Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Silaturahim ke Ujung Barat Pulau Jawa, Tanjung Lesung

20 Juli 2015   22:11 Diperbarui: 20 Juli 2015   22:11 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat keluarga yang enggak pernah punya agenda mudik di setiap perayaan hari raya idul fitri, otomatis jatah hari libur yang kita punya lebih banyak jika dibandingkan dengan keluarga yang harus bersusah payah menerjang kemacetan demi bertemu sanak saudara. Bukan berarti saya berasal dari keluarga Betawi, yang rata-rata rumah sanak saudara memiliki jarak yang sangat berdekatan sehingga memiliki waktu yang sangat singkat untuk agenda silaturahmi, tapi yang sebenarnya ayah saya asli Kutoarjo dan ibu saya asli dari Cirebon, berhubung keluarga saya sudah masuk menjadi suku jawa post modern, dimana seluruh kakek dan nenek dari kedua orang tua sudah melakukan migrasi ke Jakarta pada zaman perang. Jadilah, seluruh cucu generasi jawa post modern ini tidak mengerti bagaimana harus memulai pembicaraan dengan bahasa jawa.

Saat waktu perayaan hari raya idul fitri, yang keluarga saya lakukan hanya mudik satu hari ke Rawamangun, sisa hari libur lainnya sering kita gunakan dengan pergi berlibur. Dua tahun lalu, ke Ciater, satu tahun lalu ke Pulau Tidung, dan tahun ini rencananya akan berlibur ke Pantai Anyer karena jarak yang tidak terlalu jauh dari kota Tangerang, ini idenya si mamah langsung ditangkis adik saya dengan kata "Bossseeeeennn". Ya, saya pun akan mengurungkan niat saya berlibur di tahun ini jika si mamah tetap keukeuh ingin ke Anyer. Berhubung juga kini sopir keluarga bertambah menjadi dua orang, alias saya sendiri jadilah googling beberapa referensi yang memiliki jarak yang masih mudah dijangkau dan yang pasti tidak perlu bersusah payah ikut bermacet ria dengan para pemudik pulau jawa. Ketika rata-rata pemudik Jakarta bergerak ke arah timur pulau Jawa, dipilihlah tempat yang berada di sisi barat pulau Jawa. Ada beberapa alternatif, tapi kita lebih memilih Tanjung Lesung sebagai destinasi karena cukup dibicarakan di media sosial, tapi jarang dikunjungi karena jarak yang cukup lumayan.

Berapa jarak yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi ini? Saya yang berlokasi di Tangerang harus memakan waktu kurang lebih 7 jam. Sebagai internet boy sejati, cara yang paling efektif adalah memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan jalur-jalur alternatif agar terhindar dari hiruk-pikuk masyarakat yang juga mau berlibur. Perlu diketahui jalur yang paling sering diketahui orang untuk ke lokasi ini biasanya melalui jalur yang menyusuri pantai hingga Anyer. Prediksi saya tepat, menjelang libur lebaran Anyer menjadi lokasi yang paling mainstream dan menjadi destinasi paling banyak dikunjungi saat libur lebaran di daerah Banten, Gmaps memberikan indikator merah gelap sepanjang jalur ini, jika saya enggak ngeyel dengan papah yang lebih memilih jalur Anyer, mungkin mood buat liburan juga udah berantakan dari berangkat menuju lokasi, yang ada malah nanti lebih milih stop di Pantai Anyer. Oke skip, jadi ternyata ada tiga jalur yang dapat dilalui untuk mencapai Tanjung Lesung, yang pertama sudah pasti anda akan melewati Tol Merak sebagai permulaan, ada tiga gerbang yang bisa dilalui, pintu keluar Serang Timur, Serang Barat, dan pintu keluar Tol terakhir Jalur Anyer. Dari tiga jalur ini juga memiliki karakteristik jalur yang berbeda-beda, Pintu keluar Serang Timur akan selalu padat karena sering dilalui penduduk kota Serang, Jalur Anyer sangat nyaman untuk dilalui karena hanya trek lurus yang menyusuri pinggir pantai tapi pertimbanganya jalur ini akan sedikit tersendat karena Anyer sering dikunjungi wisatawan. Serang Barat ini sangat jarang dilalui, melalui jalur ini kamu akan melalui jalur yang menyusuri Gunung Karang, jalur berkelok-kelok sudah pasti, jalur yang hanya cukup untuk satu mobil kadang ditemui saat melewati perkampungan. Tapi pemandangan jalur cukup indah karena sebelum masuk kamu akan disajikan pemandangan Gunung Karang. Jalur ini yang saya pilih, setidaknya saya sudah mulai refresh otak dimulai dari berangkat.

Pemandangan Jalur Serang Barat yang akan melalui Gunung Karang

Oh ya, sebisa mungkin hindari jalur ini saat gelap karena jalur ini sangat minim dengan pencahayaan jalan, tapi jangan khawatir material jalur ini sudah seluruhnya aspal, hanya agak sedikit berlubang di wilayah perkampungan.

Setelah melewati perjalanan kurang lebih 7 jam akhirnya sampai di Jalan Nasional III, agak sedikit membingungkan sepanjang jalan tersedia pantai-pantai umum yang juga banyak dikunjungi wisatawan, tapi enggak menarik. Target kita pokoknya pemadangan indah dengan terhampar pasir putih dan laut biru. Navigator Gmaps masih menunjukan lokasi masih jauh, masuk gapura Tanjung Lesung langsung disambut dengan banner iklan homestay yang menyediakan penginapan bermodalkan rumah penduduk, sempat berhenti sejenak untuk bertanya-tanya tapi sepanjang mata memandang tidak menemukan pantai-pantai yang dikunjungi wisatawan. Sepertinya homestay masih jauh dari lokasi wisata, perjalanan kami lanjutkan hingga menemui gerbang dengan tulisan besar "Tanjung Lesung". Gerbang sudah ditata dengan rapih, dengan penjagaan ketat dari security, lokasi ini sudah pasti dikelola oleh swasta, masuk gerbang bagi khusus mobil kami dikenai biaya yang cukup dibayar seikhlasnya, ini mau wisata apa mau sodaqoh dalam hati.

Agak sedikit kecele, saya pun bertanya untuk ke lokasi pantai saya harus kemana, si bapak security mengarahkan untuk langsung lurus saja hingga menemui gerbang penjagaan selanjutnya jika mau ke pantai umum. Setelah memasuki gerbang suasana masih seperti proses renovasi karena jalur yang diaspal hanya satu jalur, banyak papan peringatan yang mengingatkan untuk berhati-hati saat melintas karena kera, babi hutan dan binatang lainnya sering melintas. Peringatan ini cukup terbukti, banyak beberapa hewan seperti musang, ular mati terlindas kendaraan. Di kompleks ini juga sudah terdapat beberapa fasilitas yang cukup dijaga oleh security, tapi berhubung tujuan utama keluarga ke pantai, jadilah kita telusuri terlebih dahulu komplek hingga ujung gerbang penjagaan. Dan, satu mobil kembali dikenai biaya 75 ribu rupiah, sebenarnya hanya 50 ribu, entah kenapa tulisan 50 ribu dicoret dengan spidol lalu ditulis 75 ribu. Mungkin juga karena memanfaatkan momen lebaran, tau duit nih si abang.

Melewati jalur berpasir, kami tiba di pantai Bodur agak sedikit tergelincir karena permukaan pasir yang terlalu lembut. Parkir, dan ternyata pantai sangat ramai dikunjungi pengunjung, celingak-celinguk, ini percakapan kita.

Papah: Pantai apaan nih pin, begini doang?

Adek: Enggak kayak di google mas...

Mamah: Rameee banget kayak di Ancol...

Saya: .......................................

Pantai Bodur yang ramai dikunjungi wisatawan lokal

Wahahaha, perasaan campur aduk bingung sama mau ngakak, jauh-jauh, pegel-pegel bawa mobil tapi pantainya begini doang. Mana harus bayar 75 ribu, pasti ada yang salah nih. Pantainya coklat, banyak cabe-cabean foto-foto, enggak ekslusif banget kaya di foto, ombaknya juga besar, mau snorkelingan dimana?

Akhirnya, sebagai internet boy googling lagi. Akhirnya referensi juga melalui kompascom, ternyata untuk mendapatkan keindahan tanjung lesung, kamu harus pergi ke Beach Club, atau jika memilih untuk sekaligus menginap dengan fasilitas wah bisa di Tanjung Lesung Beach Hotel. Walaupun agak sedikit ironis, keindahan alam Indonesia itu bukan milik seluruh rakyat Indonesia tapi hanya khusus untuk yang memiliki rezeki lebih. Untuk menikmati seluruh keindahan tanjung lesung kamu harus mengeluarkan kocek lebih padahal keindahan itu juga milik rakyat Indonesia.

Untuk masuk ke lokasi Beach Club, kamu harus mengeluarkan biaya 40 ribu per orang. Tapi beruntung saya datang saat menjelang maghrib, karena mungkin pengelolaan yang masih seadaanya dan kurang professional, keadaan ini malah menguntungkan kita, saat masuk kita malah dibebaskan dari biaya entah apa alasannya. Dan ternyata karena seluruh fasilitas yang ada di Tanjung Lesung Beach Club berhenti beroperasi hingga jam 19.00 WIB. Sempat bingung mau bermalam dimana, ternyata di Beach Club masih tersedia Camping Ground, jadi bagi yang mau bermalam di Beach Club bisa di lokasi ini, karena pertimbangan membawa orang tua, saya coba tanya terlebih dahulu di Tanjung Lesung Beach Hotel yang ternyata masih tersambung dengan Beach Club, dan ternyata harga langsung digetok enam jutah! bujuk! Tau duit!

Tanpa babibu dan tanya lagi langsung putar balik lagi untuk menanyakan sewa tenda di Camping Ground, harganya juga cukup fantastis, bisa buat bekal beli tenda outdoor beneran. Harga termurahnya 1.2 juta, itu pun hanya ditambah fasilitas coffee break di pagi hari. Deeemn... Lebih mahal dari Hotel Santika, apalagi ditambah pake kartu kantor bisa jauh lebih murah dengan fasilitas yang jauh lebih lengkap. Akhirnya dengan pertimbangan karena masih di dalam lokasi wisata agar tidak jauh untuk bolak-balik, juga ditambah di lokasi yang dikelola resort dan yang penting dibayarin babeh, akhirnya kita pilih lokasi ini. Tendanya cukup besar dilengkapi dengan tiga kasur dan kipas angin jadilah kita menginap dengan beberapa pengunjung yang malam-malam berasa lagi persami waktu SD. Asik sih, malem-malem masih bisa jalan-jalan di sekitar pantai, dibandingkan harus menginap di homestay yang jaraknya sangat jauh dari Resort.

Nge-camp di Green Coral Camping Ground, Tanjung Lesung

Oh ya, Beach Club ini sebenarnya masih dikelilingi hutan, jadi harus sedikit waspada jika tiba-tiba ada binatang yang bisa saja masuk ke Camping Ground. Suara tokek pun sahut-sahutan, kata orang dulu lagi ada genderuwo, Hiiiii...

***

Pagi hari, momen yang tepat untuk menangkap view sunrise, tapi buat saya lebih baik menunggu waktu makan pagi. Untuk saat ini Beach Club memang sangat cocok dinikmati saat pagi hari, kamu akan merasakan seperti memiliki pantai pribadi, berjemur, bermain voli pantai, bermain bola, berenang, foto-foto atau guling-gulingan di pasir bebas kamu lakukan tanpa ada banyak orang yang menggangu. Tapi jangan harap pada siang hari, jadi nikmatilah pantai pada saat pagi hari. Karena kurang professional lagi tapi menguntungkan, kami yang hanya mendapat jatah coffee break, malah disajikan breakfast nasi dan bihun goreng. Sontak waiter yang baru tersadar, dan makanan sudah kami habiskan setengah kelimpungan. Karena kita badannya gede-gede, si abang juga bingung ngomongnya, untung bapake sabar dan mau membayar charge kelebihannya, tapi masih lebih untung karena hanya dikenakan paket per orang, Hahaha.

Harapan saya sebenarnya bisa mengunjungi Krakatau atau Pulau Pahawang dengan harga yang cukup oke, lagipula lokasi ini dikenal menjadi spot snorkeling paling top dengan karang dan ikannya. Tanya-tanya sedikit dengan penduduk dan pegawai Resort, biaya yang dikeluarkan mencapai 2 jutaan per orang, Deeemn... Sekali lagi harus menahan dompet dulu, berhubung dengan keluarga, akhirnya niat ini saya tunda terlebih dahulu, mungkin nanti saat momen berbulan madu sama si eneng, uuhuuk...

Akhirnya, disini ada beberapa watersport yang bisa kamu coba, mulai dari snorkeling hingga jet ski. Saya lebih memilih snorkeling karena tarifnya yang lebih murah jika dibandingkan dengan yang lain di banderol 85 ribu, tapi juga masih jauh lebih mahal jika dibandingkan snorkelingan di pulau seribu. Nyeleeeeemm... dan, cukup menarik sih tapi jauh lebih indah saat snorkeling di beberapa pulau seribu, waktu trip bareng mas Udin sama mas Rahab ke pulau Harapan, mungkin akan lebih puas ketika snorkeling ke Krakatau atau Pulau Pahawang.

Snorkelingan ikannya enggak bagus-bagus amat, selfie aja jadinya...

Tapi, overall tempat ini akan lebih cocok untuk wisata keluarga dengan anak-anak kecil. Jika mengharapkan ekspektasi lebih dan mengeksplorasi lebih luas, sebaiknya lebih memilih paket-paket yang ditawarkan warga yang bermukim disana. Walaupun pasti lebih mahal karena biaya ke Krakatau dan Pahawang membutuhkan transportasi kapal, setidaknya pemandangan jauh lebih Wah!

Next Trip lah kita Karakatu dan Pahawang!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun