Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Liburan di Malaysia, Beli Oleh-oleh di Central Market Aja!

30 Oktober 2015   18:03 Diperbarui: 30 Oktober 2015   18:03 3673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Liburan di Malaysia, Beli Oleh-oleh di Central Market Aja!"][/caption]Walaupun tulisan pak Tubagus Encep dengan judul Jangan (Biasakan) Minta Oleh-oleh pada Teman yang Bepergian sudah dibaca ratusan ribu orang. Tetap saja budaya membeli oleh-oleh untuk kerabat dekat dan keluarga tetap saja masuk di dalam otak, kebayang betapa ricuhnya nanti suasana kantor kalo pulang-pulang enggak bawa apa-apa. Udah bawa aja masih dibilang "segini aja nih", bagaimana kalo enggak bawa, meh. Mau bawa banyak, tapi pasti ribet ketika packing di bandara, mau bawa sedikit tapi yang kebagian juga pasti cuma dikit, yah bodo amet deh...

Beberapa hari yang lalu, akhirnya saya berkesempatan untuk mengunjungi negara tetangga tepatnya Malaysia bareng lima Kompasianer. Bukan karena saya menang kuis atau apalagi blog competition, pura-puranya menemani pemenang tiga hari dua malam mulai dari keberangkatan hingga pulang. Lima Kompasianer ini yang beruntung sebagai pemenang blog competition lalu yang diselenggarakan Kompasiana bareng Federal Oil, saya juga termasuk yang beruntung sih karena bisa jalan-jalan gratis di Malaysia, nonton MotoGP pula, masuk paddocknya pula berkat tiket spesial dari Federal Oil.

Tapi, saya enggak akan cerita bagaimana pengalaman nonton MotoGP langsung dari sirkuit Sepang, menstrim brok. Ceritanya yang lain aja ya. Jadi, selama trip di Malaysia bareng Federal Oil ini seluruh acara disusun bukan lagi dari tim Kompasiana ataupun dari tim Federal Oil, ada penyedia layanan travel yang mengatur seluruh acara dan perjalanan di Malaysia. Entah mungkin memang saya yang orangnya agak irit dan enggak suka diatur, saya paling enggak suka jalan-jalan menggunakan jasa travel, biasanya terlalu kaku dengan jadwal-jadwal, dan lokasi wisata juga sudah diset. Jalan-jalan jadi berasa enggak seru ketika harus diatur jam segini harus kemana, jam segini harus segini.

Mirip-mirip anak taman kanak-kanak yang sedang menjalani study tour di museum taman mini, enggak bebas. Tapi berhubung saya disini juga diberangkatkan secara gratis ya jadilah manut-manut. Yang agak sedikit menjengkelkan ketika restoran juga dipilih sesuai paket yang ditawarkan jasa travel. Menunya? enggak bisa pilih ini-itu, semua sudah dikeluarkan sesuai paket, kalo menunya suka sih ya okelah, kalo enggak suka ya mau enggak mau harus dimakan. Jadilah, selama di Malaysia saya makan hanya siang hari setiap hari, pada malam harinya sibuk memanfaatkan waktu bebas untuk berjalan-jalan di spot iconic negara ini. Malamnya lupa makan, akhirnya terpaksa nahan lapar sampai waktu sarapan pagi lagi di Hotel.

Bukan mau bersikap rasis, local guide yang disewa travel tersebut selama Malaysia adalah warga asli Malaysia yang memiliki keturunan tionghoa, dan bukan bermaksud untuk berburuk sangka. Selama perjalanan rombongan selalu diarahkan ke toko-toko, lokasi oleh-oleh dan restauran yang dimana pemiliknya masih satu keturunan dengannya. Harapan saya mau mencicipi makanan khas dari Malaysia, malah diarahkan ke restoran Chinese Food, yaelah di Indonesia banyaaaak...

