Peran pemuda dalam pergerakan nasional dibentuk oleh munculnya organisasi  pemuda masyarakat dan keagamaan. Sejak periode ini, kaum muda mulai terlibat dalam urusan politik negara. Kesadaran nasional mendorong berbagai upaya pendidikan generasi muda. Kaum muda mendirikan berbagai gerakan politik dan sosial budaya. Hal ini ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang didirikan  pada tahun 1908 oleh mahasiswa muda STOVIA. Budi Utomo bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam aspek kebudayaan dan pendidikan (Hatta, 1980: 9).
Pasca berdirinya Budi Utomo, banyak organisasi yang aktif di berbagai bidang, antara lain  organisasi politik, agama, perempuan, dan pemuda. Salah satunya adalah organisasi pemuda. Organisasi pemuda pertama yang  ikut serta dalam perjuangan rakyat Indonesia adalah Tori Kolo Darmo, yang kemudian berganti nama menjadi John Java. Mengikuti jejak pemuda Jawa, John Sumatranen Bond, John Minahasa, John Celebes, John Ambon, John Batak, Pemuda Betawi, Sekhar Rukun, bertujuan untuk memperluas persaudaraan dan komunitas. Organisasi lokal lainnya seperti Pemuda Timor juga aktif. Kita akan mengembangkan budaya kita masing-masing. Organisasi daerah dan nasional seperti PI, PPPI, dan Pemuda Indonesia.
Beberapa organisasi yang ada menciptakan kesadaran nasional. Salah satu wujud peran pemuda dalam organisasi kepemudaan adalah keinginan untuk mengintegrasikan organisasi kepemudaan ke dalam organisasi  nasional. Keinginan tersebut diwujudkan pada Kongres Pemuda pertama yang diselenggarakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 yang diberi nama "Pemuda Indonesia". Pada tanggal 26 dan 28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda kedua dengan partisipasi seluruh organisasi pemuda untuk membentuk Tentara Nasional. Hal ini akan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penyelenggaraan Konferensi Pemuda Pertama dan Konferensi Pemuda Kedua yang melahirkan janji pemuda merupakan ikhtiar keras  pemuda Indonesia dalam meningkatkan nilai kebangsaan, dan peran pemuda dalam pembangunannya menjadi kunci peran pemuda dalam pembangunan. Bangsa Indonesia, kita mampu membuktikan eksistensinya. Gerakan nasional yang dilandasi persatuan dan kesatuan Indonesia.
METODE
Â
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penulisan artikel ini dengan cara studi literatur atau studi Pustaka dengan mencari berbagai sumber -- sumber seperti jurnal, buku, artikel, website, skripsi dan lain sebagainya. Metode studi literatur adalah pendekatan penelitian yang berfokus pada analisis, sintesis, dan evaluasi sumber-sumber tertulis yang relevan dengan topik penelitian tertentu.Â
Metode studi literatur melibatkan proses membaca kritis, analisis perbandingan, dan sintesis informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber literatur tersebut. Hasil dari studi literatur dapat digunakan sebagai dasar bagi perumusan hipotesis, kerangka teoretis, atau sebagai panduan untuk merancang penelitian empiris yang lebih mendalam untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah terjadinya perang salib. Selain itu studi literatur ini. Dengan cara mencatat, menganalisis dan menginterpertasikannya bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan maraknya berbagai kasus permasalahan di Indonesia tentang kurangnya kesadaran dan lunturnya nilai nilai pancasila. Artikel ini dibuat, agara menimbulakan dan mengembalikan kembali kesadaran generasi milenial sebagai penerus bangsa dalam perspektif nilai nila pancasila.
PEMBAHASANÂ
Â
Menurutnya, kemunculan organisasi baru ini didasarkan pada pengalaman  masa lalu bahwa model perlawanan sebelum tahun 1908  bersifat lokal sehingga tidak efektif.
Oleh karena itu, pada tahap ini muncul kesadaran mendalam akan persatuan dan kesatuan dengan menyatukan secara sistematis segala kemungkinan yang ada untuk melawan konsep-konsep baru. Berubahnya gerakan melawan penjajah dari gerakan non kooperatif menjadi gerakan kooperatif merupakan salah satu akibat dari kebijakan pemerintah kolonial Belanda yaitu kebijakan etis.