Stereotif adalah suatu hal yang setiap hari kita lakukan tapi jarang mendapatkan perhatian mendalam. Stereotif adalah sikap yang sangat melekat dengan bangsa indonesia. Stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu kelompok sosial tertentu.Â
Setelah munculnya stereotip maka akan munculah prejudice/prasangka yang merupakan sikap negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap anggota kelompok tersebut.Â
Dalam dunia filsafat komunikasi, kita sering melakukan stereotif ini pada saat melakukan komunikasi lintas budaya, Komunikasi Bisnis, dan Komunikasi Politik.Â
Kebiasaan berprasangka buruk terhadap orang lain, terhadap agama orang lain, terhadap ras orang lain, terhadap suku, terhadap lawan politik, dan lain-lain adalah hal yang sangat tidak bagus karena dapat menghambat proses komunikasi.
Alasan mengapa stereotif bisa menghambat komunikasi adalah karena dengan stereotif kita akan berprasangka terlebih dahulu terhadap orang tertentu padahal belum tau apa tujuan dari orang tersebut. Padahal dalam ilmu etika komunikasi kita harus mencerna apa yang menjadi informasi yang diberikan komunikator bukan menilai orang dari latar belakang ataupun dari perawakannya.Â
Tentunya stereotif ini akan menyebabkan miss komunikasi dan kesalahan informasi yang diterima karena otak kita sudah memiliki pandangan yang berbeda dengan apa yang menjadi informasi sebenarnya.
Contoh stereotif yang sering kita lihat adalah perempuan yang tidak feminim dan terkesan tomboy akan mendapatkan penilaian kurang baik di masyarakat.Â
Selain itu ada juga prasangka pekerja wanita SPA akan mendapatkan cap yang kurang bagus di pandangan masyarakat karena merujuk dari beberapa peristiwa.Â
Ada juga yang berprasangka orang yang pulang larut malam adalah orang yang kurang baik karena selalu pulang larut malam.Â
Ada juga yang menganggap orang dari china memiliki sifat pelit dan tidak bisa diajak bernegosiasi. Hal-hal diatas merupakan sikap stereotif yang sangat salah jika dikaitkan dengan proses komunikasi. Karena pada dasarnya tidak semua yang berkaitan dengan itu sama dengan prasangka yang kita kira.Â
Mungkin saja informasi-informasi yang akan diberikan dari orang-orang tersebut akan berbeda dari apa yang kita kira. Maka dari itu pengaruh stereotif yang berlebihan akan membuat proses komunikasi barjalan tidak lancar.
Stereotif merupakan sikap berprasangka, mengira, dan menebak seseorang atau sesuatu berdasarkan latar belakang dan pengamatan terdahulu.Â
Sikap stereotif sangat merugikan bagi pihak yang akan melakukan komunikasi. Karena sebelum kita menyampaikan informasi kita sudah mendapatkan prasangka tertentu yang salah. Sikap stereotif seharusnya dihilangkan dari benak masyarakat namun masyarakat sangat susah untuk menghilangkan sikap ini karena alasan antisipasi dan menjaga diri. Namun terlepas dari itu kita sebagai masyarakat yang berbineka harus bisa menerima perbedaan dan tidak berprasangka buruk agar bisa memperlancar sebuah komunikasi bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H