Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga Sepertiga Hari

4 Januari 2017   14:58 Diperbarui: 23 Januari 2017   20:47 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal 2017, mungkin menjadi awal tahun kegamangan bagi saya sendiri. Lagi-lagi harus menganalogikan dengan motor balap, kami harus kehilangan part yang paling krusial untuk berbelok di tikungan demi tikungan selanjutnya hingga finish. Kami kehilangan kemudi. Kang Pepih, biasa kami memanggilnya. Memutuskan untuk meninggalkan "anak" yang dilahirkannya dengan susah payah, dengan caci maki dan cibiran.

Kang Pepih bagi saya sendiri, adalah sosok pemimpin yang saya yakin jarang ditemui di tempat-tempat lain. Sosok yang paling kaya akan ide dan inovasi, setiap minggu akan ada saja ide yang ingin diterapkan bahkan sampai-sampai membuat tim teknologi kewalahan di setiap minggunya. Sosok yang tak kalah bijaksana sebagai pemimpin, penentu kebijakan yang paling membuat pihak manapun puas dengan apapun keputusannya, tapi keputusannya kali ini benar-benar menghujam satu sisi.

Tiga bulan sebelumnya, sebenarnya sudah santer berita kemunduran beliau. Ada satu kekecewaan yang mendalam bagi saya sendiri sebagai bawahannya --walaupun kang Pepih enggan menyebut dirinya atasan. Sempat terbesit dalam hati, beliau sebagai kemudi seperti melepaskan kendali motor balap ini, membiarkan kami untuk berhenti di tengah race, atau parahnya mungkin membiarkan kami menabrakan diri ke dinding sirkuit. Berdiskusi dalam hati, saya memutuskan untuk tidak egois. Saya yakin ada ketidakpuasan dari dalam dirinya yang membuat beliau memutuskan untuk mundur, mungkin juga ide-ide yang kaya serasa terpenjara jika tetap memutuskan untuk bertahan di sini.

Tapi, dari keputusan beliau ini, entah mengapa muncul motivasi luar biasa yang muncul dalam diri saya sendiri. Saya harus lebih fokus, lebih bekerja keras, lebih menghargai hidup untuk bisa lebih berguna. Kompasiana di tengah problematikanya, harus kembali masuk ke dalam track dan bersaing. Kompasiana mempunyai segudang assets yang belum dimaksimalkan, yang diharapkan mampu memanjakan siapapun pengikutnya. Ratusan Kompasianer yang masih loyal hingga saat ini, puluhan Komunitas yang masih bertahan dan aktif adalah assets terbesar dan paling berharga yang dimiliki Kompasiana saat ini. Kami benar-benar sangat berterimakasih atas dedikasinya.

Di awal tahun 2017, kemudi telah diganti agar kami tetap bisa melaju. Walaupun banyak cibiran, Kompasiana akan hancur nasibnya setelah ditinggalkan pendirinya. Tapi percayalah di samping ada pemimpin yang baik, ada pasukan di belakangnya yang jauh lebih memahami kondisi medan perang. Black Pearl dengan dipimpin Captain Jack Sparrow pun tetap dapat menguasai samudera, begitu halnya Kompasiana. Tongkat kepemimpinan telah beralih, kemudi sudah bisa digunakan kembali, Kompasiana akan berusaha mengejar posisi depan. Dan, itu pasti.

Terima kasih, Kang Pep. Telah memberikan bekal yang berharga untuk menjalankan fungsi di generasi selanjutnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun