Nissan Grand Livina
Pabrikan yang sama-sama dari Jepang ini menjadi penantang paling pertama untuk merusak dominasi Avanza, tapi pendapat pada saat awal kemunculannya adalah modelnya jelek, lekukan body banyak yang bilang terlalu jadul, yang jadi pertimbangan orang ground cleareance lebih pendek, takut mentok. Padahal city car sebenarnya tak masalah jika ground cleareance pendek, toh hanya berjalan di aspal, enggak mungkin dibuat off-road, tapi pada kenyataannya orang enggan memilih mobilnya pendek.
Yang paling berat adalah harganya yang memang jauh dengan AvXen, dibanderol 200jutaan lebih jelas mau melawan pun akan sulit. Pada akhirnya orang juga banyak yang beranggapan, harga beli baru mahal, dijual kembalinya murah. Dan sekarang memang terbukti anggapan orang tersebut. Padahal NGL sudah melakukan facelift yang menurut saya sangat bagus desainnya, tapi karena kepercayaan orang itu tadi penjualannya tetap mengecewakan.
Suzuki Ertiga dan APV
Buat orang yang suka nge-bengkel, Suzuki menjadi merk yang sebenarnya cukup populer. Alasannya karena sparepartnya juga cukup mudah didapatkan, apalagi soal sparepart mesin bisa subtitusi ke saudaranya asal satu kode mesin. Suzuki Ertiga pada saat itu memang berhasil merusak dominasi Avanza, terbukti di jalanan saat ini Ertiga tak kalah banyak beredar di jalan. Data dari Gaikindo pada tahun pertama penjualannya mencapai 63.318, nilai ini sudah cukup baik untuk "nyolek"Avanza, yang pada tahun tersebut juga masih digdaya karena laku lebih 200 ribu unit. Tahun 2017 angkanya drop, hanya laku kurang dari 3000 unit.
Soal sparepart memang baik, tapi banyak stereotip yang muncul Ertiga lebih sempit dari Avanza apalagi di bagian seat paling belakang. Tapi secara luas kabin yang memang cukup timpang dibandingkan Avanza. Mobil terluas yang dimiliki Suzuki ya hanya Carry dan APV, tapi karena modelnya yang macem sabun, banyak yang tidak suka modelnya. Padahal APV terbaru untuk penumpang sudah captain seat,jok ala-ala mobil Alphard yang nyamannya luar biasa. Tapi karena APV dicap sebagai pengganti Carry, kelasnya dianggap kelas bawah.
Chevrolet Spin
Aaaahh, membahas Spin rasanya kurang hormat. Kehidupannya tragis, produk ini jadi penantang Avanza yang "mati" paling cepat, bahkan sebelum mengeluarkan pedangnya. Kompasiana pernah ikut review mobil ini, sumpah mobil ini enak. Tapi, Chevy mengorbankan identitasnya sebagai mobil Amerika. Chevy itu memang lebih cocok mobil Big SUV, Double Cabin semuanya sangaaaaar. Karena konsumen Indonesia tidak terbiasa dengan mobil Amerika, lagi-lagi balik ke soal ketersediaan sparepart,tidak ada yang mau mengorbankan uangnya untuk membeli produk yang ke depannya belum tahu masa depannya akan panjang atau tidak. Terbukti mati, kan.
Honda Mobilio
Supir taaaaaxxxxiii!
Cemoohan ini jadi makanan sehari-hari para pengguna Mobilio, semenjak unitnya dibeli oleh Blue Bird citra Mobilio turun drastis, bahkan sempat ada gerakan beramai-ramai jual Mobilio. Padahal AvXen di luar Jakarta pun banyak yang digunakan sebagai unit taksi. Tapi karena efeknya nasional citranya lebih cepat turun, penjualannya memang masih besar, di tahun 2017 mengalahkan Xenia. Tapi, yang beli buat taksi. Haha.
Kasus ini sebenarnya sama seperti Toyota Vios yang mendadak citranya sebagai mobil murah setelah digunakan Blue Bird, padahal yang digunakan untuk Taksi bukan Vios tetapi Limo, yang buka jendelanya aja mesti ngengkol.Yang paling mengenaskan sekarang, kalau kalian masih mau membeli Vios atau Mobilio bekas, pertanyaan pertama pasti "Bekas taksi enggak ya?".
Siapa orang yang mau menghabiskan uang ratusan juta lalu dicap sebagai mobil taksi. Derajatnya turun mah istilahnya.
***