Mohon tunggu...
Kevin Marandika Arizona
Kevin Marandika Arizona Mohon Tunggu... Lainnya - Fotografer

Sedang merintis karir sebagai fotografer peristiwa alias pewarta foto dan penggemar olahraga bernama sepakbola. Mengunggah tulisan jika senggang atau sekedar menghabiskan waktu kala tidak memotret.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Olahraga yang Kompleks Itu Bernama Sepak Bola

2 Oktober 2022   23:37 Diperbarui: 2 Oktober 2022   23:42 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: vk.com

Sumber gambar: footyfair
Sumber gambar: footyfair
Dalam ranah negara yang menyangkut harga diri bangsa, tegangnya situasi politik juga merambah ke ranah sepakbola. Contohnya adalah solidaritas negara-negara Arab saat menolak bertanding dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina atau pertandingan konflik perang pasifik antara Chile dengan Peru. Bahkan yang terbaru adalah pemboikotan Rusia karena menginvansi Ukraina, bahkan dalam beberapa tahun terakhir kedua negara tersebut sengaja untuk tidak dipertemukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sepakbola begitu kompleks jika kita membuka kemasannya dan melihat isinya yang terdiri dari pelbagai unsur. Lagi-lagi bukan hanya menang dan kalah, sikap sportivitas atau permainan yang indah. Lantas, bagaimana sepakbola di Indonesia? Bagi saya sama saja dengan di luar negeri. Perbedaannya adalah unsur rivalitas dalam sepakbolanya tidak sekuat liga-liga luar sana. Persija kontra Persib saja yang bertajuk el-clasico Indonesia hanya bermula pada urusan tiket tandang dan miskomunikasi. Terlihat receh bukan? tapi imbasnya sudah sekian nyawa yang melayang karena hal sepele tersebut.

Banyak yang berkata bahwasannya Indonesia harus mencontoh suporter Eropa yang tertib dan mengatakan bahwa mayoritas suporter di Indonesi ber-SDM rendah. Menurut saya pernyataan tersebut sedikit konyol, masalah tertib itu subjektif dan sifatnya lebih ke personal. 

Sepakbola Indonesia sudah memenuhi seluruh aspek yang saya sebutkan diatas, baik fanatisme buta, chauvinisme dan manifesto perjuangan. Semua itu bisa di saksikan kala Indonesia berhadapan dengan Malaysia atau lebih dikenal sebagai derby Nusantara. Fanatisme yang meluap-luap, merasa negaranya sendiri lebih bermartabat dan memandang rendah bangsa lain (nasionalisme yang sempit) serta manifesto perjuangan bertajuk 'Ganyang Malaysia' terus digaungkan di tribun. Hal ini juga berlaku sama di sepakbola dunia belahan manapun. Maka dari itu, sepakbola itu seperti hubungan yang sulit dimengerti tapi tidak bosan untuk dinikmati. Semakin kompleks, semakin seru laga yang tersaji, semakin tinggi juga gelombang konfliknya.

Pertandingan sepakbola akan terasa lebih dari 90 menit karena ada yang mereka perjuangkan. Saat peluit dibunyikan maka disitulah harga diri dipertaruhkan. Harga diri tersebut mencakup pemain, penggemar, daerah bahkan negara. Akhir penulisan, saya meminjam kalimat Tan Malaka yaitu "sepakbola adalah alat perjuangan" yang saya definisikan saat ini sebagai alat perjuangan untuk merdeka dari segala macam komentar buruk atas olahraga yang fantastis ini. Jangan jadikan sepakbola sebagai alat untuk memperkeruh suasana, tapi jadikan sepakbola sebagai alat pemersatu segalanya.

Referensi:

https://www.coursehero.com/file/44919716/MAKALAH-SEJARAH-SEPAKBOLAdocx/
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/old-firm-derby-bukan-sekadar-rivalitas-tapi-soal-agama-politik-dan-sejarah-1tF1ajF1zjr/4
https://www.bolatimes.com/boladunia/2021/11/27/100000/awal-mula-rivalitas-boca-juniors-dan-river-plate-hingga-jadi-derbi-terganas

https://web.archive.org/web/20171028084304/http://www.fifa.com/about-fifa/who-we-are/the-game/index.html

https://medium.com/over-the-world/war-and-peace-sepak-bola-dan-politik-internasional-f92c3487d4f8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun