"Love your job but don't love your company, because you may not know when your company stops loving you. Always leave office on time" A. P. J. Abdul Kalam.
Quote dari mantan presiden India ini memang paling ampuh membakar semangat para pekerja untuk pulang tepat waktu, ya saya pun tidak bermasalah dengan pernyataan yang satu ini, dengan pulang tepat waktu memang sangat baik untuk kesehatan dan psikologis pekerja itu sendiri, kamu akan memiliki waktu beristirahat lebih banyak, dan ketika saat anda harus bekerja kembali, otak anda akan kembali fresh dan diharapkan performa kerja anda menjadi lebih optimal. Tetapi bukan berarti disaat kamu tampil dengan performa yang buruk, bermalas-malas tetapi juga menuntut untuk selalu pulang tepat waktu, Tak tahu diri namanya. Kamu harus mampu membedakan mana yang mencintai pekerjaan, mana yang mencintai perusahaan.
Jangan hanya karena membaca meme dari Bob Sadino, "Kamu Ini Bangun Pagi Mandi Pamit Kerja Pakai Seragam Kaki Di Bungkus Sepatu Berangkat Pagi Pulang Sore Bayaran Ga Seberapa Kerja Apa Dikerjain?", lantas kamu spontan bereaksi dan merasa terbudaki hanya karena masih menyandang status karyawan. Percayalah, tuhan itu adil, tidak bodoh dan lebih memahami jika manusia memang sudah ditentukan dengan jumlah porsi rezekinya masing-masing, tak akan mungkin jika semua orang harus digariskan menjadi seorang Bob Sadino. Tapi bukan berarti kamu menutup mimpi untuk menjadi Bob Sadino, yang perlu digarisbawahi dari pesan ini adalah, jangan pernah termotivasi dari hasil seseorang, tetapi kamu harus cari tahu bagaimana langkah-langkah dan proses untuk menjadi seorang Bob Sadino.
Saya juga harus mengakui, saya pernah melewati masa-masa ketika ambisi terasa mengebu-gebu. Menjadi Fresh Graduate Worker yang berarti kamu baru saja melewati masa-masa pendidikan, dan menyambut masa membangun karir. Sesuai dengan frase Fresh, yang berarti kamu masih menjadi produk yang segar untuk digunakan. Tapi tahukah kamu untuk di saat ini, perusahaan tak lagi melihat bagaimana calon pekerja itu fresh ataupun tidak, perusahaan akan cenderung mencari produk yang siap bersaing, siap memberikan inovasi. Salah satu alasan mengapa perusahaan gemar merekrut fresh graduate worker adalah beban pengeluaran perusahaan yang semakin ringan, karena fresh graduate worker cenderung memberikan harga yang lebih murah. Tetapi hal ini juga bukan berarti kamu tidak siap bersaing dan memiliki inovasi, tapi inilah langkah awal sebagai pemula untuk menunjukan keahlianmu secara optimal.
Salah satu kesalahan mengapa Fresh Graduate Worker tetap dianggap sebagai pekerja pemula adalah tidak adanya inisiatif yang baik untuk kemajuan perusahaan, dari awal inilah perusahaan yang akan menilai apakah pekerja tersebut layak untuk maju ke langkah selanjutnya ataupun tidak. Rekan kerja saya pernah mengutarakan pendapat, perlakuan pada karyawan2 baru yang masih "polos" acap kali jadi "kafilah berlalu"nya perusahaan. Saya pun tak menampik perlakuan perusahaan di masa-masa saat ini, tapi dengan hanya merongrong lalu berdiam diri juga sebenarnya adalah langkah yang kurang tepat. Apakah kamu akan menyalahkan kura-kura yang mampu mengalahkan kelinci bodoh yang memilih berdiam diri untuk menunggu langkah kura-kura selanjutnya? Yang perlu kamu lakukan adalah upgrade your experience, upgrade your skills, upgrade your personality. Tunjukan jika kamu layak untuk melangkah selanjutnya, ini yang kadang sering dilupakan fresh graduate worker yang rata-rata lebih memilih untuk berdiam diri dan menunggu keajaiban. Beberapa langkah kadang sering dilakukan namun sebenarnya langkah tersebut kurang tepat dan akan merusak suasana kerja dalam perusahaan. Beberapa hal yang sering dilakukan akan saya jabarkan sedikit, opini ini bisa saja untuk disanggah, tapi sebaiknya ambil dari sisi baiknya terlebih dahulu.
***
Mudah Mengeluh dan Sulit Beradaptasi
Fresh Graduate Worker umumnya masih terbiasa dengan pola saat kuliah maupun saat sekolah, ketika harus diserang secara tubi-tubi dengan pekerjaan, di saat itu pula umumnya pekerja baru ini merasa terbudaki. Ketika harus diberikan pekerjaan baru yang bukan bagian dari pekerjaan sebelumnya, spontan merasa terbebani. Perlu diketahui ketika atasan memberikan pekerjaan baru, bukan berarti seluruh perintah itu kamu anggap sebagai pembudakan, bisa jadi sebagai tanggung jawab yang baru dan kamu dianggap pribadi yang mampu mengemban pekerjaan baru tersebut. Jangan ragu untuk melangkah lebih, jangan hanya karena atasan atau senior kamu yang memberikan perintah lantas kamu merasa bawahan yang hanya bisa disuruh-suruh, sekali lagi percayalah tak semua atasan maupun senior itu sejahat bawang merah yang selalu mengintimdasi bawang putih, dengan memberikan pekerjaan untuk melangkah lebih lanjut berarti atasan maupun senior kamu telah memberikan tempat yang setara di sisi mereka.