Jika ke Malaysia salah satu yang paling populer dijadikan oleh-oleh adalah olahan cokelat yang bermacam-macam jenisnya, dan rombongan tiba di salah satu toko cokelat yang cukup elite, dan sempat juga mampir di toko kopi yang jika dilihat dekorasinya cukup elite. Rombongan pun dibebaskan berlama-lama untuk sekedar mencicipi dan jika ingin membeli oleh-oleh di dua toko ini. Mungkin salah saya juga yang kurang memahami situasi dan terlebih dahulu membaca referensi, karena saya pikir tidak akan ada lagi tempat untuk saya membeli cokelat untuk oleh-oleh jadilah saya belanja jor-joran di toko cokelat ini. Habisnya lebih dari satu juta rupiah hanya untuk cokelat, kopi dan teh tarik, waduh. Ya sudahlah ya berhubung buat oleh-oleh kerabat sama keluarga juga sih, lagipula belinya juga nyicil pake kartu Visa, hahaha.

Oke baiklah, kita menuju lokasi terakhir yaitu Central Market sebelum take off balik ke Jakarta. Sebelumnya saya terlebih dahulu googling seperti apa rupa Central Market di Malaysia, persepsi awal lokasinya seperti toko-toko biasa di Indonesia, handycraft, baju-baju. Pandangan awal saya mirip lah seperti Blok M dengan versi lebih kecil. Setelah keliling sebentar, cek kanan cek kiri, wah semuanya serba murah disini, yang paling saya sesalkan harga cokelat yang dijual di Central Market jauh lebih miring dibandingkan dengan yang ada di toko, bisa ada selisih 20 Ringgit meeeen...

Satu juta yang saya keluarkan di toko cokelat sebelumnya bisa beli cokelat sampai berkilo-kilo mungkin jika saya beli di Central Market, bodohnya saya. Jadi mulai dari tulisan ini supaya Kompasianer atau pembaca yang lainnya ketika berkunjung ke Malaysia dan hendak membeli oleh-oleh untuk dibawa kembali ke Indonesia. Jangan terburu-buru membeli di toko, di Central Market justru dengan hanya modal 150 MYR, akhirnya saya malah bisa belanja bermacam-macam oleh-oleh. Pesanan si eneng yang sudah mengingatkan berkali-kali untuk membeli cokelat Beryl's yang memiliki motif seperti telur puyuh tidak saya temukan di toko elite tadi, justru saya malah menemukannya di Central Market dengan harga yang miring pula.

Bukan hanya cokelat, saya malah lebih banyak menemukan barang-barang yang sangat khas banget Malaysia di pasar ini, target saya yang sangat mencari kenangan-kenangan dalam berupa Jersey Sepakbola klub lokal Malaysia, juga saya temukan disini. Jersey Kelantan FA Full Patch, Wooohoooo, harganya juga murah. Yang terpenting ketika mengunjungi pasar ini anda harus rajin negosiasi seperti biasa, jika bingung dengan bahasa melayu Malaysia yang boleh dibilang mirip dengan bahasa Indonesia tapi ada beberapa makna yang berbeda. Mayoritas di pasar ini juga ahli menggunakan bahasa Inggris, Ajaib. Dan ada bisikan dari beberapa rekan pada saat perjalanan, ada stereotip yang berkembang di masyarakat Malaysia dan Indonesia, jika bertemu pedagang keturunan India, agar lebih teliti saat membeli barang, jangan takut untuk cek kembali barang dan juga jangan ragu untuk menawar harga dengan setengah harga, karena beberapa pedagang ini sering memberikan harga dua hingga tiga kali lipat khusus turis. Kejadian ini yang juga ternyata kejadian saat saya membeli jersey, pedagang memberikan harga tiga kali lipat dari harga yang saya tawar, dan setelah negosiasi alot malah dikasih begitu saja dengan harga yang saya tawar, weleh-weleh. 

Jadi, kalo pergi ke Malaysia beli oleh-olehnya di Central Market aja.

[caption caption="Maap jika foto ini sedikit merusak penglihatan anda, hubungi dokter jika kulit anda memiliki panu, kadas, kurap, dan kutu air..."]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun