Mohon tunggu...
Kevin Sairullah
Kevin Sairullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Humanisme

Pecandu Keheningan | Penikmat Kopi | Membaca Dan Menulis |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angin November, Hari Pahlawan, Pilkada Serentak, Krisis Ahklak

10 November 2024   11:40 Diperbarui: 10 November 2024   12:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin november membawa kabar dari para pahlawan,anginyya sepoi-sepoi begitu menyejukan. Angin november juga membawa kabar pilkada,dan krisis ahklak kali ini anginyya menakutkan dan mengkhawatirkan. Di atas tanah ini, ada  jejak kaki yang tak tampak,tertulis dalam daun kering yang berguguran jatuh di tanah yang retak. Ada yang pergi tapi pulang tinggal nama, nama itu kini menjadi  obor kehidupan yang terus menyala. Bukan sekedar suara tembakan,atau pesta kemenangan. Langit yang dulu gelap,kini biru terhampar luas,menjadi nilai yang begitu berharga. Darah,air mata,dan doa bersemayam di tanah ini. kita berdiri di tengah sorak-sorak pesta Pemokrasi Kepala Daerah. berharap ada ruang sunyi untuk mengenang mereka  yang tak pernah meminta pujian. mari menunduk sejenak, biarkan hening membawa doa kita, untuk mereka yang telah pergi tapi tak akan pernah hilang. hari ini kita terlelap dengan merdeka,esok kita harus bangun dan tetap berjuang. Sebab langkah tak pernah terhenti karena mereka pahlawan sepanjang masa. Bangsa ini bukan lagi medan perang,tapi ladang harapan perubahan,bukan lagi senjata di tangan tapi ilmu dan keahlian,harapan akan pemimpin yang mau bekerja keras,menembus batas,manantang masa.

Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghormati jasa pahlawannya, begitu kata Soekarno, yang merupakan Bapak Bangsa Indonesia (The Founding Fathers of Indonesia). Tepatnya 10 November 2024, dimana kita mengenang kembali perjuangan para Pahlawan. Para pejuang kemerdekaan, di mana hari ini kita menyambut momentum Hari Pahlawan. Di mana sejak 1945 kita memperingati Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Disinilah awal mula Revolusi Nasional Indonesia terjadi. spirit juang hari pahlawan baru sebatas perayaan yang selalu besifat seremonial,selanjutnya ada kerja -kerja yang dimunculkan pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah. Namun sayangnya kerja-kerja itu bukan bagian dari fundamental perubahan Bangsa. kerja yang tidak menghendaki perubahan Pemerintah yang masih pada tataran level retorika dan konseptual 'menyamai' gagasan Pahlawan, selebihnya dalam tataran implementasi masih minus.  Bermula dari ditetapkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959, tanggal 16 November 1959, peringatan Hari Pahlawan menjadi acuan resmi di republik Indonesia tercinta. Kini dalam rentang waktu yang relatif panjang, setelah rangkaian acara seremonial Hari Pahlawan digelar, apa dampak positifnya untuk rakyat?. Rasa-rasanya, masih minim.

Era ini perang mental dan akhlak telah menjadi penentu arah perjalanan sebuah Bangsa. Bangsa yang kuat selalu dibarengi dengan mental dan akhlak rakyatnya kang kuat sebaliknya mental dan akhlak rakyatnya yang lemah,membawa Bangsanya pada kegelapan dan ketertinggalan. Sebagian  para ulama di Indonesia kerap kali meneriakan Revolusi Ahklak mantan Presiden Jokowi juga telah mencanangkan tentang Revolusi Mental. Setidaknya, nilai dasar dan diksi revolusi itu pernah terlahir di Indonesia, terlebih pada Perjuangan Surabaya 10 November. persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kebodohan, kemiskinan, dan krisis akhlak yang belakangan ini begitu memprihatinkan. sudah saatnya momentum Pilkada dijadikan Barometer untuk mengevaluasi merosotnya ahklak saat ini mengingat dalam prakteknya pilkada damai sulit dilakukan beberapa kali para kandidat calon saling menyerang dan menjatuhkan pribadi masing-masing yang menyebabkan jauh dari substansi perdebatan tentang visi dan misi yang membawa pada sebuah perubahan. Tidak sedikit juga para pendukung saling menyerang antara satu dengan yang lain dan terjebak pada ujaran kebencian. Penyebab kemerosotan akhlak itu sendiri disebabkan oleh orientasi bangsa yang terlalu berlebihan terhadap adanya materi. Pendapat ini dikuatkan dengan pandangan yang menunjukkan, seperti contoh seringnya rakyat memilih calon pemimpin, dengan menomor satukan uang  atau pemberian materi lainyya. salah satu penyebab dari model manajemen pemerintahan yang korup adalah adanya praktik  politik uang  pengisian jabatan politis dalam pemerintahan yang lahir dari proses korupsi politik. secara langsung akan berdampak pada pemerintaha yang korup pula. hal ini disebut investive  corruption.  Politik uang mencerminkan sinisme pemilih yang tak mampu berbuat apapun terhadap integeritas kandidat, kecuali menjual suaranya pada harga tertinggi, politik uang mengajarkan sebuah sistem tidak baik,dimana ada proses jual beli suara pemilih menggunakan uang/materi lainyya. Bahwa kemenangan politik dapat diraih menggunakan kuasa uang/materi.Yang mengkesampingkan kapasitas dan kapabilitas calon atau peserta  pilkada untuk dipilih menjadi wakil rakyat.

dalam percakapan sosial yakni Hari Pahlawan, Pilkada Serentak  dan Krisis Ahklak. Semuanya hadir di Bulan November dan menjadi kabar bagi telinga rakyat Indonesia. Bagaimana ketiga elemen ini memberi energy positif terhadap tujuan Indonesia?, solusi sederhananya semua harus disandarkan pada prinsip humanisme (kemanusiaan). Semangat kolektif yang dibangun. Sudah saatnya revolusi ahklak dijadikan senjata untuk memerangi krisis ahklak saat ini. Revolusi Akhlak itu bermetamorfosa dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemikiran besar dan terbaik ini harus tertular di tengah masyarakat, bukan sekedar menjadi konsumsi politik. Para pemimpin harus menjadi contoh bagi rakyatnya begitu juga lembaga penyyelenggara seperti KPU,BAWASLU ataupun lembaga Negara lainyya,tidak lupa peran Media yang harus tetap berada pada jalur Demokrasi Yang sehat dengan literatur berita yang mencerdeskan,mendidik dan selalu dalam kerjanya mengungkap sebuah fakta yang benar bukan fakta yang disandarkan pada ujaran kebencian yang mengarah pada perpecahan dan perseteruan sesama anak Bangsa. Ataupun literatur yang selalu mengangung-agungkan politisi tapi membisu dengan teriakan rakyat kecil yang kelaparan. 

Bangsa yang mandiri barulah wacana semata,Kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat termarginal juga belum kesampaian. Masih bersifat segmentatif, parsial. Pilih kasih, kecenderungan mendahulukan rakyat yang punya kesamaan haluan dan warna bendera politik masih terlihat di depan mata kita. Konsekuensinya, Negara selalu di hadapkan dengan perlawanan rakyat. Dalam hati kecil Rakyat bertanya-tanya penghianatan dan pengingkaran terhadap spirit juang membangun Indonesia itu datang dari elit pemerintah ataukah dari rakyat sendiri? 

hari pahlawan harus menjadi pelajaran yang perlu diambil pemerintah terhadap perjuangan para Pahlawan ialah dedikasi. Mereka  berada di medan juang Indonesia kepentingan banyak orang. Demi kemerdekaan atau membebaskan rakyat dari penjajahan, perlawanan dilakukan. Tidak pengecut. Berani bertanggung jawab, bahkan memerangi mereka yang dinilai tidak adil (imperialis). Tidak gila, tertipu, dan tergiur atas tawaran jabatan. Ekspektasi itu perlu diwujud-nyatakan rakyat dalam Pilkada Serentak 2024 dengan memilih pemimpin daerah yang bertanggung jawab. Tidak hanya setia, tapi berani berkorban demi rakyatnya. Pilkada Serentak 2024, merupakan upaya untuk mengangkat kembali ahklak yang telah lama jatuh . Dengan semangat itu, rakyat dapat teredukasi memilih pemimpin ideal, pemimpin yang mempunyai akhlak mulia. Bukan pemimpin munafik, atau pemimpin yang hanya mengejar kepentingan memperkaya diri sendiri. Kemudian, meninggalkan rakyat kelaparan.

di tulisan terakhir ini refeleksi hari pahlawan dimulai dengan sebuah pertanyaan Dalam kehidupan mutakhir, masihkah jejiwa kepahlawanan itu kita temukan? Jawabannya adalah para petani dan Nelayan bisa jadi mereka itu pahlawan tulen bagi negeri ini. Mereka adalah orang-orang terpinggirkan yang tak paham dunia politik bernegara. Totalitas mereka dalam bertani dan melaut bisa kita jadikan bahan renungan. merekalah para pahlawan nyata dalam kehidupan ekonomi pangan bangsa. Pilkada Serentak harus melahirkan pemimpin Kepala Daerah Baik Gubernur/Wakil Gubernur Walikota hingga Bupati dan Wakil Bupati yang menghargai, para petani dan Nelayan Pengahargaan yang diberikan bukanlah janji-janji politik semata melainkan komitmen untuk mengeluarkan petani dan nelayan pada pola penjajahan baru yang semakin mengerdilkan mereka. orang-orang kecil, para suami atau istri yang berjuang mencari nafkah dengan bekerja apa pun, mereka adalah pahlawan bagi anak-anak dan keluarganya juga perlu diperhatikan dengan memberikan program ekonomi yang bisa menunjang kesehjatreaan mereka adalah priroritas utama. Teriring situasi sosial yang semakin sulit, mereka tetap bertarung, bertahan, kadang harus jatuh bangun untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan. Guru-guru dan para dosen yang terpanggil jiwa mengulurkan hati, pikiran, tenaga, rasa, dan sebagian materi bagi anak-anak negeri, jelas seorang pahlawan. Mereka yang tulus ikhlas bekerja mengajar, membimbing, mendidik, dan mengelola kelas secara bertanggung jawab demi kesadaran, serta kecerdasan mental dan pikiran anak didiknya.Tekad keras dan semangat juang para tenaga pendidik harus didukung dengan
fasilitas materi yang layak baik itu tunjangan/gaji ataupun fasilitas penunjang lainyya

Mereka dalam berbagai status, pekerjaan, profesi, dan peran berbeda, tetapi mampu berpikir, bertindak, dan bekerja secara cerdas, kreatif, berinisiatif, santun, rendah hati, terbuka, komunikatif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan; mereka itu para pahlawan dalam konteks kekinian. menghargai jasa pahlawan era ini dengan menjamin hak-hak politik mereka,tidak memilah apalagi membeda-bedakan, bukan karena beda nomor urut,beda warna dan beda pilihan. Jaminan politik itu hanya bisa diberikan oleh pemimpin yang tidak krisis pengetahuan,mental dan ahklak. Pilkada Serentak di Tahun 2024 akan menjadi penantian atas jaminan hak rakyat, terlepas siapa yang akan terpilih dan yang akan memipin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun