Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

2 Hari di Semarang, dari Pecel Simpang Lima Hingga Lawang Sewu (6)

28 Juni 2016   13:39 Diperbarui: 28 Juni 2016   13:44 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan kita kembali dilanjutkan, setelah 3 hari bermanja-manja ria di pulau Karimun Jawa. Hari terakhir yang seharusnya menjadi jadwal pulang, kita reschedule kembali, dan memutuskan untuk singgah 1 malam di kota tempat nongkrongnya Gubernur gahar, Ganjar Pranowo. Mengapa kita memilih untuk ke Semarang? Kota ini menjadi kota favorit si maminya, katanya kalo nanti punya uang banyak mau beli rumah di Semarang katanya, biar adem enggak kayak di Tangerang. Kalo saya, ya iyain aja, rumah di Tangerang aja belum punya kok malah mau ke Semarang.

Siang hari, puas sudah meninggalkan aroma laut kita memutuskan untuk menggunakan travel bus menuju Semarang. Dan beruntungnya ada satu armada yang tersedia dari pelabuhan Jepara, tarifnya tidak terlalu mahal jika dibandingkan menggunakan transportasi lain 110 ribu untuk satu kursi, bahkan sekalian request mau diturunkan di lokasi manapun. Kita singgah di hotel budget sekitaran Java Mall MT. Haryono, karena lebih dekat dengan area wisata dan lebih mudah mencari angkutan umum untuk ke lokasi manapun.

Sore kita sudah tiba di Semarang, check in, istirahat dan kita bingung mau kemana di Semarang. Sebagai generasi google, browsing menjadi langkah yang paling tepat untuk menemukan destinasi yang akan kita tuju.

Selepas sholat maghrib, mungkin karena kita ada salah atau apa mungkin juga kurang permisi. Si maminya tiba-tiba lemas tidak sadarkan diri dan mengejutkannya dia tertawa ngeri yang saya sendiri berusaha untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Pengalaman backpacking ini yang mungkin paling akan dikenang oleh saya sendiri, panik karena saya sendiri baru pertama kali mengalami hal-hal seperti ini. Saya angkat ke kasur, lalu menggunakan selimut berdua, mematikan lampu, dan lanjut............. *halah bukan itu. Saya sibuk komat-kamit membacakan surat-surat dan ayat kursi berkali-kali tanpa henti hingga 30 menit lebih, sambil mengusap mukanya dengan air, saya benar-benar tidak tahu harus melakukan langkah apalagi. 

30 menit lebih, akhirnya tersadar sambil ngomong "ngapain baca ayat kursi mulu di kuping?", yah gantian saya yang lemes sambil alhamdulillah, akhirnya sadar dan si maminya benar-benar lupa abis ngapain, duuuhhh.

Jam 7 karena sudah mulai lapar apalagi saya yang sibuk komat-kamit, kita memutuskan untuk wisata kuliner, wooohoo. Agar tidak terlalu jauh, cari angkot dan kita menuju Simpang Lima yang terkenal menjadi salah satu destinasi paling favorit di Semarang untuk kuliner di malam hari. Dan memang benar, Alun-alun Simpang Lima benar-benar dikelilingi dengan puluhan tenda kuliner yang membuat siapapun pengunjung bingung mau makan yang mana. Satu kali putaran alun-alun, beruntung bukan lagi Tawaf yang harus memutari selama 7 kali. Kita justru bingung mau makan yang mana, terlalu variatif dan benar-benar memancing untuk coba yang ini, coba yang itu.

Karena dana yang tersedia terbatas, kita istirahat lagi sambil mencari wangsit dari mbah google dan beberapa referensi dari teman-teman yang suka menjelajah Semarang.

Singgah sejenak di Alun-alun Simpang Lima
Singgah sejenak di Alun-alun Simpang Lima
Sebenarnya mau bertanya juga ke anggota Kompasianer Semarkutigakom yang rata-rata tinggal di Semarang, tapi nanti takut malah merepotkan, akhirnya kita lanjut lagi satu putaran dan menemukan satu tempat yang paling ramai dan sepertinya harganya juga tidak terlalu mahal, Pecel Yu Sri.

Sebagai pecinta pecel, tempat ini sepertinya wajib untuk disinggahi. Menurut beberapa blogger kuliner, pecel ini paling juara di Simpang Lima, jangan heran ketika harus mengantre panjang hanya untuk sajian ndeso begini. Buka mulai dari sore, malam hari tentu akan bertambah ramai padahal kita berdua datang di weekdays, beruntung antrean tidak terlalu panjang tapi tempat duduk sudah penuh.

Dugaan saya tidak sepenuhnya meleset, kenapa tempat ini dinamakan pecel Yu Sri, karena saya yakin mengambil dari nama penjualnya dan uniknya ternyata dijual kakak-adik perempuan yang sama-sama memiliki nama Sri, hahaha. Orangtuanya males amat kasih nama anak.

Aneka sayuran rebus, sate-satean, gorengan dan menu yang lazim ditemui di sajian pecel lengkap tersedia di sini. Nasinya dibungkus pincuk daun pisang, lauknya disirami bumbu kacang pedas olahan duo Sri ini. Spesialnya ada sate keong, karena saya kecil mainnya di sawah biasa saja melihat menu ini, tetapi menjadi pengalaman pertama si maminya makan makanan aneh seperti ini, geli-geli di mulut katanya. Soal rasa? dengan harga murah dan indikator antrean yang mengular, Anda bisa bayangkan seberapa enak pecel Yu Sri ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun