Hari kedua.
Tiket pesawat untuk kembali ke Jakarta sudah saya pesan untuk jadwal terakhir malam hari, alasannya biar lebih puas jalan-jalannya di Semarang. Check out siang hari, kita melanjutkan kembali dengan menggunakan angkot menuju area Pandanaran karena dikenal sebagai pusat oleh-oleh khas Semarang. Karena masih terlalu siang, Lawang Sewu menjadi lokasi selfie yang rasanya sulit untuk dilewatkan ketika berkunjung ke Semarang, ini lho ikon kota Semarang, masa iya dilewatin aja.
Sama seperti Jakarta, Semarang ternyata macet-macet dan puaaanass juga.
Bangunan bersejarah kota Semarang ini siapa yang tidak tahu dan tentunya sudah akrab di telinga masyarakat. Bangunan yang berarti pintu seribu ini menjadi ikon yang paling melekat dengan kota Semarang, sekaligus paling melekat terkait cerita-cerita horor yang menyelimuti gedung ini.
Berdasarkan informasi gedung, dahulu pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Lawang Sewu menjadi pusat pemerintah Belanda pada saat itu dan menjadi kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sejarah perkembangan dunia kereta api di Indonesia dimulai dari sini.
Maka dari itu, saya sendiri terlalu ciut untuk eksplorasi lebih jauh ke bawah tanah, cukup di dasar saja deh apalagi masih deg-degan kejadian kemarinnya.
Dari sejarah itulah, Lawang Sewu kini menjadi museum edukasi terkait sejarah kereta api di Indonesia. Anda bisa mengetahui perjalanan setiap kereta api, teknologi yang diusung, pembangunan stasiun dan segala macam perkembangannya hingga masa kini.