Perhitungan Terhadap Waktu Kerja
Ini masih bisa jadi perdebatan, tetapi tak semua pekerjaan bisa disamaratakan. Apakah pekerjaan yang memiliki waktu kerja tidak statis seperti wartawan ataupun pekerjaan lainnya harus selalu pulang tepat waktu? Apakah kamu pernah membayangkan pekerja di perusahaan telekomunikasi yang harus terbangun di dini hari, hanya agar kamu bisa terkoneksi dengan akun media sosialmu?. Agak kelewatan memang jika pekerja diharuskan lembur setiap hari, tapi saya sarankan jangan pernah memperhitungkan waktu kerja yang diminta senior maupun atasan kamu hanya dalam satu kali maupun dua kali yang hanya diminta dalam jangka waktu satu bulan. Sekali saja anda menolak kepercayaan yang diberikan, mulai saat itu pula kepercayaan yang diberikan tidak akan datang untuk yang kedua kalinya. Jadi, sebaiknya pahami dulu apakah permintaan tersebut masih rasional atau sudah terlalu berlebihan. Dengan menunjukan sikap tersebut, juga secara tidak langsung kamu juga menunjukan rasa tidak nyaman dengan suasana kantor. Saya masih percaya ketika menganggap pekerjaan menjadi suatu bagian dari permainan, semua beban akan terasa ringan dan menyenangkan.
Ekspektasi Berlebihan Terhadap Pendapatan
Agak lucu ketika kamu sudah deal di awal wawancara mengenai pendapatan, lalu mengeluh di tengah masa kerja. Pekerjaan dirasa tidak sebanding dengan pendapatan, balik lagi perusahaan dianggap mendiskriminasi karyawannya, padahal perusahaan pun tidak memaksa kamu untuk menerima penawaran yang diberikan, kamu juga memiliki hak untuk menolak dengan tawaran tersebut. Sebaiknya baca dengan lengkap kontrak yang ditawarkan saat wawancara, jika dirasa ada yang kurang jelas, jangan ragu untuk menanyakan langsung terkait kesejahteraan karyawan, jangan lupa tanyakan terkait pendapatan yang akan kamu terima. Kebiasaan ini yang kadang menjadi toxic bagi karyawan lainnya, apalagi diperparah dengan memprovokasi isu-isu memicu beberapa karyawan untuk menyuarakan pendapat yang sama. Langkah ini menurut saya kurang tepat, jika kamu menginginkan kebutuhan dan pendapatan yang meningkat caranya adalah tunjukan performa seoptimal mungkin, umumnya perusahaan akan selalu meninjau kembali dan memberikan penilaian dalam waktu satu tahun. Jadi, ketika setengah tahun saja kamu sudah menuntut lebih atas pendapatanmu, Keblinger boss!Â
Senior ataupun atasanmu pasti punya hati, pasti juga pernah mengalami masa-masa itu, mereka juga tidak akan tinggal diam ketika salah satu bagiannya mengalami kesulitan. Sebagai Fresh Graduate Worker ada yang perlu diperhatikan, pengalaman akan jauh lebih penting dibandingkan harus keukeuh dengan pendapatan impian atau bisa juga dibilang keinginan yang sangat ambisius. Rekan kerja saya yang jauh lebih senior pernah mengatakan, sebaiknya sebagai Fresh Graduate Worker lebih fokus untuk mencari pengalaman lebih sekaligus menjadi tempat pembelajaran seandainya ada momen yang tepat untuk melangkah di perusahaan yang berbeda.
Mengancam Resign
Saya pernah terbesit dengan sikap ini, dan maafkan saya jika pernah terfikir untuk berlaku tak beretika seperti ini. Mengancam untuk Resign adalah langkah terbodoh yang pernah ada, apalagi dengan mengharapkan perusahaan akan menahan kamu untuk tetap bertahan. Menurut catatan CNN, ada pertambahan 300 ribu jiwa di tahun ini, dan 300 ribu jiwa itulah yang juga siap menggantikan posisi kamu saat ini. Jangan pernah terlalu confidence, merendah jauh lebih baik dibanding harus banyak mengeluh yang belum tentu ada solusi terbaiknya. Jika kamu tak puas dengan perlakuan perusahaan, sampaikan dengan cara yang elegan, berbicaralah secara empat mata dengan atasanmu, tanyakan bagaimana jalan terbaik yang harus ditempuh agar memenuhi langkah selanjutnya, bukan dengan cara bergerumul dan saling memprovokasi. Jika dirasa tidak puas dengan jawaban, langkah ini adalah langkah terakhir yang harus ditempuh. Tapi tak ada senior maupun atasan yang akan menjerumuskan kamu jurang yang paling dasar, seluruh elemen akan berusaha membangun perusahaan dengan suasana yang kondusif, mampu membangun suasana yang lebih identik dengan suasana keluarga.
***
Percayalah, Bob Marley selalu berpesan Everythings Gonna Be Alright...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H