[caption id="attachment_290981" align="aligncenter" width="582" caption="Cuma genangan air/Dokpri"][/caption]
Siapa yang tidak tahu apa itu Banjir? Apalagi minggu-minggu ini seluruh media baik media cetak hingga media elektronik pun bergerilya memberitakan bencana yang konon terjadi karena membuang sampah sembarangan seperti pada buku-buku pelajaran anak sekolah dasar, banjir juga masuk kategori sebagai bencana alam disandingkan seperti angin topan, erupsi gunung merapi dan bencana-bencana dahsyat lainnya.
Banjir Menurut Klasifikasi
Tapi menurut saya banjir itu bisa dikategorikan menjadi 3 klasifikasi, betul dimana banjir yang memiliki tinggi kelebihan air diatas 150cm bisa dikategorikan bencana karena belum tentu semua orang berani menerjang deras dan tingginya air banjir seperti kondisi saudara kita yang di manado sudah pasti itu masuk kategori Bencana Alam hebat karena menelan korban yang tidak sedikit, berbeda jika banjir hanya memiliki tinggi air sekitar 30cm banjir bukan termasuk bencana tapi menjadi Anugerah dan Arena Rekreasi bagi anak-anak, anak siapa yang tidak senang bermain air walaupun airnya pun mirip susu coklat favorit mereka, dan beda lagi jika banjir memiliki tinggi diantara 60cm – 100cm banjir ini bukanlah bencana, banjir seperti ini hanyalah Rutinitas bagi warga pelanggan setia banjir, kok bisa rutinitas? Perhatikan saja Warga pelanggan banjir di klasifikasi level ini, dari cara antisipasi banjir pun lebih profesional, lebih terorganisir, lebih siap, dan lebih menikmati ketika rutinitas tahunan ini datang.
Saya sebagai warga yang termasuk pelanggan setia banjir ini pun sudah menikmati dari saya lahir pun sudah tinggal di kawasan yang dulunya menurut brosur yang pernah disimpan ayah saya sebagai kawasan paling elite di sekitar ciledug, dulunya belum banyak kompleks yang mempunyai fasilitas selengkap disini, walaupun ternyata juga bakal mendapat fasilitas ekstra arena air tahunan ini yang ternyata baru terlihat ketika 7 tahun kemudian kompleks ini menunjukan potensi wisata nya :D
Uniknya, Prinsip Learning by Doing sangatlah berguna jika anda juga ingin menikmati sensasi hidup di tengah Rutinitas tahunan ini, mungkin jika ada upacara adat rutinitas ini bisa jadi rutinitas sakral bagi warga disini, ketika banjir pertama kali melanda kawasan ini belum ada prediksi, persiapan apalagi teknologi yang berguna ketika banjir datang, antisipasi pertama cukup menyelamatkan diri tanpa harus membawa barang-barang berharga dirumah, padahal banjir kala itu tidak terlalu besar hanya sekitar 50-60cm karena kepanikan itulah banyak barang yang seharusnya bisa diselamatkan ikut berendam di genangan air, tahun ketahun banjir kedua kembali datang kali ini warga kawasan ini sudah siap dengan antisipasi bentuk-bentuk rak unik, dan modifikasi rumah untuk menampung kapasitas barang yang dievakuasi, seperti apa?
[caption id="attachment_290989" align="aligncenter" width="560" caption="Modifikasi Loteng / Dokpri"]
[caption id="attachment_290997" align="aligncenter" width="600" caption="Meja Serbaguna / Dokpri"]
Paling berguna dari meja yang ketika hari normal digunakan sebagai meja konveksi beralih fungsi sebagai tempat makan dan istirahat ketika siang hari, berubah menjadi arena camping ketika malam hari dengan bonus bantal dari tumpukan sisa bahan yang sudah potong.
Dan lebih tepatnya anda kurang tepat mengucapkan "Turut Berduka atas Musibah Banjirnya" karena sebenarnya warga di kawasan ini pun tidak ada yang menggangap banjir ini sebagai musibah, hanya Rutinitas tahunan, menjaga keakraban, solidaritas sesama warga. belum percaya? ini ekspresi ketika banjir malah jadi hiburan warga disini.
[caption id="attachment_291000" align="aligncenter" width="600" caption="Distribusi Makanan sekaligus Hiburan / Dokpri"]
Kevinalegion, The Enemy Inside
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H