Mohon tunggu...
Kevin Christianto Hantoro
Kevin Christianto Hantoro Mohon Tunggu... Ilmuwan - KCH

XI E/13

Selanjutnya

Tutup

Nature

Apakah Boleh Mengambil Gen Plasma Nutfah dari Negara lain?

22 Agustus 2019   18:23 Diperbarui: 22 Agustus 2019   20:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah Boleh Pengambilan Gen Plasma Nutfah dari Negara Lain Untuk Dikembangkan di Negara Sendiri?

Kita pasti pernah dengar kata reproduksi, tapi apa sih reproduksi itu? Reproduksi atau perkembangbiakan adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru yang sifatnya sama atau menyerupai induknya. 

Cara perkembangbiakannya ada yang dengan cara kawin (generatif), ada yang dengan cara tidak kawin (vegetatif). Reproduksi seksual adalah perkembangbiakkan yang dilakukan oleh dua organisme yang memiliki sel sperma dan sel ovum. Reproduksi aseksual adalah perkembangbiakkan yang dilakukan tidak diperlukan sel.

Pada tumbuhan, reproduksi vegetatif  dibagi lagi menjadi vegetatif alami dan vegetatif buatan. Namun saya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai reproduksi vegetatif buatan, spesifiknya yaitu kultur jaringan. 

Kultur jaringan merupakan budidaya dengan menggunakan jaringan tanaman untuk membuat tanaman baru dengan sifat yang sama dengan induknya. Atau, kita bisa juga mengartikan kultur jaringan sebagai memelihara dan menumbuhkan organ tanaman seperti tunas, embrio, bunga, dan sebagainya, atau jaringan tanaman seperti sel, protoplas, dan sel, pada kondisi yang aseptik. 

Singkatnya, kultur jaringan atau biasa disebut tissue culture sendiri adalah suatu metode yang dilakukan dengan mengisolasi bagian  tanaman berupa sel, jaringan, dan organ, kemudian bagian tersebut ditumbuhkan dalam suatu medium aseptik agar bisa beregenerasi menjadi suatu tanaman yang lengkap.

Teknik kultur in vitro adalah metode penanaman bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, atau organ) secara aseptis dan ditumbuhkan dalam botol sehingga membentuk tanaman yang sempurna atau menghasilkan produk metabolit tertentu. 

Dewasa ini, kultur in vitro seringkali disebut sebagai kultur jaringan walaupun yang dikulturkan tidak hanya berupa jaringan. Pembahasan diawali dengan kronologi munculnya teori-teori dalam sejarah kultur jaringan. 

Schleiden dan Schwan (1838) merupakan orang pertama yang menyatakan kultur jaringan berdasarkan teori totipotensi (total potential genetic). Haberlandt (1902) mencoba membuktikan teori totipetensi tersebut walaupun belum berhasil membentuk tanaman lengkap (planlet) karena belum ditemukan zat pengatur tumbuh (ZPT). 

Kegagalan Haberlandt ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penggunaan unsur-unsur hara yang relatif sederhana sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagian tanaman secara optimal, penggunaan sel-sel yang sudah sangat terdiferensiasi, dan kemungkinan adanya kontaminasi bakteri pada bagian sel yang akan dikultur karena pada saat itu Haberlandt tidak melakukan tahap sterilisasi. Setelah penelitian Haberlandt, muncul penelitian-penelitian yang berkaitan dengan ZPT. 

ZPT yang pertama ditemukan adalah giberelic acid (GA3) pada 1926 yang terdapat pada benih padi yang terserang Giberella fujikuroi. Kecambah yang terserang cendawan tersebut lebih tinggi daripada yang tidak terserang. Selanjutnya, auksin ditemukan oleh Went dan Thiman (1936). Pada tahun 1950, ditemukanlan sitokinin yang berasal dari sperma ikan hering.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun