Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Wahai Para Orang Tua, Game Online Tak Melulu Soal Negatif

20 Februari 2015   21:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_351811" align="aligncenter" width="576" caption="Electronic Sports World Cup (Dok. eswc)"][/caption]

"Kepiiiin... kerjaannya maen dar der dor mulu"

"Kepiiin... kamu main online itu judi yah"

"Kepiiin... udah belajar belooom?" Ciailaah... Kalimat-kalimat itu yang sering mampir di otak saya ketika sedang asik-asiknya main game di sela-sela waktu sibuk. Siapa sih yang tidak senang dengan yang namanya games? game dengan genre apapun pasti akan menjadi oase, melepas segala tekanan aktivitas yang berulang setiap harinya. Sama dengan halnya games online, bagi siapapun yang menggemari game interaktif antar pengguna di dunia maya ini menjadi aktivitas favorit sebagai penyeimbang aktivitas yang memiliki potensi menambah orang-orang stress di dunia. Tapi, masifnya pemberitaan negatif di beberapa media yang menjadikan pandangan beberapa orang jika game online itu berdampak buruk, mempengaruhi mental anak, bahkan ada yang lebih "gila", menurut beberapa orang tua game online disebutkan sebagai langkah awal sang anak masuk di dunia perjudian. Waah, ini salah kaprah banget. Yang jelas mengapa si anak bisa kearah negatif karena kurangnya pantauan orang tua terhadap anak, tapi jangan dilarang itu juga cara yang salah, tapi diawasi ketika anak sedang bermain game online. Padahal ada hal-hal yang sebenarnya sangat positif dari game itu sendiri, contohnya saya mengambil kutipan dari doktersehat.com.

Bermain video game juga dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, semakin banyak remaja dilaporkan bermain video game strategi, seperti role-playing game, semakin mereka membaik dalam pemecahan masalah dan nilai sekolah tahun berikutnya, menurut sebuah studi jangka panjang yang diterbitkan pada tahun 2013.

See? Tak melulu soal negatif yang menjadi dampak dari game online. Dampak negatif timbul hanya karena kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua kepada si anak. Dan, masih banyak lagi manfaat yang sebenarnya baik ketika sang anak bermain game. Jadi, sebelum lanjut ubah dahulu pandangan anda mengenai game. Game bukanlah biang masalah dari seluruh dampak negatif yang ditimbulkan, tetapi pengawasan orang tua lah yang menjadi sebab utamanya.

Game Mampu Melatih Respon, Logika dan Kerjasama

[caption id="" align="aligncenter" width="581" caption="Kerjasama dengan Tim (twobrothers.com)"]

Kerjasama dengan Tim (twobrothers.com)
Kerjasama dengan Tim (twobrothers.com)
[/caption]

"Ah.. sotoy lu pin!" "Aah.. bodo amat deh!" Buat yang belum percaya games itu mampu melatih respon, logika dan kerjasama silakan dicoba sendiri, yang pasti ini berdasarkan pengalaman saya bertahun-tahun main games. Yang pertama respon, mengapa bisa melatih respon? untuk memastikan efek dari games ini yang mampu melatih respon, fasilitasi anak dengan peralatan seperti headset, dengan headset pemain akan mendengarkan suara dan langkah kaki sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saya ambil contoh game FPS semisal Counter Strike, pemain akan berperan sebagai salah satu kubu, bisa menjadi polisi ataupun terrorist, dalam hal ini pemain akan waspada ketika bertemu musuh jika ada langkah kaki maupun gerakan lainnya terdengar di telinga kanan maupun kiri, sang pemain akan terlatih untuk mendengar lebih jeli darimana musuh akan datang, si pemain akan merespon seperti lebih berhati-hati, sembunyi atau mungkin langsung menyerang dimana posisi musuh akan datang. Yang kedua logika, games juga mampu merangsang logika sang pemain, masih contoh dalam game FPS, ketika terrorist bergerak ke arah lokasi bom A namun dijaga ketat dengan polisi, terrorist akan mengulur waktu atau bisa juga bergerak menuju lokasi bom B. Si pemain dalam hal ini polisi akan dituntut untuk melatih logika, ketika tidak ada pergerakan di lokasi bom A, sudah pasti pemain yang berperan sebagai polisi harus bersiap-siap putar arah menuju lokasi bom B sambil mendengar pergerakan langkah dari terrorist. Yang ketiga kerjasama, games juga mampu melatih kerjasama, sudah pasti games semacam ini akan berjalan secara tim, yang satu tim polisi yang satu tim terrorist. Jadi si pemain akan bertemu dengan pemain lainnya yang menjadi satu tim, kumpulan pemain tersebut dituntut melatih kerjasama yang baik ketika menyerang lokasi bom ataupun mempertahankan lokasi bom agar tidak meledak. Bagaimana bisa seluruh polisi berjaga di lokasi bom A tapi terrorist menuju lokasi bom B, sudah pasti polisi tersebut akan gagal mempertahankan lokasi tersebut, maka kumpulan pemain yang berada satu tim ini bisa membentuk strategi, ataupun berjalan dengan membagi kelompok dengan dua rute yang berbeda.

Games Bisa Menghasilkan Uang yang Banyak

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Pewdiepie (forbes.com)"]

Pewdiepie (forbes.com)
Pewdiepie (forbes.com)
[/caption]

"Uang dari Judi, Yaaah?"

"Haailaaah..."

Enggak semua uang dihasilkan dari judi kali... Buat gamers sudah pasti kenal siapa Pewdiepie, dia salah satu gamers yang eksis di youtuber, aktivitas di kanal youtubenya didominasi seputar video reviewnya dengan game-game horror terbaru, dengan gayanya kocak Pewdiepie langsung menjadi perhatian dunia. Melalui akun youtubenya pula dia mendulang uang yang tak sedikit. Menurut wawancaranya bersama Wall Street Journal, dengan modal main game, review, dan upload video review di YouTube, PewDiePie mampu mengantongi uang hasil dari iklan yang muncul di video youtubenya yang rata-rata hingga US $4 Juta (lebih dari Rp 40 Miliar) setiap tahunnya.(Sumber) Mangstraaab kan? Dan itu baru seorang Pewdiepie, masih banyak lagi gamers di genre lain yang mampu mendulang uang tak sedikit hanya bermodalkan bermain game yang menurut para orang tua "enggak guna".

Games Mampu Menjadikan Kamu Juara Dunia

[caption id="" align="aligncenter" width="539" caption="Fnatic (eswc)"]

Fnatic (eswc)
Fnatic (eswc)
[/caption] Siapa yang bilang kalo main game itu bukan olahraga? Game pun ada gelaran akbar olahraga dunianya walaupun olahraga elektronik, digelar setiap tahun ESWC (Electronic Sports World Cup) menjadi tempat para gamer mengadu keahliannya dengan seluruh gamer di dunia. Walaupun Indonesia masih jauh dari gelar juara dunia, siapa tahu ternyata anak anda, atau kamu-kamu yang hobi nge-game yang ternyata memiliki talenta luar biasa untuk mengharumkan nama Indonesia. Siapa yang tahu? Walaupun pemerintah juga belum support penuh, tapi ya memang begitu pemerintah Indonesia, Hehe. Setelah terkenal baru disanjung-sanjung.

***

Jadi, untuk para orang tua atau bahkan calon orang tua, rubah pandangan anda mengenai game. Game tak sepenuhnya adalah penyebab dampak negatif, semua kembali di perhatian orang tua itu sendiri.

Fasilitasi Anak dengan Equipment yang Mumpuni

[caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Equipment yang Mumpuni (Facebook ESWC)"][/caption] Sama seperti ketika anda sangat bersemangat masukan anda di klub olahraga ataupun klub sains, pasti mereka akan membutuhkan perlatan untuk menunjang hobinya, mulai raket yang berharga jutaan, sepatu ratusan ribu, hingga suplemen yang menunjang hobi anak. Di game juga sama seperti itu, untuk memulai hobinya dengan serius, fasilitasi anak dengan komputer yang mumpuni bermain game yang disukainya, mouse dan keyboard khusus game, headset yang baik jangan belikan speaker murahan, karena headset akan jauh lebih berguna pada saat bermain game.

Awasi dan Atur Jam Bermain Anak

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Tugas Orang Tua adalah mengawasi anak (mashsizz.com)"]

Tugas Orang Tua adalah mengawasi anak (mashsizz.com)
Tugas Orang Tua adalah mengawasi anak (mashsizz.com)
[/caption] Segala aktivitas apapun jika dilakukan secara berlebihan akibatnya selalu tidak baik, apakah anda mau memaksa anak anda untuk berolahraga setiap hari tanpa istirahat? Bermain game juga seperti itu, akan ada waktu lelahnya, jadi tugas utama anda sebagai orang tua adalah mengawasi sang anak, dan atur jam bermain, dalam hal ini saya sebenarnya enggan menyebutnya bermain, tapi atur jam berlatih sang anak, batasi maksimal antara 1-3 jam per harinya. Jadi si anak tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya anak-anak, belajar, bermain di luar, peran dan perhatian orang tua yang sangat penting pada langkah ini. Ketika anda menjawab anda sibuk jadi tidak sempat mengawasi si anak, itulah menjadi awal dimana anda sudah tidak sayang dan peduli lagi dengan perkembangan sang anak.

Dorong Anak Untuk Mengikuti Club Game atau Kompetisi

[caption id="" align="aligncenter" width="507" caption="Kompetisi Game (Facebook ESWC)"][/caption] Salah satu cara mengembangkan potensi anak adalah mengumpulkan dengan anak yang memiliki hobi yang sama pula, mereka akan belajar dengan anak yang memiliki hobi yang sama. Carilah tim-tim game, dengan mengikuti salah satu tim tersebut, bisa jadi si anak juga mengikuti kompetisi-kompetisi yang diikuti tim tersebut. Jadi... masih berpikiran jika games online itu buruk? Jika iya, baca lagi dari atas...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun