Mohon tunggu...
ketutindralaksanatejaputra
ketutindralaksanatejaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

hobi basket dan suka berbisnis

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Mengelola Memori Bersama di Tengah Gelombang matahari

17 Desember 2024   12:04 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:04 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Masalah sosial budaya di Indonesia sering kali terkait dekat dengan pengalaman individu dan ingatan kolektif yang membentuk jati diri kita sebagai bangsa. Dalam artikel ini, saya ingin menyoroti perspektif yang berasal dari pengalaman emosional saya sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, yang melihat bagaimana memori kolektif dapat memengaruhi pemahaman dan respons kita terhadap fenomena sosial budaya saat ini.

Sebagai individu yang dibesarkan dalam suasana multikultural, saya merasakan betapa krusialnya memori kolektif dalam membentuk identitas budaya. Memori kolektif mencakup ingatan bersama mengenai peristiwa-peristiwa penting yang membentuk identitas masyarakat. Perayaan Hari Kemerdekaan yang berlangsung setiap 17 Agustus, contohnya, bukan hanya sebatas tradisi tahunan, melainkan juga lambang persatuan. Ketika saya masih berada di sekolah dasar, menghadiri upacara bendera adalah saat yang sangat emosional. Menyanyikan lagu nasional dengan suara keras menimbulkan perasaan bangga yang kuat. Kompetisi yang diselenggarakan di sekolah maupun di sekitar tempat tinggal meningkatkan keceriaan dan rasa solidaritas saat menyambut hari kemerdekaan. Pengalaman semacam itu yang selalu terukir sebagai bagian dari ingatan kolektif pribadi saya. Perayaan hari kemerdekaan pada 17 Agustus adalah pengingat tentang usaha para pahlawan yang memberikan segalanya demi meraih kebebasan. Kita tidak hanya merayakan kebebasan, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan identitas sebagai suatu bangsa.

Akan tetapi, dalam proses modernisasi, nilai-nilai tradisional seringkali terpinggirkan. Banyak tradisi lokal mulai kurang dianggap penting oleh generasi muda. Saya teringat saat perayaan sedekah bumi di desa, ketika warga berkumpul untuk menjalankan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kegiatan ini bukan sekadar sebuah perayaan, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada nenek moyang dan budaya yang ada serta ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah.

Di zaman digital ini, Pendidikan berperan sebagai sarana penting untuk menjaga agar ingatan kolektif tetap terjaga. Dalam pembicaraan di kampus Universitas Airlangga, sering kali diperbincangkan tentang signifikansi

Di zaman digital ini, pendidikan berfungsi sebagai sarana krusial untuk menjaga agar memori kolektif tetap ada. Dalam perbincangan di kampus Universitas Airlangga, sering dibahas tentang pentingnya integrasi nilai-nilai budaya dalam pendidikan formal maupun informal. Ini merupakan langkah strategis untuk memastikan generasi muda mengenali akar budaya mereka dan merasa bangga akan identitas bangsa.

Memori kolektif tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk memahami sejarah, tetapi juga sebagai pedoman untuk menghadapi saat ini dan merencanakan masa depan. Di tengah permasalahan sosial budaya seperti intoleransi dan pertikaian, ingatan kolektif dapat berfungsi sebagai alat untuk membangun dialog yang positif. Dengan mengingat bagaimana bangsa ini pernah bersatu melawan penjajahan, kita bisa menumbuhkan kesadaran bahwa keberagaman adalah sebuah kekuatan, bukan kelemahan.

Saat ini, gerakan yang mengedepankan nilai-nilai lokal dan tradisi mulai tumbuh di berbagai wilayah. Saya merasakan harapan dalam inisiatif ini, sebab ia tidak hanya menghidupkan kembali tradisi yang hampir terlupakan, tetapi juga membangun ruang bagi keberagaman untuk tumbuh. Contohnya, penyelenggaraan festival budaya yang disajikan secara modern, seperti kerja sama antara seni tradisional dan teknologi digital, menunjukkan bahwa warisan budaya bisa disesuaikan tanpa menghilangkan identitasnya.

Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya meyakini bahwa ingatan kolektif adalah dasar untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Menghargai kenangan bersama ini bukan berarti menolak perubahan, melainkan menjadikannya pedoman dalam menghadapi tantangan era.

Warisan budaya yang kita miliki merupakan kekayaan yang sangat berharga. Kita bertanggung jawab untuk menjamin bahwa generasi yang akan datang tidak hanya mengenal sejarah, tetapi juga bisa menikmati warisan budaya yang telah diciptakan oleh nenek moyang kita. Dengan menjaga memori kolektif, kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga membangun masa depan yang berlandaskan identitas yang kokoh.

Kita harus mengakui bahwa mempertahankan budaya di zaman modern memerlukan keberanian untuk berinovasi tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar. Jika budaya hanya dianggap sebagai kenangan indah tanpa adanya ruang untuk aktualisasi, maka ia akan menjadi sekadar fosil dari sejarah. Menurut pendapat saya, kenangan

Sebagai pelajar, kita mempunyai kewajiban yang lebih besar untuk melestarikan dan mewujudkan memori kolektif ini. Berbagai langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Mengadakan Kegiatan Budaya: Mahasiswa dapat terlibat secara aktif dalam menyelenggarakan acara seperti festival seni, pameran budaya, atau diskusi sejarah yang melibatkan khalayak luas. Ini bisa berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan kembali nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
  • Menggabungkan Teknologi: Di zaman digital, mahasiswa bisa memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk mengangkat budaya lokal. Sebagai contoh, menciptakan konten inovatif mengenai sejarah, tradisi, atau seni lokal guna menarik minat generasi milenial dan Gen Z.
  • Membangun Komunitas: Menciptakan komunitas yang berfokus pada pelestarian budaya di lingkungan kampus dapat menjadi tindakan nyata. Komunitas ini dapat berfungsi sebagai tempat untuk bertukar informasi dan pengalaman budaya, serta bekerja sama dengan komunitas sejenis di luar kampus.
  • Penelitian dan Dokumentasi: Mahasiswa dapat berkontribusi dengan melakukan penelitian tentang budaya dan tradisi lokal, kemudian mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan, foto, atau video. Dokumentasi ini krusial agar warisan budaya tetap exist di tengah arus modernisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun