Dengan terciptanya masyarakat terpelajar  di berbagai daerah, khususnya Batavia, meningkatkan kesadaran  nasional akan impian mencapai kemerdekaan. Tentu saja cita-cita mencapai kemerdekaan bagi negara-negara kolonial sudah ada sejak awal kedatangan mereka di nusantara, namun segala upaya, yakni gerakan melawan penjajah, dilakukan secara non-kooperatif dan hanya bersifat lokal hasil maksimal. Tentu saja, kalaupun mereka hanya berperang secara lokal, penjajah Belanda akan menang karena mereka mempunyai kekuatan militer dan senjata yang besar. Oleh karena itu, pergerakan regional dan penggunaan senjata-senjata ini hanya akan menciptakan lebih banyak korban -- orang-orang yang terlibat dalam pertempuran.
Bentuk perlawanan komunitas sebelum tahun 1900 gagal. Oleh karena itu, setelah tahun 1900, strategi  perlawanan diubah untuk menjamin keberhasilan tujuan yang diinginkan.
Moedjanto (1988) menjelaskan bahwa sejak abad ke-20, resistensi berkembang sebagai berikut:
Perlawanan terjadi secara nasional (mencakup seluruh Indonesia)
Perlawanan aktif dengan senjata dan taktik  modern dalam bentuk diplomasi dan seni bela diri.Yang diadopsi dari Barat digunakan untuk melawan kolonialisme Belanda.
Gerakan perlawanan diorganisir secara lebih teratur dan rasional, dengan aturan-aturan dasar yang memungkinkan gerakan tersebut bertahan lebih lama. Hilangnya kepemimpinan bukanlah penyebab utama matinya gerakan ini.
Mengenai masa depan negara, ketika gerakan telah mampu menggulingkan struktur masyarakat lama dan membentuk struktur baru, bagaimana seharusnya pemerintahan diatur dan bagaimana perekonomian diatur bagaimana ekonomi harus diatur, bagaimana pendidikan harus diselenggarakan sudah dipikirkan.
Hal ini menjadi perhatian pemerintah mengingat sifat gerakan perlawanan yang terus berubah. Perubahan ini  terjadi karena  pemimpin  belajar dari kesalahan masa lalu. Karena agar gerakan perlawanan berhasil, ia harus mengubah metodenya, tidak lagi berdasarkan kekuatan tetapi pada organisasi. Dalam sejarah perkembangan karang taruna di Indonesia, masyarakat akhirnya mulai sadar akan kepentingan nasional, dan sejak tahun 1920-an, semua karang taruna tidak lagi memperjuangkan kepentingan daerahnya sendiri, melainkan kepentingan nasional.
Peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa  adalah membangkitkan semangat juang luhur, generasi muda saat ini dan masa lalu. Yang bisa kita lakukan adalah selalu melakukan yang terbaik untuk  mencapai hasil yang kita banggakan di mata bangsa Indonesia, hilangkan semangat mudah menyerah, dan segera jaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, semangat pemuda dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional, seperti  keinginan untuk menanamkan ide-ide pembangunan baru dan terlibat langsung dalam pembangunan negara Indonesia. Pemuda Indonesia sering mengalami kegagalan, namun penting untuk diingat bahwa kegagalan tentunya merupakan  awal dari kebangkitan dan awal dari kesuksesan, sehingga tidak mudah untuk menyerah.
Banyak anak pemuda-pemusi sekarang mengembangkan lukisan mengenai tokoh-tokoh pejuang di indonesia dalam memperingati hari sumpah pemuda sampai lukisan tersebut di jual di luar negeri biar orang luar tau bahwa indonesia itu negara yang penuh ikatan dalam pancasila yang sudah di ajarkan oleh Ir. Soekarno.
KESIMPULANÂ