Mohon tunggu...
I Ketut Winaya
I Ketut Winaya Mohon Tunggu... Dosen - Bekerja di Program Studi Administrasi Publik Fisip Universitas Udayana

Nonton bola dan news

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena

2 Juni 2024   18:51 Diperbarui: 2 Juni 2024   19:14 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Subak Perkotaan Di Bali

Fenomena subak perkotaan di Bali menunjukkan konflik antara tradisi dan modernisasi, yang berdampak pada kelangsungan hidup lingkungan dan budaya lokal. Warisan budaya Subak, yang telah bertahan selama berabad-abad di Bali, kini menghadapi tantangan baru karena pertumbuhan pesat sektor pariwisata dan urbanisasi. Dengan perkembangan ini, ada konflik antara mempertahankan sistem irigasi tradisional di Bali, yang sangat penting untuk pertanian, dan mengejar kemajuan ekonomi.

Subak perkotaan Bali juga menunjukkan ketidakseimbangan antara pelestarian lingkungan alam dan pembangunan infrastruktur perkotaan. Lahan sawah yang terintegrasi dalam sistem subak semakin terancam oleh pembangunan properti komersial dan perumahan karena laju urbanisasi yang terus meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa sistem pertanian tradisional yang telah memenuhi kebutuhan pangan orang Bali selama berabad-abad akan hancur.

Dibutuhkan keterlibatan masyarakat lokal, pemerintah, dan pihak terkait lainnya untuk menjaga keberlangsungan subak perkotaan di Bali. Perlu ada peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan subak sebagai bagian penting dari identitas budaya dan pertanian Bali. Perlindungan subak memerlukan regulasi pembangunan yang ketat dan insentif bagi petani untuk tetap berkelanjutan.

Selain itu, pentingnya subak sebagai warisan budaya dan ekologis perlu ditingkatkan. Diharapkan pemahaman yang lebih luas tentang keuntungan dan nilai subak akan membuat masyarakat Bali lebih peduli dan terlibat lebih aktif dalam pelestarian subak di perkotaan. Untuk menjaga keberlangsungan subak di era urbanisasi dan globalisasi, kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting.

Terakhir, pembangunan berkelanjutan di Bali harus mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan kearifan tradisional, yang telah terbukti berdampak positif pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Dengan membangun sinergi antara modernitas dan tradisi, diharapkan subak perkotaan di Bali dapat tetap eksis dan berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan, air, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

I Ketut Winaya

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi

Fisip Universitas Jember.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun