Mohon tunggu...
Kevin Christianto Hantoro
Kevin Christianto Hantoro Mohon Tunggu... Ilmuwan - KCH

XI E/13

Selanjutnya

Tutup

Nature

Apakah Boleh Mengambil Gen Plasma Nutfah dari Negara lain?

22 Agustus 2019   18:23 Diperbarui: 22 Agustus 2019   20:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknik kultur jaringan tidak hanya bisa dilakukan pada tumbuhan, namun teknik kultur jaringan bisa juga dilakukan pada hewan. Mengapa teknik kultur jaringan lebih mudah diterapkan pada tumbuhan?  Teknik kultur jaringan lebih mudah diterapkan pada tumbuhan karena sel tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang lebih tinggi daripada sel hewan, yang menyebabkan tingkat keberhasilan teknik kultur jaringan pada sel hewan lebih rendah dari pada sel tumbuhan. Jadi semakin tinggi sifat totipotensi, tingkat keberhasilan diterapkannya teknik kultur jaringan semakin tinggi pula.

Kultur jaringan pada hewan juga membutuhkan media tumbuh sama seperti kultur jaringan pada tumbuhan. Nah, media tumbuh tersebut dapat berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan sel yang dikulturkan seperti karbohidrat, asam amino, garam, hormon, mineral, serum, vitamin, zat-zat bioaktif, lemak.

Teknologi kultur jaringan telah banyak digunakan untuk kelestarian dan pemanfaatan sumber hayati. Negara maju mulai mengembangkan teknologi ini untuk mengambil gen plasma nutfah dari negara lain agar dapat dikembangkan di negaranya masing-masing. Bolehkah suatu negara mengambil gen asli plasma nutfah dari negara lain untuk dikembangkan di negaranya sendiri?

Kita ambil contoh saja tanaman eceng gondok. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. 

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Menurut sejarahnya, tanaman eceng gondok di Indonesia dibawa oleh seorang ahli botani dari Amerika ke kebun Raya Bogor. Akibat pertumbuhan yang cepat (3% per hari), eceng gondok ini mampu menutupi seluruh permukaan suatu kolam (blooming). Sedangkan di Sungai Amazon Brasil, tanaman eceng gondok ini tidak mengalami blooming. Mengapa demikian? Tanaman eceng gondok di Brasil tidak mengalami blooming karena di Sungai Amazon Brasil terdapat predator yang memakan tanaman eceng gondok ini.

Jadi, ketika seseorang mengkultur gen asli dari tanaman suatu negara, dan ia membawa hasil pengkulturannya itu ke negaranya masing-masing untuk dikembangkan, maka orang tersebut harus dapat menjamin bahwa produk hasil pengkulturannya itu tidak akan menghambat tumbuh kembang keanekaragaman lainnya. 

Nah, dapat kita simpulkan bahwa masing-masing organisme memiliki sifat yang berbeda-beda dan belum tentu bisa cocok satu sama lain dan juga negara lain tidak diperbolehkan untuk mengambil gen asli plasma nutfah suatu negara, karena hal tersebut dianggap bisa mengurangi keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh suatu negara, bahkan menghilangkan kekhasan dari negara tersebut.

Cukup sekian artikel mengenai kultur jaringan dan pengaplikasiannya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan, dan semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

BBBiogen. Dasar-Dasar Teknik Kultur Jaringan Tanaman. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2014/07/ringkasan-kuliah-prof-r-dr-ika-mariska-s-1-dasar-dasar-teknik-kultur-jaringan-tanaman/ . (diunduh pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 18.48)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun