 Diperbarui: 30 Juni 2024   12:38 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, Setan Merahku adalah raja di lapangan, menaklukkan semua lawan dan rival. Aku merindukan gaya permainan mereka yang memukau, dipimpin oleh seorang pelatih hebat yang membawa Setan Merahku mendominasi Liga Inggris dan kompetisi Eropa. Namun, semenjak pelatih itu pensiun, performa mereka tak lagi sama. Kini, lawan-lawannya memandangnya bukan sebagai monster, melainkan sebagai pecundang yang mudah dikalahkan.

Rival sekotanya kini lebih mendominasi Liga Inggris. Dahulu, saat bertemu rival sekotanya, semua orang sudah yakin Setan Merah akan menang, tetapi sekarang malah sebaliknya. Bahkan, sempat kalah oleh klub kecil yang tidak dikenal.

Setiap hari di tempat nongkrong, Setan Merahku menjadi bahan lelucon teman-temanku. Kalah dengan cara konyol dan memalukan. Lelucon itu sudah menjadi hal biasa bagiku. Aku tidak marah, karena itu fakta yang tak dapat kubantah. Setan Merahku kini sudah tak seperti dulu.

"Hei, Ronald, Setan Merahmu kalah lagi tuh, hahaha. Julukan Setan Merah itu kini berubah jadi pelawak merah. Kau berharap Setan Merahmu kembali ke masa kejayaannya? Hahaha, sungguh harapan yang mustahil, kawan. Nikmati saja hiburan yang membuat perut sakit karena tertawa melihat permainan bobrok mereka," kata temanku Yusuf, tertawa tanpa henti menonton siaran langsung pertandingan klub kebanggaanku melawan klub kebanggaannya di handphone-nya.

"Halah, klubmu itu tidak akan pernah bisa melewati klubku dalam hal trofi maupun peringkat all-time Premier League dengan 2.472 poin," balasku dengan nada angkuh.

"Dih, jangan sombong, kawan. Semua klub di Liga Inggris akan melewati prestasi klubmu itu suatu hari nanti. Apalagi era kejayaan klubmu sudah habis, itu dimanfaatkan oleh semua klub di Liga Inggris untuk berlomba-lomba menggeser peringkat klubmu. 

Ini adalah era yang akan melahirkan juara baru dan persaingan seru untuk dinikmati. Ingat perkataanku ini, Setan Merahmu suatu hari nanti akan terlihat seperti klub biasa saja, bahkan dianggap klub papan bawah," kata Yusuf menahan tawa, lalu mengakhiri menonton pertandingan langsung dan beranjak pergi meninggalkanku.

Aku terdiam hampir setengah jam, memandang langit malam yang indah, penuh bintang-bintang. Tak satu kata pun keluar dari mulutku. Aku menghela nafas panjang sebelum beranjak pulang. "Huft...perkataan Yusuf tadi sangat benar. Tidak selamanya Setan Merahku selalu berjaya. 

Klub kebanggaanku ini tidak sama seperti klub kebanggaan Kakek yang dijuluki Raja Eropa. Klub itu selalu konsisten setiap tahunnya. Jadi, perbedaannya sangat jauh bahkan tidak layak dibandingkan," gumamku.

Sesampainya di rumah, aku duduk di sofa, memandangi dua jersey koleksi Kakek yang menggantung di dinding, dibungkus plastik. Jersey legenda klub Setan Merah sekaligus klub Raja Eropa, Cristiano Ronaldo.

Entah kenapa aku tiba-tiba tersenyum sendiri melihat jersey itu, selalu teringat kenangan indah saat ia membela klub kebanggaanku. Saat dia pergi meninggalkan klub Setan Merah, aku menangis sejadi-jadinya, merasa kalau suatu hari nanti aku tidak akan melihat lagi sosok pemain hebat dari klub Setan Merah yang mengenakan nomor punggung 7. Karena pemain yang mengenakan nomor punggung 7 rata-rata adalah pemain hebat, mulai dari George Best, Bryan Robson, Eric Cantona, David Beckham, dan yang terakhir Cristiano Ronaldo.

Dugaanku benar, tidak ada pemain yang berhasil bahkan hampir semuanya underperform ketika mengenakan nomor punggung 7 setelah kepergian Cristiano Ronaldo dari klub Setan Merah.

Saat itu, tepatnya tahun 2021, dunia sempat digemparkan dengan kembalinya Cristiano Ronaldo ke klub Setan Merah setelah ia hengkang dari klub Si Nyonya Tua asal Italia. Aku sangat senang dengan kembalinya sang predator haus gol. 

Musim pertamanya di klub Setan Merah saat itu sangat memukau dan mampu memporakporandakan hampir semua klub yang mendominasi di Liga Inggris saat itu. Tapi sayangnya, kedatangan Cristiano tidak bisa membuat klub Setan Merah meraih satu gelar pun, hanya bisa menduduki peringkat 5 di Liga Inggris dan tersingkir di babak 16 besar Champions League. 

Di awal tahun 2023, setelah selesainya ajang Piala Dunia di Qatar, Cristiano pun pergi meninggalkan klub Setan Merah. Aku pun mengikhlaskan kepergiannya karena usianya sudah hampir empat puluh tahun, sudah waktunya ia beristirahat dan menikmati akhir karirnya di Timur Tengah.

***

Saat umurku 7 tahun, itulah awal mengenal klub Setan Merah dari pemainnya yang saat itu bermain untuk Timnas Inggris di Piala Dunia tahun 1998, yaitu David Beckham. Aku terpukau dengan umpan jauhnya yang sangat menawan, tapi sayangnya saat itu dia mendapat kartu merah saat melawan Argentina. Inggris pun mengalami kekalahan lewat adu penalti. Aku yang penasaran dengan pemain itu mencari tahu di klub mana dia bermain. Ternyata dia adalah pemain andalan klub Setan Merah.

Tahun 1999 adalah awal aku menjadi pendukung klub Setan Merah. Di tahun itu, klub Setan Merah menjadi klub Inggris pertama yang meraih tiga gelar sekaligus atau yang dikenal dengan treble winners. Itu membuatku semakin menyukai klub Setan Merah hingga sekarang.

Aku juga berharap semoga saja generasi Class of '92 akan terulang kembali di tahun-tahun mendatang. Karena berkat generasi itu, Setan Merahku bisa meraih lebih dari tiga puluh trofi dalam dua dekade.

Ya, era kejayaan Setan Merahku adalah kenangan terindah sebelum memasuki era kegelapan. Sudah 11 tahun Setan Merahku puasa gelar Liga Inggris. Entah kapan bisa meraih gelar itu. Untuk saat ini, aku memegang satu kalimat: "Saat ini, aku percaya bahwa Setan Merahku sedang dalam proses mengembalikan era kejayaan dan tidak akan dianggap remeh lagi oleh klub besar maupun kecil."

***

Tiba-tiba badanku lemas dan merasa ngantuk. Aku pun berdiri, meninggalkan sofa, dan beranjak ke kamar tidur. Dan inilah waktunya aku bermimpi indah tentang Setan Merahku, sekaligus membayangkan bisa datang ke stadion dan menonton pertandingannya secara langsung, meskipun hanya lewat mimpi.

Kevin Dias Syahputra

Mojokerto, 30 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun