Menikmati Sunrise Pantai Kartini dan Meluncur di Atas Jet Express Bahari (3)
Setelah malam sebelumnya, kita berdua sempat kebingungan untuk mencari tempat istirahat karena tiba terlalu cepat dari jadwal yang sudah diprediksi. Kami memutuskan untuk menyewa homestay murah untuk sekadar istirahat, karena ketakutan saya sendiri bukan ada preman atau apa. Lebih dikarenakan jika sembarangan menunggu mungkin saja tenaga kita habis, untuk aktivitas yang sebenarnya tidak perlu.
Menjelang pagi harinya, sebelum mengambil tiket kapal, kita berdua memutuskan untuk ngider terlebih dahulu di pantainya ikon emansipasi wanita. Pantainya persis bersebelahan dengan Pelabuhan, hanya beda pintu masuk, berhubung kita sudah masuk di dini hari dan tidak ada penjagaan di pintu masuk, tiket pantai Kartini kita GRATIS! Hehehe.
Untuk ukuran tempat wisata, sebenarnya Pantai Kartini ini benar-benar sangat kurang dirawat, banyak taman dan fasilitas yang sudah hancur dan tidak terawat. Ada kolam yang saya sendiri bingung itu kolam ikan atau kolam renang, jika melihat dari airnya sudah sangat keruh, tapi ada bekas seluncuran yang kondisinya sudah tidak bisa digunakan lagi. PR besar ini buat pemerintah kabupaten Jepara, seharusnya lokasi wisata ini bisa dimaksimalkan seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang berniat menyebrang ke pulau Karimun Jawa.
Ada yang tempat yang cukup unik dan edukatif, tapi sayangnya ketika kita berkunjung ke gedung yang berada di sisi pantai dengan desain kura-kura dengan ukuran besar, tempatnya masih tutup. Waah, saya pikir ini mirip laboratorium atau Seaworld seperti di Jakarta, saya tidak sempat masuk ke dalam, ada yang pernah masuk ke tempat ini?
Akhirnya kita memutuskan untuk beli sarapan saja, sambil menunggu waktu mengambil tiket. Ini yang perlu ditandai Kompasianer yang mau menyebrang ke Karimun Jawa. Menurut informasi warga sekitar Kapal Feri Siginjai yang biasa mengangkut wisatawan dan logistik sudah tidak beroperasi, mungkin sementara.
Seluruh wisatawan diarahkan untuk menggunakan kapal cepat Express Bahari. Tentunya tarifnya jauh berbeda 3x lipat, tapi waktu yang ditempuh jauh lebih singkat dibandingkan menggunakan kapal Feri Siginjai. Dan perlu dicatat, loket pembelian tiket express bahari ini ngantrinya super dahsyat. Saya kira pergi di hari biasa, penumpang tidak membludak seperti hari libur.
Saya datang sekitar pukul 07.30 pagi, sudah puluhan orang yang mengantre untuk membeli tiket. Mau orang lokal, bule, banyak duit, calo, kuli panggul wajib Antreeeee. Dan saya sendiri bukan waswas karena lelah mengantre, tapi saya takut ketika tiba giliran saya malah tiketnya habis, Walaaaah...bisa gagal semua rencana liburan.
Menahan pegal-pegal karena antre, sekaligus dagdigdug kepikiran tiket. Beruntunglah saya yang hidup di era digital, satu minggu sebelumnya saya coba kontak Express Bahari melalui media sosialnya, walaupun agak slow response, beruntung akhirnya tim Express Bahari membalas dan saya berniat untuk membeli tiket secara transfer. Dan ternyata bisa, walaupun no. rekeningnya masih atas nama pribadi belum atas nama perusahaan, tapi ya lebih oke lah dibandingkan harus ribet bayar di loket.