Mohon tunggu...
Ketut Prasadan
Ketut Prasadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Teknik Industri Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Stop Ekspor Sumber Daya Alam Mentah, Mulai Industrialisasi dan Hilirisasi

5 Juli 2022   23:54 Diperbarui: 6 Juli 2022   00:26 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan sumber daya alam yang paling melimpah, menjadi sasaran bagi negara-negara maju untuk mengimpor sumber daya dari Indonesia karena harganya yang relatif murah. Menurut Presiden Joko Widodo, Indonesia sudah mengekspor bahan mentah dari zaman penjajahan dan masih hingga masa sekarang. 

Oleh sebab itu, meskipun dapat dikatakan terlambat, Indonesia harus mulai sadar perlunya melakukan industrialisasi dan hilirisasi gencar- gencaran sebagai salah satu bentuk Revolusi Industri 4.0 Indonesia yang dicanangkan Bapak Presiden Joko Widodo.

Industrialisasi berarti proses perubahan sosial ekonomi dari agraris menuju industrial, mengubah pola pikir masyarakat setempat hingga negara menjadi lebih maju sehingga memajukan negara atau daerah setempat dan meningkatkan pendapatan. 

Sementara hilirisasi adalah proses peningkatan nilai tambah pada komoditas, bukan lagi berupa bahan mentah melainkan berupa barang jadi atau setengah jadi sehingga nilai ekspornya meningkat. Maka, tujuan dari industrialisasi dan hilirisasi sederhananya untuk menyerap tenaga kerja dan menambah nilai komoditas.

Selama periode masa jabatannya, Presiden sudah melakukan beberapa kebijakan penghentian ekspor terutama pada sektor tambang. Salah satunya adalah penghentian ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020. Langkah tersebut dilakukan melihat kebutuhan dunia akan baterai lithium berbahan dasar bijih nikel bertambah karena peningkatan penjualan mobil listrik dan permintaan baja tahan karat.

Kemudian, Indonesia menurut USGS tahun 2021, merupakan penghasil bijih nikel terbesar di dunia yaitu sebesar 23%. Melihat peluang besar tersebut, Presiden memerintahkan mulai meningkatkan industrialisasi bijih nikel karena smelter nikel yang masih sedikit dan kualitas nikel yang dihasilkan masih kurang bersaing di pasar dunia.

Setelah larangan ekspor bijih nikel, Indonesia sebagai salah satu pengekspor batu bara terbesar di dunia juga sempat melarang ekspor batu bara karena krisis nasional pada 1 Januari 2022 hingga 31 Januari 2022. Meskipun menjadi tanggung jawab dunia bukan hanya negara Indonesia,

Indonesia perlu terus melakukan industrialisasi dan hilirisasi agar beralih dari pemanfaatan batu bara sebagai pembangkit listrik ke pemanfaatan energi seperti angin dan cahaya (surya). Sebab cadangan batu bara dunia khususnya Indonesia dipastikan akan habis lebih cepat dari perkiraan jika permintaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kebijakan penghentian ekspor pada sektor tambang selanjutnya adalah penghentian ekspor bauksit dan timah. Larangan tersebut masih dalam perencanaan oleh Presiden, namun dipastikan akan diberlakukan di tahun 2022 ini. Larangan bahan bauksit dan timah itu merupakan kelanjutan dari larangan ekspor nikel. 

Ketiga bahan tersebut merupakan bahan dasar untuk pembuatan baja tahan karat dan yang utamanya untuk pembuatan baterai lithium baik secara langsung atau tidak langsung, sebagai bahan dasar seperti baterai mobil listrik dan inovasi berbasis energi listrik lainnya dalam rangka upaya dunia membangun teknologi dan ekonomi hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun