Mohon tunggu...
Kevin ArijFirdaus
Kevin ArijFirdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Main Game , Mecoba hal- hal baru, menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gambaran Semangat Pemuda Pemudi di Indonesia yang Berlomba-lomba Mengenai Sumpah Pemuda

4 Juli 2024   19:15 Diperbarui: 4 Juli 2024   19:16 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak 

Dalam artikel ini Pemuda di Indonesia adalah kelompok yang penuh semangat dan antusiasme, dan mereka sangat menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah simbol penting dari identitas nasional dan perjuangan untuk kemerdekaan, dan pemuda di seluruh negeri sangat bersemangat untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang menghormati nilai-nilai ini. Kompetisi ini mencakup berbagai acara seperti parade, pertunjukan seni, dan debat, dan mereka diadakan di berbagai kota dan desa di seluruh negeri. Pemuda sangat bersemangat untuk berpartisipasi dalam acara-acara ini dan menunjukkan semangat mereka untuk negara mereka dan nilai-nilai yang mereka pegang. Kompetisi ini juga memberikan kesempatan bagi pemuda untuk bertemu dan berinteraksi satu sama lain, membangun hubungan baru dan memperkuat ikatan mereka dengan negara mereka. Secara keseluruhan, kompetisi mengenai Sumpah Pemuda adalah cara yang menyenangkan dan bermakna bagi pemuda di Indonesia untuk menghormati warisan mereka dan berpartisipasi dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan kebebasan.

Kata Kunci: pemuda, indonesia, sumpah pemuda, kompetisi, semangat, nasionalisme, kemerdekaan, debat.

 

PENDAHULUAN

Makna Sumpah Pemuda yang kedua menggambarkan walaupun kita berasal dari suku yang berbeda-beda, namun pemuda-pemudi hanya mengakui satu bangsa yaitu Indonesia. Kalimat ini menegaskan adanya rasa persatuan dan toleransi yang tidak tergoyahkan.

Makna Sumpah Pemuda yang ketiga menegaskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa dan harus dijunjung tinggi.

Dalam rumusan Sumpah Pemuda dapat kita rasakan gelora semangat para pemuda-pemudi untuk menciptakan kesatuan dan persatuan. Semangat juang dalam isi Sumpah Pemuda bisa menjadi contoh nyata bagi generasi muda saat ini untuk mengambil langkah dalam mengisi kemerdekaan. Pemberian makna yang dalam terhadap Sumpah Pemuda akan menumbuhkan semangat juang mendapatkan suatu pencapaian tertentu. Makna Sumpah Pemuda yang bisa diambil adalah semangat terus berkobar sekalipun banyak rintangan seperti yang dilakukan para pemuda-pemudi generasi terdahulu.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa. Masyarakat Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat atau bahasa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah makna Sumpah Pemuda yang perlu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan. Karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang tercantum dalam Undang Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 36. Kebanggaan akan Bahasa Indonesia perlu ditunjukkan dan diwujudkan, terlebih saat ini Bahasa Indonesia mulai tergeser karena modifikasi bahasa-bahasa gaul maupun bahasa asing.

Sejak Sumpah Pemuda diikrarkan, kebanggaan terlihat jelas pada segenap perumusnya. Makna Sumpah Pemuda terlihat jelas dalam setiap alinea yang mengandung semangat juang dan rasa bangga menjadi Bangsa Indonesia. Hal itu tentu juga harus dilakukan oleh para generasi muda saat ini. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan beragam budayanya. Kekayaan inilah yang seharusnya dijadikan para generasi muda saat ini untuk melestarikan, mengembangkan, dan bangga menjadi bangsa Indonesia.

Sebelum dan sesudah masa kemerdekaan banyak sekali tantangan yang ada dalam mempertahakan dan memperjuangkan dari masa sebelum kemerdekaan generasi terlebih dahulu sudah banyak mengorbankan cita cita dan masanya untuk memperjuangkan kemerdekaan agar menjadikan generasi selanjutnya menjadi generasi yang lebih baik dan mendapat kemerdekaan dalam sisi manapun dan juga mendapatkan kehidupan yang layak. Dengan begitu melalui tantangan tersebut pada generasi setelahnya harus melakukan pertahanan dan menjaga perjuangan melalui proses pendidikan dan pembelajaran agar memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, kebangsaan, dan cinta tanah air (Priyambodo,2017). 

Peran pemuda dalam pergerakan nasional dibentuk oleh munculnya organisasi  pemuda masyarakat dan keagamaan. Sejak periode ini, kaum muda mulai terlibat dalam urusan politik negara. Kesadaran nasional mendorong berbagai upaya pendidikan generasi muda. Kaum muda mendirikan berbagai gerakan politik dan sosial budaya. Hal ini ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang didirikan  pada tahun 1908 oleh mahasiswa muda STOVIA. Budi Utomo bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam aspek kebudayaan dan pendidikan (Hatta, 1980: 9).

Pasca berdirinya Budi Utomo, banyak organisasi yang aktif di berbagai bidang, antara lain  organisasi politik, agama, perempuan, dan pemuda. Salah satunya adalah organisasi pemuda. Organisasi pemuda pertama yang  ikut serta dalam perjuangan rakyat Indonesia adalah Tori Kolo Darmo, yang kemudian berganti nama menjadi John Java. Mengikuti jejak pemuda Jawa, John Sumatranen Bond, John Minahasa, John Celebes, John Ambon, John Batak, Pemuda Betawi, Sekhar Rukun, bertujuan untuk memperluas persaudaraan dan komunitas. Organisasi lokal lainnya seperti Pemuda Timor juga aktif. Kita akan mengembangkan budaya kita masing-masing. Organisasi daerah dan nasional seperti PI, PPPI, dan Pemuda Indonesia.

Beberapa organisasi yang ada menciptakan kesadaran nasional. Salah satu wujud peran pemuda dalam organisasi kepemudaan adalah keinginan untuk mengintegrasikan organisasi kepemudaan ke dalam organisasi  nasional. Keinginan tersebut diwujudkan pada Kongres Pemuda pertama yang diselenggarakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 yang diberi nama "Pemuda Indonesia". Pada tanggal 26 dan 28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda kedua dengan partisipasi seluruh organisasi pemuda untuk membentuk Tentara Nasional. Hal ini akan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penyelenggaraan Konferensi Pemuda Pertama dan Konferensi Pemuda Kedua yang melahirkan janji pemuda merupakan ikhtiar keras  pemuda Indonesia dalam meningkatkan nilai kebangsaan, dan peran pemuda dalam pembangunannya menjadi kunci peran pemuda dalam pembangunan. Bangsa Indonesia, kita mampu membuktikan eksistensinya. Gerakan nasional yang dilandasi persatuan dan kesatuan Indonesia.

METODE

 

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penulisan artikel ini dengan cara studi literatur atau studi Pustaka dengan mencari berbagai sumber -- sumber seperti jurnal, buku, artikel, website, skripsi dan lain sebagainya. Metode studi literatur adalah pendekatan penelitian yang berfokus pada analisis, sintesis, dan evaluasi sumber-sumber tertulis yang relevan dengan topik penelitian tertentu. 

Metode studi literatur melibatkan proses membaca kritis, analisis perbandingan, dan sintesis informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber literatur tersebut. Hasil dari studi literatur dapat digunakan sebagai dasar bagi perumusan hipotesis, kerangka teoretis, atau sebagai panduan untuk merancang penelitian empiris yang lebih mendalam untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah terjadinya perang salib. Selain itu studi literatur ini. Dengan cara mencatat, menganalisis dan menginterpertasikannya bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan maraknya berbagai kasus permasalahan di Indonesia tentang kurangnya kesadaran dan lunturnya nilai nilai pancasila. Artikel ini dibuat, agara menimbulakan dan mengembalikan kembali kesadaran generasi milenial sebagai penerus bangsa dalam perspektif nilai nila pancasila.

PEMBAHASAN 

 

Menurutnya, kemunculan organisasi baru ini didasarkan pada pengalaman  masa lalu bahwa model perlawanan sebelum tahun 1908  bersifat lokal sehingga tidak efektif.

Oleh karena itu, pada tahap ini muncul kesadaran mendalam akan persatuan dan kesatuan dengan menyatukan secara sistematis segala kemungkinan yang ada untuk melawan konsep-konsep baru. Berubahnya gerakan melawan penjajah dari gerakan non kooperatif menjadi gerakan kooperatif merupakan salah satu akibat dari kebijakan pemerintah kolonial Belanda yaitu kebijakan etis.

Dengan terciptanya masyarakat terpelajar  di berbagai daerah, khususnya Batavia, meningkatkan kesadaran  nasional akan impian mencapai kemerdekaan. Tentu saja cita-cita mencapai kemerdekaan bagi negara-negara kolonial sudah ada sejak awal kedatangan mereka di nusantara, namun segala upaya, yakni gerakan melawan penjajah, dilakukan secara non-kooperatif dan hanya bersifat lokal hasil maksimal. Tentu saja, kalaupun mereka hanya berperang secara lokal, penjajah Belanda akan menang karena mereka mempunyai kekuatan militer dan senjata yang besar. Oleh karena itu, pergerakan regional dan penggunaan senjata-senjata ini hanya akan menciptakan lebih banyak korban -- orang-orang yang terlibat dalam pertempuran.

Bentuk perlawanan komunitas sebelum tahun 1900 gagal. Oleh karena itu, setelah tahun 1900, strategi  perlawanan diubah untuk menjamin keberhasilan tujuan yang diinginkan.

Moedjanto (1988) menjelaskan bahwa sejak abad ke-20, resistensi berkembang sebagai berikut:

Perlawanan terjadi secara nasional (mencakup seluruh Indonesia)

Perlawanan aktif dengan senjata dan taktik  modern dalam bentuk diplomasi dan seni bela diri.Yang diadopsi dari Barat digunakan untuk melawan kolonialisme Belanda.

Gerakan perlawanan diorganisir secara lebih teratur dan rasional, dengan aturan-aturan dasar yang memungkinkan gerakan tersebut bertahan lebih lama. Hilangnya kepemimpinan bukanlah penyebab utama matinya gerakan ini.

Mengenai masa depan negara, ketika gerakan telah mampu menggulingkan struktur masyarakat lama dan membentuk struktur baru, bagaimana seharusnya pemerintahan diatur dan bagaimana perekonomian diatur bagaimana ekonomi harus diatur, bagaimana pendidikan harus diselenggarakan sudah dipikirkan.

Hal ini menjadi perhatian pemerintah mengingat sifat gerakan perlawanan yang terus berubah. Perubahan ini  terjadi karena  pemimpin  belajar dari kesalahan masa lalu. Karena agar gerakan perlawanan berhasil, ia harus mengubah metodenya, tidak lagi berdasarkan kekuatan tetapi pada organisasi. Dalam sejarah perkembangan karang taruna di Indonesia, masyarakat akhirnya mulai sadar akan kepentingan nasional, dan sejak tahun 1920-an, semua karang taruna tidak lagi memperjuangkan kepentingan daerahnya sendiri, melainkan kepentingan nasional.

Peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa  adalah membangkitkan semangat juang luhur, generasi muda saat ini dan masa lalu. Yang bisa kita lakukan adalah selalu melakukan yang terbaik untuk  mencapai hasil yang kita banggakan di mata bangsa Indonesia, hilangkan semangat mudah menyerah, dan segera jaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, semangat pemuda dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional, seperti  keinginan untuk menanamkan ide-ide pembangunan baru dan terlibat langsung dalam pembangunan negara Indonesia. Pemuda Indonesia sering mengalami kegagalan, namun penting untuk diingat bahwa kegagalan tentunya merupakan  awal dari kebangkitan dan awal dari kesuksesan, sehingga tidak mudah untuk menyerah.

Banyak anak pemuda-pemusi sekarang mengembangkan lukisan mengenai tokoh-tokoh pejuang di indonesia dalam memperingati hari sumpah pemuda sampai lukisan tersebut di jual di luar negeri biar orang luar tau bahwa indonesia itu negara yang penuh ikatan dalam pancasila yang sudah di ajarkan oleh Ir. Soekarno.

KESIMPULAN 

 

Sumpah Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Dengan kejadian tersebut, para pejuang tanah air tak hanya bersumpah mendeklarasikan negara bangsa dan tanah air dalam satu bahasa, yaitu bahasa  Indonesia. Di sini mereka juga pertama kali mendengarkan musik Indonesia Raya seiring dengan pengibaran bendera putih untuk pertama kalinya. Peristiwa ini menunjukkan munculnya kesadaran nasional  yang mempersatukan kita sebagai satu bangsa, Indonesia.

Perjuangan organisasi kepemudaan dalam  pergerakan nasional terlihat jelas dalam kegiatankegiatan yang dilakukannya baik dalam bidang pendidikan, masalah sosial, budaya dan politik. Perjuangan yang dilakukan oleh para pemuda daerah tersebut membawa hasil  positif bagi pembangunan daerah dan perjuangan kemerdekaan melawan pemerintah kolonial. Namun, tidak semua  organisasi pemuda berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Nilai nilai pancasila adalah sebagai tongak pandangan hidup bagi bangsa Indonesia, bagaimana ia beradab dan memaknai perjuangan yang telah di raih oleh bangsa Indonesia. Dengan begitu menjadikan nilai nilai pancasila sebagai nilai yang penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, dan berkaitan pula dengan dengan generasi penerus bangsa. Ketika suatu generasi telah pudar dari keberadaban nilai nilai pancasila, maka gugurlah perjuangan generasi generasi sebelumnya dalam mempertahankan dan memperjuangkan nilai nilai tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Harun, C dkk. 2023. Organisasi Pemuda Masa Pergerakan Nasional Indonesia (1908-1928). Jurnal Pendidikan Sejarah : Media Kajian Pendidikan Sejarah, Ilmu Sosial dan Humaniora 3(2), 449477.

Kartodirdjo, S. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional (Jilid 2). Yogyakarta : Ombak.

Naviah, Nita I. 2022. Peran Pemuda Dalam Pergerakan Nasional Di Tahun 1928-1940. Jurnal Of Social Science and Humanities 2(2), 317-330.

Nurjanah, S. 2023. Hubungan Antara Pemahaman Peristiwa Sumpah Pemuda Terhadap Sikap Bela Negara. Jurnal Pendidikan Sejarah 2(3), 82-91.

Perdana, Y & Rinaldo A. 2022. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jawa Tengah : Lakeisha.

Pertiwi, Citra Y. 2013. Peranan Pemuda Dalam Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1908-1928. UNEJ.

Rahman, Momon dkk. 2008. Sumpah Pemuda Latar Sejarah dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasional. Jakarta : Museum Sumpah Pemuda.

Wahyu, A. (n.d.). Peran Generasi Penerus Bangsa Dalam Mempertahankan Budaya Bangsa Indonesia (The Role of the Nation's Next Generation in Defending Indonesian Nation's Culture).

Willya, Vincentius, Didin, H. (2018). POTRET GENERASI MILENIAL PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Jurnal Pekerjaan Sosial, 2, 187 -- 197.

Yudistira. (n.d.). Aktualisasi & Implementasi Nilai nilai Pancasila dalam Menumbuhkan Kembangkan Karakter Bangsa. 2016, 2, 421--436.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun