Thidiazuron ditemukan pada tahun 1957. Fenol (difenol atau ortodifenol) ditemukan oleh Nitch dan Nitch (1962). Pada tahun 1965, Â ditemukanlah ABA dan pada 1968, GA3 dapat disintesis. ZPT yang terkini ditemukan antara lain brassinosteroid, asam jasmonat, dan asam salisilat. Penemuan ZPT tersebut memacu penelitian di bidang kultur jaringan.
Hal yang mendasari teknik kultur jaringan ini yaitu sifat totipotensi (Total Genetic Potential) yang dimiliki oleh sel. Teori totipotensi sel (Total Genetic Potential),artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap.Â
Dengan demikian, pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Â
Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Â
Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik. Schleiden dan Schwann berpendapat bahwa sel mempunyai kemampuan autonom dan totipotensi.Â
Sifat totipotensi tersebut membuat sel mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam medium aseptik, dengan syarat medium tersebut haruslah mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Teknik kultur jaringan ini dapat dilakukan dengan cara merendam dalam bahan kimia (sterilan) selama beberapa menit lalu dicuci dengan air steril atau bisa disebut juga sterilisasi eksplan, hal ini bertujuan untuk membunuh mikrobia yang menempel pada eksplan. Kemudian menanam eksplan pada media kultur yang dilengkapi dengan unsur makro dan mikro (inokulasi).Â
Dilanjutkan Meletakkan botol yang berisi eksplan pada ruangan yang suhu dan penyinarannya terkontrol sampai terbentuk kalus. Kemudian Subkultur memindahkan ke media yang menggunakan hormon auksin sampai beberapa kali sampai tumbuh menjadi plantlet.Â
Plantlet dikeluarkan dari botol dan akarnya dibersihkan dengan air bersih. Plantlet ditanam ke pot-pot kecil dan diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Bila plantlet sudah tumbuh kuat, tanaman bisa dipindahkan ke media tanah atau lahan pertanian yang terkena cahaya matahari langsung ( Aklimatisasi ).
Tujuan dari kultur jaringan sendiri di antaranya adalah memperoleh bibit tanaman dengan sifat yang sama dalam waktu singkat, menghasilkan bibit tanaman yang bebas penyakit dalam jumlah besar, melestarikan tanaman-tanaman langka dan tanaman yang sukar dikembangbiakkan secara tradisional.