Ini Kalimantan pak, pulau terluas yang dimiliki Indonesia. Saya yakin di pulau yang memiliki luas 539.460 km2 ini juga tersimpan harta yang bisa mendukung pembangunan pulau ini.
Dari perjalanan ini pun saya menyadari, jangankan mereka butuh sinyal 4G. Saya yang terlalu dimanjakan dengan pulau Jawa paham yang mereka butuhkan saat ini hanya akses yang memudahkan mereka untuk pindah dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Rekan saya di satu mobil asli di Samarinda, tapi mau ke Kalimantan Selatan saja baru melalui event ini dia baru kesampaian.
Perkiraan saya ada satu tim yang juga berasal dari Bontang dan Balikpapan akan merasa bosan hanya berjalan-jalan di sekitar pulau mereka sendiri. Tapi ternyata karena mereka juga belum pernah menyusuri jalur ini menuju Kalimantan Selatan. Miris meen... Orang pulau Jawa sudah bisa menyusuri dari Pelabuhan Merak hingga Pelabuhan Banyuwangi dengan melewati jalan toll. Mereka harus naik-turun bukit demi mencapai provinsi lainnya. Ini kelewat Jawasentris.
Skip... skip..
Pokoknya pesan saya, jangan lupain Kalimantan ya pak. Mereka juga butuh perhatian lebih, bangun shinkansen di pulau ini juga pasti bisalah pak. Walaupun ongkos produksinya bakalan paling banyak dan sulit, hehehe.
Akhirnya selama 7 jam perjalanan kami tiba di kota Tanjung, beruntung ada hotel yang cukup alhamdulillah di tengah kota ini, tapi sinyal masih naik turun mirip ingus. Setidaknya bisa beristirahat dengan nyaman sebelum melanjutkan perjalanan besok.
Hari kedua kami melanjutkan perjalanan menuju Loksado, kemudi saya serahkan kembali ke bunda Agatha. Alhamdulillah walaupun jalanan didominasi tanjakan curam, walaupun lebarnya tidak terlalu besar, aspalnya terbilang bagus, hanya sedikit jalan yang berlubang. Mungkin karena jarang yang melewati jalur ini, di hari kedua seluruh peserta diajak untuk melakukan aktivitas CSR dengan kreativitas masing-masing, dengan mengedukasi anak-anak SD yang ada di desa Loksado.
Yang membuat saya lega, di SD ini seluruh siswa dibebaskan biaya iuran bulanan. Berarti Kemdikbud sukses di desa ini, belum tahu di daerah lain. Tapi bagi saya ini adalah sesuatu hal yang melegakan, karena hanya dengan pendidikan mereka bisa memberikan kontribusi bagi pulau mereka, bisa melakukan pembangunan yang baik untuk wilayah mereka.
Ada beberapa peserta yang memberikan CSR dengan edukasi soal peta wilayah Indonesia. Ketika ditanya Jakarta itu dimana dan apa, mereka tidak tahu dan menyebut Jakarta dengan pulau Jakarta, ya ada sedikit benarnya sih karena kepulauan Seribu memang masih masuk Jakarta. Tapi untuk menentukan Jakarta dimanapun mereka sulit untuk tahu, apalagi disuruh cari surga barang impor di pasar senen, yang ada mereka malah dipalak gocengan sama preman situ.
Dari fasilitas pendidikan saja mereka sudah tertinggal jauh. 20 tahun yang lalu saya SD sudah bisa merasakan nikmatnya bermain kasti, bermain basket, sepakbola. Di tahun 2016, jangankan ring basket mau bermain bola pun pasti mereka menggunakan gawang sepatu atau tas mereka. Tapi mereka sepertinya tidak terlalu suka bermain bola, apalagi harus tahu Manchester United sedang dikocok-kocok Louis van Gaal.