Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banjir Bencana? Banjir Itu Rutinitas

20 Januari 2014   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_290981" align="aligncenter" width="582" caption="Cuma genangan air/Dokpri"][/caption]

Siapa yang tidak tahu apa itu Banjir? Apalagi minggu-minggu ini seluruh media baik media cetak hingga media elektronik pun bergerilya memberitakan bencana yang konon terjadi karena membuang sampah sembarangan seperti pada buku-buku pelajaran anak sekolah dasar, banjir juga masuk kategori sebagai bencana alam disandingkan seperti angin topan, erupsi gunung merapi dan bencana-bencana dahsyat lainnya.

Banjir Menurut Klasifikasi

Tapi menurut saya banjir itu bisa dikategorikan menjadi 3 klasifikasi, betul dimana banjir yang memiliki tinggi kelebihan air diatas 150cm bisa dikategorikan bencana karena belum tentu semua orang berani menerjang deras dan tingginya air banjir seperti kondisi saudara kita yang di manado sudah pasti itu masuk kategori Bencana Alam hebat karena menelan korban yang tidak sedikit, berbeda jika banjir hanya memiliki tinggi air sekitar 30cm banjir bukan termasuk bencana tapi menjadi Anugerah dan Arena Rekreasi bagi anak-anak, anak siapa yang tidak senang bermain air walaupun airnya pun mirip susu coklat favorit mereka, dan beda lagi jika banjir memiliki tinggi diantara 60cm – 100cm banjir ini bukanlah bencana, banjir seperti ini hanyalah Rutinitas bagi warga pelanggan setia banjir, kok bisa rutinitas? Perhatikan saja Warga pelanggan banjir di klasifikasi level ini, dari cara antisipasi banjir pun lebih profesional, lebih terorganisir, lebih siap, dan lebih menikmati ketika rutinitas tahunan ini datang.

Saya sebagai warga yang termasuk pelanggan setia banjir ini pun sudah menikmati dari saya lahir pun sudah tinggal di kawasan yang dulunya menurut brosur yang pernah disimpan ayah saya sebagai kawasan paling elite di sekitar ciledug, dulunya belum banyak kompleks yang mempunyai fasilitas selengkap disini, walaupun ternyata juga bakal mendapat fasilitas ekstra arena air tahunan ini yang ternyata baru terlihat ketika 7 tahun kemudian kompleks ini menunjukan potensi wisata nya :D

Uniknya, Prinsip Learning by Doing sangatlah berguna jika anda juga ingin menikmati sensasi hidup di tengah Rutinitas tahunan ini, mungkin jika ada upacara adat rutinitas ini bisa jadi rutinitas sakral bagi warga disini, ketika banjir pertama kali melanda kawasan ini belum ada prediksi, persiapan apalagi teknologi yang berguna ketika banjir datang, antisipasi pertama cukup menyelamatkan diri tanpa harus membawa barang-barang berharga dirumah, padahal banjir kala itu tidak terlalu besar hanya sekitar 50-60cm karena kepanikan itulah banyak barang yang seharusnya bisa diselamatkan ikut berendam di genangan air, tahun ketahun banjir kedua kembali datang kali ini warga kawasan ini sudah siap dengan antisipasi bentuk-bentuk rak unik, dan modifikasi rumah untuk menampung kapasitas barang yang dievakuasi, seperti apa?

[caption id="attachment_290989" align="aligncenter" width="560" caption="Modifikasi Loteng / Dokpri"]

13901912621751108048
13901912621751108048
[/caption] Apa sih gunanya? memanfaatkan ruang kosong bentuk V terbalik pada atap rumah kira-kira berukuran 3mx3m , tempat ini sanggup menampung perabotan elektronik seperti tv, komputer dan kawan-kawannya, juga menampung pakaian bersih, jadi ketika sedang berada di air banjir dan ingin mengganti cukup ambil pakaian bersih yang sudah tersimpan di loteng modifikasi ini, mandi dimana? cukup mampir ke toilet umum, kebiasaan saya suka numpang di toilet pom bensin, karena lebih terawat dan lebih bersih. saya sebenarnya ingin foto bagian dalam modifikasi loteng ini, berhubung saya juga belum pulang kerumah lagi sejak banjir kedua karena kesibukan jadi belum sempat foto bagian dalam, (setelah difoto nanti diupdate) [caption id="attachment_290994" align="aligncenter" width="600" caption="Rak Baju Gantung / Dokpri"]
13901917341286379674
13901917341286379674
[/caption] Rak model ini paling efektif untuk mengganti rak baju konvensional di lemari-lemari kayu jati, walaupun lemari berbahan kayu jati dijamin memiliki daya tahan paling kuat ketika harus berjibaku menahan air tapi tidak efektif untuk menyimpang baju di dalam lemari karena sudah pasti akan ikut tergenang bersama air banjir. selain untuk baju bagian atas pun bisa dimanfaatkan sebagai rak simpan barang elektronik, terlihat tv, printer, stablisizer dengan memanfaatkan media kosong bagian atas rak ini.

[caption id="attachment_290997" align="aligncenter" width="600" caption="Meja Serbaguna / Dokpri"]

13901924631916898322
13901924631916898322
[/caption]

Paling berguna dari meja yang ketika hari normal digunakan sebagai meja konveksi beralih fungsi sebagai tempat makan dan istirahat ketika siang hari, berubah menjadi arena camping ketika malam hari dengan bonus bantal dari tumpukan sisa bahan yang sudah potong.

Dan lebih tepatnya anda kurang tepat mengucapkan "Turut Berduka atas Musibah Banjirnya" karena sebenarnya warga di kawasan ini pun tidak ada yang menggangap banjir ini sebagai musibah, hanya Rutinitas tahunan, menjaga keakraban, solidaritas sesama warga. belum percaya? ini ekspresi ketika banjir malah jadi hiburan warga disini.

[caption id="attachment_291000" align="aligncenter" width="600" caption="Distribusi Makanan sekaligus Hiburan / Dokpri"]

13901927811420674101
13901927811420674101
[/caption] [caption id="attachment_291001" align="aligncenter" width="600" caption="Ada wajah cemas? ? Dokpri"]
1390192924561642779
1390192924561642779
[/caption] Jadi? Mengapa harus berduka ketika bisa menikmati hidup selagi masih ada yang bisa dinikmati :D

Kevinalegion, The Enemy Inside

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun